Apa Akibatnya Jika Seorang Siswa Tidak Disiplin Waktu – Orang tua merasa malu mempunyai anak yang suka melanggar peraturan sekolah. Disiplin mempunyai banyak manfaat bagi peningkatan siswa.

Disiplin di sekolah berarti siswa menaati peraturan sekolah, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan. Datang ke sekolah tepat waktu dengan mengenakan seragam sekolah dan menyerahkan tugas merupakan contoh kedisiplinan.

Apa Akibatnya Jika Seorang Siswa Tidak Disiplin Waktu

Disiplin merupakan hal yang penting karena mempunyai dampak yang besar terhadap siswa. Disiplin sekolah tercipta karena ada peraturan yang harus dipatuhi, hukuman sebagai sanksi, penghargaan sebagai pujian. Semuanya bisa diluruskan dengan konsistensi.

Belajar Dari Guru Hebat Di Lingkup Pendidikan Indonesia

Banyak siswa yang belum memahami manfaat disiplin. Disiplin merupakan karakter positif yang harus ditanamkan pada diri siswa. Siswa yang disiplin harus mempunyai karakter. Selain itu, memiliki karakter disiplin tidak semudah melambaikan tangan. Disiplin tidak terjadi begitu saja.

Ada proses yang harus dilalui oleh masyarakat. Harus ada aturan, harus ada kebiasaan, kalau dilanggar ada sanksinya. Ketika disiplin diikuti, ada imbalannya. Oleh karena itu, disiplin merupakan proses panjang yang disertai konsistensi.

Salah satu bentuk karakter positif adalah tanggung jawab. Tanggung jawab harus ada pada siswa. Rasa tanggung jawab tidak bisa muncul seperti ini. Selain itu, akuntabilitas juga harus dipraktikkan secara terus menerus hingga menjadi suatu kebiasaan.

Menetapkan disiplin bukan berarti membatasi kebebasan, tetapi memberikan kebebasan kepada remaja sesuai batas kemampuannya. Memang awalnya terasa berat dan dipaksakan, namun lambat laun Anda akan terbiasa dan memiliki tanggung jawab.

Kedisiplinan Dan Kenakalan Remaja

Banyak pelajar yang belum memahami manfaat hidup disiplin. Di zaman yang tidak stabil, banyak orang yang melawan tatanan sosial. Orang hebat dibentuk oleh kebiasaan positif dan disiplin. Siswa tumbuh dan memiliki keterampilan apabila mempunyai kebiasaan disiplin.

Berbekal kedisiplinan, siswa dapat memaksimalkan waktu, menetapkan prioritas dan pada akhirnya menjadi lebih produktif. Luangkan lebih banyak waktu untuk belajar dan hargai waktu Anda.

Ketika siswa mempunyai karakter disiplin maka kegiatan belajar mengajar menjadi efektif tanpa hambatan. Guru dapat memberikan bahan ajar tanpa ragu-ragu dan tanpa interupsi. Disiplin karakter tidak bisa terjadi begitu saja. Harus ada dukungan dari semua pihak termasuk mahasiswa.

Guru bimbingan dan konseling bertanggung jawab menjaga kedisiplinan peserta didik di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah akan memanggil siswa yang kurang memperhatikan kedisiplinan. Ada sanksi khusus bagi pelanggarnya.

Baca Juga  Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Maket

Pasang Logo Parpol Di Spanduk Kegiatan Sekolah, Kepsek Dapat Sanksi Disiplin Etik

Tugas seorang guru BK bukanlah menghukum tetapi menyelidiki masalah dan memberikan konseling kepada siswa yang bermasalah. Sehingga permasalahan setiap siswa dapat terselesaikan. Jika kedisiplinan dan ketertiban tetap terjaga maka proses pembelajaran akan lancar.

Disiplin sangat besar peranannya dalam melahirkan siswa yang baik, siswa dapat mencapai prestasi yang besar bukan hanya karena ia pintar, namun karena dipengaruhi oleh kedisiplinan. Kecerdasan dan kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan siswa.

Banyak orang yang belum memahami manfaat kedisiplinan bagi siswa. Siswa yang disiplin akan mengembangkan karakter, mampu mengatur waktu dan mengetahui apa yang harus dilakukan. Segalanya bisa diubah dan ditingkatkan dengan kesadaran diri.

Oleh karena itu Al Masoem Bandung hadir untuk membantu putra-putrinya belajar disiplin di sekolah sejak dini. Penerapan Kurikulum Pendidikan Nasional dan pesantren menjadi pintu masuk bagi siswa untuk mencapai prestasi akademik dan bukan sekedar berita sesekali tentang hukuman badan yang dijatuhkan pihak sekolah kepada siswa.

