Arti Tetenong Dalam Bahasa Sunda – H.U.halaman “Jawa Barat”. Pikiran Rakyat, 24 Oktober 2016, memuat tiga berita tentang pergerakan tanah, tanah longsor, dan banjir. Empat bencana terjadi di bagian selatan Zhanyu, tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga delapan wilayah lain di wilayah tersebut, menurut Badan Geologi dan Meteorologi (BMKG). .Tanah longsor dan banjir lainnya dilaporkan terjadi di sekitar distrik Palabuhan Ratu, sementara headline lainnya berbunyi, “92% wilayah (Distrik Tasheng) rawan longsor.” Itu sebabnya, pasca bencana banjir dan longsor di Garut dan Sumedang, Jawa Barat sepertinya harus berhati-hati.

Erosi tanah akibat sungai atau erosi air permukaan sering terjadi di daerah yang tidak memiliki pepohonan yang memadai. Pikiran Rakyat (20 Juli 2016) Foto reruntuhan Sungai Cimanuk memperlihatkan betapa tembok batu tebal sekalipun tak mampu menahan aliran air. Sebaliknya, seperti terlihat di pojok kanan gambar, pemandangannya gundul, hanya ditopang oleh sebatang pohon lunak (pisang). Bahkan, sisi lain yang dilapisi bambu tebal terlihat aman dan tenteram meski tidak berdinding batu. (Foto: Tati Purnawati/Humas)*

Arti Tetenong Dalam Bahasa Sunda

Sungguh sebuah kabar yang memprihatinkan, mengingat kekhawatiran ini tidak hanya berlaku di tempat terjadinya berita di atas saja, namun bisa dikatakan meluas hampir di seluruh wilayah Jawa Barat. Faktanya, Jawa Barat saat ini menghadapi paradoks alam yang ekstrim, yaitu pada musim hujan terdapat risiko banjir dan tanah longsor, sedangkan pada musim dingin terdapat risiko kekeringan dan kekurangan air bersih. Ahli geologi T. Bachtiar mengingatkan hal ini melalui beberapa tulisannya, kutipan dari buku “Bandung Purba” (2016, edisi ke-4): “Ini sebenarnya ekspresi alam, pengelolaan lerengnya Tidak Sehat” (B.375). Dalam artikel yang sama, ia juga menanyakan: “Apakah masyarakat dan pemerintah daerah merasa menderita, atau tidak merasa bahwa mereka mengubah hutan alam menjadi hutan produksi dan kemudian membangun pertanian pangan di lereng yang curam…?” T. Konteks umum teks Bachtiar berlaku di Bandung, namun sebenarnya berlaku di Jawa Barat, dan bahkan Indonesia secara keseluruhan.

Kamus Etimologi Bahasa Indonesia

Kami percaya bahwa kita perlu merenungkan dan menghidupkan kembali kearifan yang benar-benar kita miliki, termasuk yang terkait dengan bambu.

Baca Juga  Median Dari Data Tersebut Adalah

Orang Sunda sebenarnya punya pepatah “kudu kawas awi jeung gawirna” (Bentuknya harus seperti bambu yang ujungnya). Makna sebenarnya dari peribahasa tersebut adalah batu dan bom adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seperti kebanyakan peribahasa, ia berfungsi sebagai ajaran atau peringatan, menjadikan pohon bambu selalu sama dengan batu; memperingatkan kita bahwa jika salah satu bom atau batu pecah, pasti akan terjadi bencana.

Perihal penggunaan kata “kudu siga” (yang seharusnya sama), peribahasa ini juga dapat dijadikan sebuah peribahasa yang berlaku secara universal pada semua kehidupan, antara lain mengajarkan bahwa hal-hal seperti perkawinan, persaudaraan, atau persahabatan haruslah demikian Seperti batu bata dan batu; masing-masing bergantung pada seberapa baik yang lain memberi dan melindungi. Sedangkan makna sampiran adalah memberikan edukasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup, yaitu pohon bambu yang akarnya kuat dan tertutup disebarkan untuk melindungi celah-celah yang mungkin terjadi longsor (jika dirawat) menjadi indah dan nyaman.

