Berikut Termasuk Tarian Upacara Pemujaan Adalah Tari – Tari Tumbu Tanah atau Tari Tumbu Tana merupakan tarian tradisional masyarakat Arfak yang tinggal di Manokwari. Tarian ini disebut juga dengan tarian ular karena dalam formasi tarian ini seekor ular melilit tubuh pohon. Tari Tumbu Tanah sering dipentaskan untuk menyambut tamu dari luar masyarakat Arfak, untuk memenangkan peperangan dan untuk menyambut acara-acara penting seperti merayakan pernikahan. Tari Tumbu Tanah menjadi identitas masyarakat Arfak karena segala gerak, formasi, lagu pengiring, alat musik dan aksesoris dalam tari Tumbu Tanah merupakan ciri khas masyarakat Arfak yang membedakannya dengan tarian suku lain di Papua. . daerah.

Keempat suku tersebut menyebut tarian ini sebagai tarian Tumbu Tanah karena mereka menyebutnya dengan bahasa yang berbeda. Orang Hattam menyebutnya Ibihim, dan orang Moile menyebutnya Naam. Suku Meyakh menyebut tarian Tumbu Tanah Mugka, dan suku Sough menyebutnya Manyohora.

Berikut Termasuk Tarian Upacara Pemujaan Adalah Tari

Penamaan tarian Tumbu Tenach diawali dengan masuknya agama Kristen dari Jerman oleh dua misionaris, Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler.

Unsur Unsur Tari Beserta Penjelasan Lengkapnya Yang Penari Harus Tahu

Mereka tidak hanya menjalankan misi penginjilan, tetapi juga membangun berbagai pelayanan sosial dan infrastruktur yang mengubah peradaban masyarakat Papua, khususnya Manokwari.

Untuk memudahkan membicarakan tarian ini, masyarakat Arfak menggunakan bahasa Indonesia untuk menyebut tariannya dengan sebutan tari Tumbu Tanah agar dapat dikenali oleh orang lain di luar keempat sub suku tersebut.

Itu dimulai di Kampung Ndui. Legenda Jambu Mandatjan adalah kisah tentang perebutan kepemilikan salah satu pohon jambu yang dibagi menurut marga (marga).

Di Manokwari oleh anak-anak dari salah satu kereta api. Seorang anak laki-laki menembakkan anak panah dalam perjuangan, tetapi meleset dan mengenai seekor burung. Aksi ini kemudian dikritik oleh anak-anak lain yang menjadi rivalnya, hingga melibatkan orang tua masing-masing kereta. Setiap kali dia mengklaim bahwa apa yang dilakukan putranya adalah benar. Hal ini memperburuk hubungan harmonis antar kereta api.

Mengenal Tari Pendet Dari Sejarah, Kostum, Dan Variasi Gerakan

Konflik membuat kedua belah pihak bersumpah untuk tidak pernah hidup bersama lagi. Sejak itu, setiap kereta meninggalkan rumahnya dan membangun tempat tinggal baru di daerah yang berbeda.

Baca Juga  Contoh Kegiatan Industri Bergerak Dalam Bidang Jasa Antara Lain

Kelompok yang bergerak ke daerah Anggi kemudian melepaskan masyarakat berbahasa Arfak yang berbahasa Sough, sedangkan kelompok yang bergerak ke arah timur laut menuju daerah Minyambouw meninggalkan masyarakat berbahasa Arfak yang berbahasa Hattam. Suku Sough kemudian menyebar ke selatan yaitu dari Dataran Nama, Beimes, Chatubouw, Surey, sebagian Kota Ransiki hingga wilayah Kabupaten Teluk Bintuni. Adapun masyarakat Hattam menyebar ke Pegunungan Arfak, terutama Hingk, Awibehel, Beganpei dan Pinibut.

Setelah sekian lama terpisah, suku-suku tersebut rindu untuk dipersatukan kembali. Inilah alasan mereka menyelenggarakan cintakuek (pesta makan malam), mengundang berbagai suku yang tersebar di wilayah Arfak. Tujuan diadakannya festival ini adalah untuk menjalin kembali hubungan dengan suku lain, dan untuk memamerkan kekayaan masing-masing suku, terutama yang berkaitan dengan kekayaan pertanian.

Menurut cerita yang berkembang di jamaah, beberapa orang bangun setelah makan malam untuk mengapresiasi tuan rumah (suku Khattam) yang telah menyiapkan segalanya untuk para tamu. Tanpa sadar, banyak yang melompat-lompat di tempat. Ini diikuti oleh semua undangan hingga terjadi aksi penumpasan di lapangan. Selain melompat-lompat, mereka juga berteriak sebagai ungkapan kebahagiaan reuni. Akhirnya mereka bersepakat untuk menari dengan gerakan melompat-lompat seperti ini sambil bergandengan tangan dengan penari lain di berbagai acara untuk terus mempererat tali silaturahmi keempat sub suku tersebut.

