Apa Bukti Potret Kerukunan Antar Agama Di Dusun Ngepeh – Semarang – Umat Buddha dan Muslim dari Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Geta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah berkunjung ke Gereja Pantekosta (GPdI) Thekelan di Indonesia. Di sini untuk mengucapkan Selamat Natal 2018.

Ibadah yang diadakan di GPdI Thekelan dipimpin oleh Pdt. Petrus Sukiman. Seluruh umat Kristiani di kawasan Dusun Thekeln hadir dalam kebaktian tersebut.

Apa Bukti Potret Kerukunan Antar Agama Di Dusun Ngepeh

Kemudian sejak pukul 08.00 WIB hingga siang hari, umat Buddha dan Muslim yang tinggal di lereng bukit Merbabu mulai berdatangan di sekitar gereja. Sebagian besar Muslim yang masuk mengenakan pakaian Muslim. Bagi umat Buddha, kebanyakan dari mereka berpakaian putih dan hitam.

Walkot Bobby Klaim Belum Ada Konflik Agama Di Medan

Mereka menunggu di jalan pedesaan di sekitar gereja sampai kebaktian selesai. Puluhan umat Kristiani dari Dusun Thekeln meninggalkan gereja usai kebaktian lalu berbaris di sepanjang jalan desa, perempuan di kiri dan laki-laki di kanan. Di sekelilingnya juga dipasang spanduk besar bertuliskan “Dusun Thekelan Keluarga Budha dan Muslim, Mengucapkan Selamat Natal 2018 dan Selamat Tahun Baru”.

Sebelum umat Buddha dan Muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani, para tokoh masyarakat menyambut mereka. Diawali dengan sambutan kepala Dusun Theklan Supriyo, dilanjutkan dengan sambutan tokoh Buddha Citro Sukarmin dan tokoh agama Islam Satiman.

“Kami mengucapkan Selamat Natal bagi umat Kristiani dan semoga banyak keberkahan yang akan datang. Kami juga mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada seluruh warga masyarakat,” kata Dusun Thekelan yang saat itu sedang merayakan Natal di Desa Batur, Kecamatan Getasang, Kabupaten Semarang, kata Supriyo. , Rabu (26/12/2018).

“Atas nama pemerintah desa terima kasih atas toleransinya, semua masyarakat bisa berkumpul. Jaga hubungan baik semaksimal mungkin,” ujarnya.

Mushola Dibangun Pt Bsi, Warga Pancer Banyuwangi Penuh Suka Cita

Untuk itu, umat Buddha dan Muslim kemudian menyalami umat Kristiani yang berdiri berderet di jalan desa. Ketika mereka menyapa, mereka berkata,

Baca Juga  Komik Yang Berupa Cerita Pendek Dapat Menggunakan Media Berupa

“Selamat natal”. Demikian pula, setelah seorang laki-laki Budha atau Muslim menyapa seorang laki-laki Kristen, laki-laki itu selesai dan berbalik untuk menyapa perempuan itu. Tidak jarang juga warga disambut dengan ucapan Selamat Natal.

Pendeta Petrus Tsukiman mengatakan dia merasa tenang, nyaman dan aman selama kebaktian. Menurutnya, apa yang diungkapkan orang lain dalam Thekelan sangat positif.

“Sangat positif menjadi warga negara yang berbeda ras, agama dan suku. Di sini sangat positif membangun bersama warga. Saat kita membangun gereja, kita melakukannya dengan gotong royong,” ujarnya.

Buku Saku Ortala & Kub

“Kami berharap ini terus berlanjut, lebih intensif dan bersatu. Kami menyebut Thekelan sebagai Indonesia mini, model toleransi. Daerah lain yang belajar tentang toleransi adalah Thekelan,” ujarnya.

Perhatikan bahwa sebagian besar penduduk Dusun Theklan beragama Buddha, diikuti oleh Muslim dan Kristen. Jumlah rumah adalah 220, dengan sekitar 720 orang. Desa kecil ini merupakan salah satu base camp pendakian Gunung Merbabu. menariknya. Di kampung-kampung setempat tidak hanya terdapat masjid dan mushola, melainkan tempat ibadah lainnya seperti vihara dan gereja serta tempat ibadah bagi pemeluk agama.

Penduduknya ramah seperti kebanyakan penduduk desa. Hal ini membuktikan bahwa desa setempat merupakan pemukiman penduduk yang beragam. Senin (2/9) lalu, di sebuah tempat bernama Watu Jonggol, desa tersebut menggelar Sedekah Bumi yang bertepatan dengan awal bulan Sura Jawa. Warga membawa hidangan yang terbuat dari daun pisang, dalam wadah yang bisa dimakan. Takir berisi nasi, sayur dan lauk pauk. Mereka duduk manis di bawah pohon besar yang rindang. Tidak hanya umat Islam tetapi juga pemeluk agama lain, Kristen dan Buddha. Ada juga tamu dari umat Hindu dan Katolik. Usai salat, warga membagikan Takhir kepada semua tamu yang datang.