Penindakan Pelanggaran Tata Tertib Di Sekolah

Pada bulan Oktober 2022, seorang siswa berusia 9 tahun di Mesir meninggal setelah gurunya berulang kali memukul kepalanya karena kesalahan ejaan.

Di Amerika Serikat, antara tahun 2016 dan 2021, guru atau staf sekolah di New York masih tercatat memaksa, menampar, memukul, mencubit, meninju, menyeret, mencekik, atau mencengkram siswa, meskipun perlakuan tersebut dianggap ilegal di New York pada tahun 2016. Di Indonesia, seorang siswa SMP di Manado meninggal akibat hukuman fisik karena terlambat ke sekolah. Sedihnya, dengan dampak mematikan dari hukuman fisik terhadap siswa, sejauh ini 19 negara bagian AS lainnya, termasuk Missouri, justru memperbolehkan sekolah untuk memberikan hukuman fisik kepada siswa, meskipun hanya sanksi “tamparan di pantat” yang diperbolehkan. Penelitian mencatat bahwa ketika orang tua dihadapkan pada pilihan antara hukuman fisik atau skorsing, banyak orang yang akan memilih hukuman fisik karena tidak ingin anaknya bolos sekolah dan tertinggal secara akademis. Penggunaan hukuman fisik membuat siswa di lingkungan ini sering mengalami hukuman fisik.

Penelitian menemukan bahwa guru (dan orang tua) yang mengalami hukuman fisik di sekolah, atau mengalami kekerasan (fisik) di lingkungan keluarga, lebih cenderung menggunakan hukuman fisik ketika menjadi guru di sekolah.

Penelitian yang dituangkan dalam laporan Hukuman Fisik di Sekolah: Sebuah Studi menyebutkan bahwa sebagian besar guru memukul siswa ketika mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat keributan di kelas, dan melanggar peraturan sekolah. Penyebab lainnya antara lain datang terlambat ke sekolah, berbicara kotor, berkelahi dengan teman, atau tidak memperhatikan kelas.

Siswa Menunjukkan Perilaku Disiplin Dalam Berbagai Situasi

Hukuman badan sering digunakan sebagai salah satu bentuk terapi kejut untuk mencegah kenakalan, mencegah residivisme, dan mencegah siswa lain melakukan hal yang sama.

Baca Juga  Nama Pakaian Adat Lampung Brainly

Oleh karena itu, diharapkan adanya hukuman fisik dapat mengubah perilaku siswa dan sesuai dengan harapan orang dewasa, dalam hal ini guru.

Irma Gustiana A., seorang psikolog anak dan remaja, menyarankan untuk memberikan hukuman pada anak dengan benar-benar memberikan hukuman yang pantas atas kesalahan yang dilakukan anak.

“Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak,” Irma Gustiana Andrian M. kata PC, seorang psikolog dan pelatih pengembangan diri dan pengasuhan anak di Klinik Psikologi Ruang Tumbuh.

Pdf) Strategi Self Regulated Learning Untuk Menurunkan Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa

Misalnya, ketika seorang anak menendang bola dan memecahkan jendela kelas, berlari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali tidaklah efektif. Menurut psikolog yang kerap disapa Iman Irma itu, hukuman yang diberikan kepada anak, misalnya, harus diminta pindah halaman.

Menurut Superman, seorang guru SMP Negeri di Jakarta Selatan, hukuman fisik biasanya diterapkan pada siswa SMP.

“Terutama SMP dan SMA. Saat itulah siswa sering melanggar aturan, misalnya berbicara saat upacara bendera,” ujarnya.

Tak hanya merugikan siswa, hukuman fisik juga berdampak psikologis. Hukuman badan dapat membuat siswa merasa malu di depan teman sebayanya. Penelitian juga menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat menghalangi siswa untuk berbicara dengan guru. Bahkan tak jarang mereka membenci pelajaran yang diberikan gurunya.

Rpp Adaptif Ok

Superman kerap menghukum anak dengan meminta maaf sebanyak 100 kali, merangkum materi dari buku cetak, mendatangi papan tulis untuk bertanya, atau menyanyikan lagu kebangsaan atau daerah di depan kelas.

Dan hingga saat ini, mereka masih menggunakan hukuman non-fisik untuk mendisiplinkan anak yang suka ngomong di kelas, tidak mengerjakan PR, atau terlambat datang ke sekolah.

Metode hukuman non fisik ini diamini oleh Fazr Ramadan (44), orang tua siswa SMP, sebagai hukuman yang manusiawi.

Pada upacara bendera. Saya tidak ingin anak saya merasakan hukuman seperti ini. “Makanya saya sangat selektif dalam memilih sekolah menengah untuk anak-anak saya,” kata ayah tiga anak ini.