Tari Tradisional Dari Berbagai Provinsi Indonesia

Tari Tumbu Tanah dibawakan oleh ansambel Arfak di Rumah Kaki Seribu untuk menyambut tamu luar (Assa & Hapsari 2015, hlm. 31).

Tari Tumbu Tanah merupakan tarian yang dilakukan secara kolektif dan tidak dibatasi jumlah pesertanya. Tarian ini bisa terdiri dari warga satu desa atau gabungan warga dari beberapa desa. Artinya, tari Tumbu Tanah dapat dipentaskan secara berkelompok dari semua lapisan masyarakat, baik tua maupun muda, dengan ikut terlibat dalam tarian tersebut.

Tari Tumbu Tanah dipertunjukkan untuk menyambut berbagai acara penting seperti perayaan ulang tahun orang-orang berpengaruh di masyarakat Arfak, penyambutan tamu dari luar masyarakat Arfak atau kunjungan pejabat setempat, peresmian pembangunan, pesta perkawinan dan perayaan kemenangan perang.

Secara umum tidak ada perbedaan gerak dasar tari Tumbu Tanakh di kalangan suku Arfakit. Perbedaan utama terletak pada pasangan penari, lagu yang dinyanyikan dan tujuan dari tarian tersebut.

Tarian Tradisional Indonesia Dari 34 Provinsi!

Juga, tidak banyak gerakan dalam tarian ini. Tari Tumbu Tanah hanya memiliki dua gerakan dasar yaitu bihim ifiri kai cut (melompat dengan kaki di lantai) dan yam (berpegangan tangan). Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam tari Tumbu Tanah seharusnya berbau nyanyian pujian kepada arwah leluhur masyarakat Arfak.

Baca Juga  Mewarnai Bingkai Foto Dari Bubur Kertas Agar Hasilnya Baik Menggunakan

Bihim ifiri kai cut melompat dengan kaki di tanah. Gestur ini dianut oleh masyarakat Arfak, mulai dari kuskus (disebut miya dalam bahasa Khattam), yang melompat dan membungkuk atau berpenampilan seperti burung pandai, maupun dari acara jamuan reuni.

(Di Khattam ini disebut breicew, urinyai atau undebaicing) bersarang. Orang Arfak menirukan gerakan dua hewan karena dianggap mudah untuk menari.

Gerakan melompat dilakukan di tengah lagu dengan cara mengetukkan kaki ke lantai. Dalam gerakan ini, kaki penari menjadi kekuatan loncatan. Dengan menekuk lutut sedikit ke depan dan mendorong tubuh ke atas dengan menggunakan tumpuan, penari harus mendarat dengan kaki sejajar. Tujuan dari gerakan yang selalu dimulai di tengah lagu ini adalah agar para penari tidak terlalu lelah. Dalam tarian Tumbu Tanah, sebuah lagu biasanya berdurasi 3-5 menit, sedangkan Tumbu Tanah biasanya menyanyikan 7-10 lagu dalam sebuah tarian. Ansambel Arfak percaya jika gerakan melompat dimulai dari awal lagu di Tumbu Tanah, penari akan cepat lelah dan hanya bisa menyanyikan 3-5 lagu.

Perhatikan Gambar Di Bawah Ini! Tarian Pa

Yam adalah gerakan berpegangan tangan sambil terus melompat-lompat. Gerakan ini bukan bergandengan tangan seperti biasa, melainkan melompat-lompat dengan meletakkan tangan di lengan atau siku penari lain. Inti dari gerakan ini adalah ketika Anda melompat, Anda tidak memukul wajah dan dada penari lain.

Tari Tumbu Tanah biasanya dibawakan oleh 10 orang. Sebelum mementaskan tari Tumbu Tanah, masyarakat Arfak mengadakan acara makan bersama yang disebut cintakuek.

Secara garis besar ansambel Arfak mengenal tiga bentuk formasi dalam tari Tumbu Tanah. Ketiga bentukan tersebut adalah jey/srem (diperpanjang), ikrop (setengah lingkaran) dan nimot (lingkaran penuh).

Menurut Kondologit dan Sawaki, ketiga formasi tersebut terinspirasi dari banyaknya ular yang ditemukan di Pegunungan Arfak. Selain Kasuari, dalam sistem religi masyarakat Arfak, ular merupakan hewan yang disakralkan.