Umat ​​Islam Palestina di Gaza gelar doa mistik untuk menghormati BJ Habibi Ratusan umat Islam di Gaza, Palestina, menggelar doa mistik untuk memperingati dan mengucapkan terima kasih atas meninggalnya Bacharuddin Yusuf (BJ), presiden ketiga Republik Indonesia. …Allahummag-firlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu anhu.

Lampiran 1 Penerima Pendanaan Penelitian Di Perguruan Tinggi Non Ptnbh Usulan Tahun 2019 Revisi

Ratusan Muslim di Gaza melakukan doa mistik untuk Habibi. B.J. Doa mistik untuk Habibi ibu Syekh Mahmoud Dardona. Allah Allah

Indahnya Reuni Warga Desa Wonosobo Saat Karnaval Tenon Warga desa Wonosobo mempromosikan jalan Surana dengan menggelar Karnaval Tenon. Program Thanksgiving menunjukkan kerukunan beragama. Malam kirabatenong wonosobo belumlah dekat. Anak-anak bersorban dan bertopi bermain di teras musala Nurus Salam pada pukul 14.30 WIB. Ia sedang menunggu seorang Ustazi yang akan mengajarinya membaca Al Quran dan agama Islam setiap hari. Ada yang berlarian, ada yang bermain baker, dan ada yang hanya duduk-duduk.

Baca Juga  Kenampakan Alam Brunei Darussalam Umumnya Berupa

Ruang sholat berukuran sedang dan dapat menampung hingga 100 orang untuk sholat. Namun setiap hari, banyak orang yang tidak menghadiri shalat wajib yang berkumpul di Musla. Jamaah yang lebih dari 15 orang biasanya menghadiri sholat Maghrib dan Isya. Kia Fauzan adalah imam salat dan tinggal di rumah sebelah mushola.

Hanya beberapa puluh meter ke arah timur, atau terbatas pada rumah-rumah yang hanya berpenghuni empat orang, berdiri sebuah gereja untuk ibadah Protestan. Gereja tersebut merupakan gereja Protestan di Indonesia bagian barat atau biasa disingkat GPIB. Jika jemaah sedang salat, pasti suaranya berasal dari mushola Nurus Salam.

Kapolsek Badau Beserta Anggota Memonitor Pelaksanaan Vaksinasi Di Dusun Pulau Rengit Desa Pegantungan Kec. Badau

Di belakang GPIB, hanya 5 rumah di sebelah utara, terdapat Gereja Kristen Jawa Tengah Utara atau GKJTU, yang juga digunakan untuk beribadah. Universitas Guangzhou Jiaotong terletak di sebelah sawah penduduk. Saat warga GKJTU salat, tentunya GPIB juga bisa mendengar suaranya.

Ketiga tempat ibadah tersebut terletak di Desa Kwanganrejo, sebuah desa yang jauh dari pusat kota Bojonegoro, Jawa Timur. Kwanganrejo bukanlah nama administratif desa kecil itu. Karena secara administratif Kwanganrejo termasuk ke dalam wilayah Dusun Sidokumpal, Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Kwangenrejo di Sidokumpul hanya memiliki satu RT yaitu RT 37.

Kwanganrejo adalah desa terpencil di pinggir hutan jati KPH Bojonegoro. Dari kota Bojonegoro, dibutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mencapainya, dan jaraknya lebih dari 30 kilometer. Pasalnya, sangat sulit untuk mencapai ke sana dan jalan beraspal mulai rusak. Meski terletak di Desa Sidokumpal, tepatnya RT 37 (Kwangenrejo) dipisahkan oleh sawah dan jalan tanah berbatu sepanjang kurang lebih 500 meter. Ini benar-benar berbeda dari desa terdekat lainnya.

Namun, Kwanganrejo merupakan desa tua. Ketua Pujianto dari RT 37/RW 10 mengatakan, “Ini sudah ada sebelum Kwangenrejo Sidokumpal ada.” Pujianto biasa dipanggil Pak Heru merujuk pada nama anaknya Heru.

Menyemai Tenggang Rasa Di Dusun Gempol, Kendal

Pak Heru awalnya tidak bisa membaca dan menulis. Dia bisa membaca dan menulis ketika dia mulai memegang telepon, dan baru kemudian belajar menulis atau membaca pesan teks. Namun karena keuletannya, ia diberi tanggungan RT 37.

Kerukunan antar sesama warga yang berbeda keyakinan bukanlah hal baru di Kwanganrejo. Desa tersebut sudah ada sejak tahun 1930 dan penduduknya semuanya beragama Kristen. Baru pada tahun 80-an sebagian umat Islam datang membangun mushola. Sekarang jumlah pemeluk agama yang berbeda di desa itu hampir sama. GKJTU memiliki sekitar 45 mandal dan sama di GPIB yaitu 45 mandal, umat Islam berkembang sangat pesat, sekitar 80 orang.