Pepatah kuno ini jelas mendahului kesadaran lingkungan yang menjadi perhatian utama masyarakat modern. Baru-baru ini kita menyadari bahwa bambu memiliki potensi besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan lingkungan dan memiliki beragam fungsi ekonomi. Beberapa contoh reboisasi pada kasus hutan tropis yang terdegradasi mulai memilih tanaman bambu sebagai alternatif, yang ternyata merupakan solusi yang hampir sempurna. Sifat biologis bambu telah terbukti berhasil mengendalikan kesuburan tanah, pohon dan akar mencegah erosi, dan tanaman bambu seringkali mampu mengurangi tingkat polusi karbon dioksida di atmosfer. Di sisi lain, dari sudut pandang sosial, seperti yang diajarkan oleh masyarakat tradisional dan kemudian melalui perkembangan ilmu pengetahuan yang maju secara luas, bambu semakin mungkin menggantikan kebutuhan kayu hutan tropis (tropical wood) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kertas, kertas, dll. , pakaian. , industri furnitur, dan peralatan konstruksi.

Bocor Dan Batal

Bambu hanya membutuhkan waktu tiga hingga lima tahun untuk matang dan siap dipanen, yang tampaknya sebanding dengan musim tanam pohon yang paling lunak. Setelah masa awal pertumbuhan atau kemunculannya, banyak spesies bambu yang bahkan sudah bisa dipanen ketika baru berumur empat atau enam bulan.

Menyadari potensi bambu, Amerika Serikat mulai mengalihkan perhatiannya pada bambu. Sebuah esai tentang bambu yang menunjukkan betapa pentingnya dan mendesaknya bambu bagi rakyat Amerika dan kepentingan nasional. Teks tersebut bahkan diberi judul “Apa Arti Bambu bagi Masa Depan Amerika”.

Baca Juga  Apa Yang Perlu Kamu Perhatikan Ketika Mengomentari Sebuah Cerita

Menariknya, Amerika Serikat hampir tidak memiliki sejarah bambu pada awal sejarahnya. Amerika Serikat tidak seperti kita dan seluruh budaya Indonesia, juga tidak seperti Tiongkok, Jepang, dan sebagian besar negara Asia Tenggara yang memiliki sejarah budaya bambu; namun menurut surat kabar tersebut, subtitle “Amerika perlu menanam bambu” tiba-tiba muncul.

Pertama, tanaman bambu dan hutan bambu menyerap oksigen 35% lebih banyak dibandingkan pohon lainnya. Satu hektar bambu mampu menyerap 25 ton karbon dioksida per tahun, sedangkan hutan muda non-bambu hanya mampu menyerap 6 ton karbon dioksida per tahun.

Soal Bahasasunda Kelas 4

Kedua, serat bambu sangat bagus untuk kertas dan tekstil. Produksi tahunan bambu olahan secara global mencapai 1,5 juta ton, 80% di antaranya dipenuhi oleh Tiongkok dan India. Kini, baik itu industri bambu, dampak lingkungan dari dapur atau taman, atau pakaian bambu, telah menjadi fokus masyarakat Barat. Kain yang terbuat dari bambu sebenarnya selembut sutra dan lebih menyerap dibandingkan kapas, dan yang lebih penting, bahan alami tersebut memiliki sifat antibakteri. Menurut majalah National Geographic (Mei 2007), informasi menemukan bahwa Tiongkok memperoleh jutaan dolar pada tahun 2004 dengan mengekspor bambu sebagai bahan baku industri tekstil. Pada tahun 2006, angka ekspor meningkat hampir sepuluh kali lipat.

Bambu pada dasarnya merupakan tanaman tahunan yang hanya perlu ditanam satu kali dan kemudian dapat dipanen secara rutin tanpa perlu penanaman kembali. Dan jelas bahwa bambu lebih baik daripada kapas, terutama dalam menghadapi pemanasan global. Pertanian bambu tidak hanya mengurangi emisi CO2, tetapi juga tidak memerlukan penggunaan traktor seperti pertanian kapas, yang berarti menggunakan lebih sedikit bahan bakar dan menghasilkan lebih sedikit limbah karbon.