Tips Melakukan Manajemen Waktu Untuk Guru

Fajr sendiri mengaku belum pernah menerima keluhan apa pun dari anak-anaknya soal hukuman fisik di sekolah. Namun, dia sangat menentang hukuman fisik di sekolah.

“Jangan sampai anak mempunyai kenangan buruk di sekolah, yang bisa membuatnya trauma atau jadi benci sekolah. Ini bisa berdampak jangka panjang pada masa depan anak,” ujarnya.

Bocah Rizal (14 tahun) yang kini duduk di bangku kelas 9 di sebuah SMP swasta ini mengaku selama ini belum pernah bertemu dengan guru yang menyukai hukuman fisik.

“Hukuman yang paling umum di sekolah saya adalah membuat laporan. Jadi, guru memberi kami tugas yang berupa studi kasus, dan kami membuat laporan. Kami harus menyelesaikannya dalam satu hari,” kata Rizal, kata Rizal.

Baca Juga  Berdirinya Voc Pada Tanggal 20 Maret 1602 Dilatarbelakangi Oleh Peristiwa

Buatlah Ringkasan Dari Cerita

Seperti Fajr dan beberapa orang tua lainnya, para orang tua tersebut mengaku kurang memperhatikan kerja ekstra yang diberikan guru sebagai hukuman.

“Paling tidak (anak-anak) menggerutu sebentar, tapi tetap saja mereka melakukannya. Karena orang tua juga tahu itu bentuk hukuman, jadi mereka mengharapkan itu dilakukan,” tutupnya.

Dalam upaya menghilangkan hukuman fisik, anggapan bahwa anak akan didisiplinkan hanya melalui hukuman harus dihilangkan. Sebaliknya, memberi waktu pada anak untuk membangun kedisiplinannya membutuhkan proses yang panjang. Dalam proses tersebut diperlukan komunikasi dan rasa hormat, tidak hanya antara siswa dan guru, tetapi juga sebaliknya.

Pendidikan kerendahan hati, nir-kekerasan, kasih sayang, harga diri dan menghargai orang lain perlu terus dilanjutkan seiring dengan peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri anak dalam menghadapi situasi sulit.

Apa Itu Disiplin

Dikutip dari Science Direct, penelitian menunjukkan bahwa siswa menemukan bahwa hukuman terus-menerus yang disebabkan oleh hukuman fisik mengakibatkan rasa takut, frustrasi, agresi, rendah diri, kurang percaya diri, dan kurangnya motivasi belajar.

Oleh karena itu, hukuman, khususnya hukuman fisik, bukanlah suatu pilihan. Salah satu pilihan yang dapat dilakukan guru adalah dengan meningkatkan kedisiplinan siswa serta mencoba melakukan dialog antara siswa dan guru. Ironisnya, berdasarkan disiplin tersebut, guru biasanya menerapkan hukuman fisik.

Namun penggunaan dan pengaruh disiplin dan hukuman adalah dua hal yang berbeda. Disiplin adalah praktik melatih orang untuk berperilaku sesuai aturan atau kode etik agar dapat mengadopsi perilaku yang diinginkan di masa depan. Hukuman adalah penderitaan bagi orang-orang karena tindakan mereka di masa lalu. Disiplin mengajarkan anak perilaku baru, sedangkan hukuman mengajarkan anak perilaku baru dengan menggunakan rasa takut. Disiplin juga berperan dalam pengembangan karakter, menjaga kesehatan mental anak, dan menjaga hubungan baik antara guru dan siswa. Hukuman disebut-sebut juga berdampak pada otak anak. Ahli saraf percaya bahwa otak manusia terdiri dari tiga wilayah otak, otak reptil (berhubungan dengan fungsi tubuh), otak mamalia (berhubungan dengan emosi; termasuk rasa takut), dan otak manusia (berhubungan dengan berpikir). Sedangkan ketakutan terhadap hukuman fisik lebih banyak mempengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan emosi (melalui penelitian di sekolah-sekolah Rwanda, terungkap bahwa ada hubungan erat antara disiplin dan prestasi akademik siswa.

Apa akibatnya jika hb rendah, apa akibatnya jika tubuh kekurangan kalsium, apa akibatnya jika zat sisa metabolisme tidak dikeluarkan oleh tubuh, apa akibatnya jika kolesterol tinggi, apa akibatnya jika kekurangan zat besi, apa akibatnya jika tidak lapor spt tahunan, apa akibatnya jika sering mengeluarkan sperma, apa akibatnya jika kita makan jajanan tidak sehat, disiplin siswa, apa akibatnya jika maag sudah kronis, apa akibatnya jika asam lambung naik, apa akibatnya jika batas zee antarnegara tidak jelas