Baca Juga  Jelaskan Pengertian Seni Rupa Terapan

“Di sini, agama menjadi keyakinan pribadi. Jadi tidak ada paksaan. Ada orang yang ayahnya beragama Kristen dan anaknya beragama Islam. Atau sebaliknya. Persatuan sangat kental di sini,” ujar anggota pengurus GPIB Passano.

Pasano berusia 67 tahun. Ia menjadi anggota Sidang Umum GPIB dan sering membantu warga dalam beribadah. Adik perempuan Parsono menikah dengan Kia Fauzan dan telah menjadi Muslim sejak tahun 1980-an. Kiai Fauzan merupakan pendiri musala satu-satunya di Kwanganrejo. Hubungannya dengan Kiai Fauzan tidak pernah bermasalah. Karena perbedaan keyakinan merupakan hal yang lumrah di kalangan keluarga di Kwanganrejo.

Pdf) Beragama Di Tengah Kebhinekaan: Pemaknaan Keberagamaan Pemeluk Buddha Dan Islam Di Dusun Sodong Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo

Warga Kwanganrejo sangat menjaga kerukunan umat beragama. Pantas saja tidak pernah ada pertengkaran antar pemeluk agama yang berbeda di desa itu. Hampir semua masalah dapat diselesaikan melalui dialog dan persatuan. Misalnya, jika seorang penduduk meninggal dunia, maka penduduk tersebut bertanggung jawab untuk menguburkan jenazahnya, dan tidak peduli apa agamanya. Satu-satunya perbedaan adalah dalam proses pemakaman. Misalnya yang mati adalah orang Islam, dan orang Kristen akan membantu menggali kuburan atau menyiapkan kursi untuk tamu, dll.

Bahkan, untuk acara Thanksgiving atau peringatan Hari Orang Mati, semua warga diundang untuk hadir oleh pembawa acara. Karena mayoritas masyarakat Kwanganrejo adalah warga Nahdaliyyin (Nahdlatul Ulama), banyak acara adat seperti Nyatus (100 hari memperingati kematian) atau Nuvu (1.000 hari memperingati kematian) dan perayaan lainnya juga termasuk umat Kristiani. Bahkan dalam acara ini, umat Kristiani hanya akan duduk dan tidak ikut berdoa. “Kami mulai saling menghormati,” kata sesepuh Yono dari GKJTU Kwangenrejo.

Yono menemuiku di rumahnya yang sederhana dengan lantai kotor. Dia menunjukkan undangan ke Tingkapan (hamil tujuh bulan) kepada tetangganya yang Muslim. Saat itu Ibu Sumyati, istrinya bekerja di ladang atau membantu memasak di rumah Ibu Patami alias Tinkpan. “Ya, saya akan datang ke perayaan itu. Tetangga kami mengundang kami,” katanya.

Tidak hanya acara yang diselenggarakan oleh orang Kristen yang diselenggarakan oleh umat Islam, tetapi acara yang diselenggarakan oleh orang Kristen juga sering melibatkan umat Islam. Misalnya, untuk perayaan Natal tahun 2017, seluruh warga Kwanganrejo diundang ke GPIB, dan banyak umat Islam yang turut serta. Mereka merayakan Natal di halaman gereja pada 30 Desember 2017.

Personel Polsek Membalong Melaksanakan Pengamanan Kegiatan Vaksinasi Covid 19 Di Balai Dusun Air Merah Desa Simpang Rusa Kecamatan Membalong

“Tanggal 24 Desember ada kebaktian Natal dan hanya umat Kristiani yang hadir. Tapi untuk merayakannya ya kita semua bersama-sama,” ujar Hartono, koordinator posko pelayanan saksi di GPIB Kwanganrejo.

Hartono menuturkan, saat Idul Fitri, keluarganya juga menyiapkan aneka jajanan dan menaruhnya di atas meja. Merayakan Muslim juga datang ke rumah mereka untuk tetap berhubungan dan meminta pengampunan. “Di sini kerukunan ini sudah menjadi kebiasaan bagi kami. Jadi tidak perlu ada program atau apapun. Ya, terjadi secara alami saja,” ujarnya.

Kerukunan tampaknya mengakar kuat di antara umat beragama Kwangenrejo. Ada banyak masalah intoleransi

Kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat berbeda agama, kerukunan agama, kerukunan antar agama, makalah kerukunan antar umat beragama di indonesia, bukti nikah secara agama, kerukunan antar umat seagama, materi kerukunan antar umat beragama, contoh perilaku kerukunan antar umat berbeda agama, kerukunan antar umat, kerukunan agama di indonesia, toleransi antar agama