Berbeda dengan Amerika yang hampir tidak memiliki budaya bambu, negara ini mulai merubah budaya aslinya yaitu menanam kapas, berbeda dengan budaya Indonesia yang sudah memiliki budaya bambu. Ribuan tahun yang lalu. Misalnya saja masyarakat Kanex (Bedui) di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, yang mempunyai adat istiadat membuat waroge, yaitu adat menato bambu berukuran sedang untuk mengusir roh jahat. Jika melihat banyak produk yang sangat dekat dengan zaman Paleolitik atau Zaman Batu, komunitas Carnex dianggap sebagai ujung terakhir komunitas megalitik yang masih berdiri hingga saat ini. Varog merupakan bagian dari budaya yang diwariskan secara turun temurun, sehingga tidak menutup kemungkinan merupakan warisan budaya yang sudah berumur ribuan tahun.

Baca Juga  Urutkan Bilangan Berikut Dari Yang Terkecil

Komunitas Kanex juga bisa dibilang merupakan pemilik sah seni Angron yang paling produktif (awal), bahan bambu terpenting. Hal menakjubkan lainnya adalah menyaksikan pembangunan jembatan bambu yang melintasi Sungai Cihujung di Desa Gajeboh. Jembatan yang menghubungkan kedua lembah ini panjangnya sekitar 40 meter dan terbuat dari bambu. Berdiri kokoh di atas tiang penyangga berupa avi gombon (bambu besar), davit dan dek jembatan biasanya terbuat dari tali avi. Secara arsitektural dan estetis, jembatan yang jauh dari interior Carnex ini kerap menghadirkan kejutan bagi masyarakat, bahkan para ahli dari berbagai bidang penelitian pun kerap datang untuk mempelajarinya. Di sisi lain, mengingat alamnya yang bergunung-gunung dan beberapa lembah yang terjal, maka dapat dikatakan juga bahwa peradaban teknologi jembatan masyarakat Canex merupakan bagian dari budaya tradisional yang ada di masyarakat itu sendiri.

Patanjala V3n1 2011 Final Isi

Bagi masyarakat Sunda, bambu juga diharapkan dapat menyelamatkan mereka dari segala permasalahan, termasuk kemiskinan dan kerusakan alam. Ini bukan fantasi. Masyarakat Sunda sudah mempunyai hubungan erat dengan bambu sejak zaman dahulu. Ada banyak pengalaman para pendahulu kita yang patut dijadikan pembelajaran. Masyarakat Sunda sangat erat hubungannya dengan bambu sejak lahir hingga meninggal.

Jatnika, pakar bambu sekaligus pengurus harian Ikatan Bambu Indonesia, bahkan mengatakan masyarakat Sunda memiliki ikatan yang tidak dapat dipisahkan dengan bambu sejak lahir hingga dimakamkan. Jatnica menjelaskan, saat lahir, bayi Sunda akan dikeluarkan ari-arinya dengan menggunakan sembiru, alat pemotong yang terbuat dari rebung. Pertumbuhan selanjutnya selalu dikaitkan dengan bambu hingga kematian diletakkan di atas brankar dengan peti bambu dan penutup badan anyaman bambu. Menurut masyarakat Sunda yang tinggal di sekitar Bambu, sungguh mengejutkan jika masyarakat berbudaya tinggi ini pernah mengalami bencana tanah longsor dan banjir. ***

Sebagian dari kita mungkin masih ingat dengan lagu “Bulu Tangkis” (terbitan tahun 1955) karya Mang Keko (1917-1985) yang sangat populer saat itu. Lagu tersebut menggambarkan bagaimana orang (anak di bawah umur) mempraktikkan hobi bermain bulu tangkis di dalam Kebon Awi atau pagar bambu. Beberapa lirik lagunya ada dibawah ini.

Lagu tersebut menjadi semacam penghubung kenangan akan keindahan bambu, sehingga kehadirannya tidak hanya memberikan pengalaman tertulis tetapi juga menghubungkan banyak kenangan logis.

Museum Sejarah Dan Budaya

Lagu Bulu Tangkis karya Mang Keke (1917-1985) mengungkapkan kesederhanaan dan kebahagiaan orang-orang yang bermain bulu tangkis di taman bambu. (Gambar dari www.wikiwand.com/id/Mang_Koko)

Bisa jadi juga memiliki halaman bersih (clean, clean) terpatri dalam ingatan kita.