Hari Tari Internasional: Mengenal Tarian Indonesia Yang Sudah Diakui Unesco

Jey/srem adalah formasi panjang. Formasi ini dilakukan dari angka pertama hingga angka ketiga. Dalam formasi panjang ini, peci (penari utama) berdiri di depan penari lainnya sambil menyanyikan diun yang telah disiapkan (lagu yang hanya bisa dinyanyikan oleh orang tua). Kemudian penari lainnya berbaris mendatar di sebelah kanan pemimpin lagu hingga semua penari siap, mengikuti lagu kedua yang dinyanyikan oleh pemimpin tarian. Lagu kedua yang dinyanyikan dalam tari Tumbu Tanah adalah nihet duwei, sejenis lagu status (lagu untuk penyambutan tamu, pesta perang atau perayaan perkawinan). Saat lagu kedua memasuki tahap akhir, semua penari mulai melompat dan mengetukkan kaki sambil berpegangan tangan.

Baca Juga  Saat Melakukan Push Up Gerakan Tubuhnya Ialah

Tari Tumbu Tanah disebut juga dengan tari ular karena formasi terakhir dalam tarian ini berupa ular yang melilitkan tubuhnya pada pohon (Kondologit & Sawaki 2016, hlm. 104–107).

Icrop adalah formasi setengah lingkaran. Dalam barisan ini, para penari tidak memecah barisan panjang. Mereka berpegangan tangan untuk berhenti sekitar +1-3 menit. Menurut Kondologit dan Sawaki, setelah menyanyikan setiap lagu terdapat jeda yang digunakan penari untuk bernapas dan mengatur kekuatannya. Para penari kembali bergandengan tangan dan melompat-lompat, sedangkan penari paling kanan dan kiri menggiring penari lainnya membentuk formasi setengah lingkaran. Setelah membentuk setengah lingkaran, lagu selanjutnya dinyanyikan kembali.

Nimot adalah formasi lingkaran penuh. Proses formasi terakhir dalam tari Tumbu Tanakh ini hampir sama dengan formasi kedua yaitu penari terakhir memberi aba-aba terlebih dahulu dan membimbing penari lainnya membentuk lingkaran. Para penari menyesuaikan posisinya membentuk lingkaran penuh sambil bernyanyi, melompat, dan berpegangan tangan. Kedua penari di ujung bergandengan tangan dan berpegangan tangan. Salah satu kekhasan dari formasi terakhir ini adalah jika penarinya lebih dari 10 orang, maka formasi lingkaran tersebut terbagi menjadi dua atau tiga. Semakin banyak penarinya, semakin banyak lingkarannya, seperti membuat ular yang melingkari tubuh. Dalam formasi ini pemimpin tari tetap pada tempatnya dan dikelilingi oleh penari lainnya.

Nama Tarian Dan Properti Tari Yang Digunakan

Dalam sistem religi, masyarakat Arfak memiliki kepercayaan yang didasarkan pada roh leluhur dan Sema (perantara roh leluhur). Diyakini bahwa Sema meninggalkan mereka dan berada di Pulau Roswar karena tidak menginginkan kehidupan yang kotor. Untuk itu lagu pujian kepada arwah leluhur dan Sema wajib dinyanyikan dalam tari Tumbu Tanah. Lagu pengiring yang dibawakan dalam tari Tumbu Tanah antara lain diun, nihet duwei dan isap. Ketiga lagu tersebut adalah meloncat, menghentak dan dinyanyikan bergandengan tangan. Menurut Assa dan Hapsari, lirik lagu kedua dan ketiga sering dibuat sendiri sebagai ungkapan tujuan tari Tumbu Tanah.

Bowerbird biasa, yang sering disebutkan dalam puisi-puisi Diun, kini dapat ditemukan langsung di habitat aslinya; salah satunya berada di Manokwari, di negara bagian Papua Barat, di Cagar Alam Pegunungan Arfak (Kondologit &

Berikut yang termasuk gambar ilustrasi adalah, berikut yang termasuk reklame adalah, berikut ini yang termasuk energi alternatif adalah, berikut ini yang termasuk rukun tayamum adalah, berikut yang termasuk alat musik tradisional adalah, berikut yang termasuk 6m adalah, berikut yang tidak termasuk limbah anorganik adalah, berikut yang termasuk komoditas ekspor indonesia adalah, berikut yang termasuk sampah organik adalah, tari jaipong termasuk jenis tarian, berikut ini yang termasuk perangkat output adalah, awalnya tari balet termasuk tarian