Dahulu Lembaga Pendidikan Tinggi Disebut – Jika saya tidak memulainya sekarang, rakyat saya akan tertinggal. Saya harus memulainya dan saya yakin itu memerlukan banyak pengorbanan. Kalau laki-laki bisa, kenapa perempuan tidak?

Kutipan di atas berarti bahwa setiap individu mempunyai potensi untuk membuat perbedaan yang signifikan. Terlepas dari status sosial dan

Dahulu Lembaga Pendidikan Tinggi Disebut

Sosok Rahma al-Yunusiyya seolah menyadarkan pentingnya persamaan hak bagi perempuan, khususnya di bidang pendidikan. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad berikut ini:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

. Hal ini pula yang memotivasi Rahman untuk mengubah tradisi lama yang mengakar di masyarakat saat itu dan bahwa kehidupan perempuan tidak jauh dari kasur, sumur, dan dapur. Pendidikan lebih penting bagi laki-laki dibandingkan perempuan. Kepedulian Rahman menjadi titik awal untuk mengembangkan visi perubahan. Ia ingin membuat sekolah khusus anak perempuan, agar perempuan tidak hanya menjadi ibu yang baik, tapi juga pintar. Karena seorang ibu adalah taman kanak-kanak pertama bagi anak-anaknya kelak.

Niat baik Rahman mendapat dukungan penuh dari kakaknya Zainuddin Labay el-Yunusi. Pada tanggal 1 November 1923, didirikan sekolah Islam pertama di Indonesia di Padang Panjang. Nama sekolah “

” (Sekolah Putri Diniyya). Hingga saat ini, Diniyyah Puteri terus berkembang dan melahirkan lulusan-lulusan terbaik di berbagai daerah. Beberapa di antaranya telah menjadi figur publik yang berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat. Langkah nyata Syaikha Rahmah al-Yunusiyya terhadap pendidikan perempuan sangat inspiratif. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perjuangan Syaikhah Rahmah yang belum diketahui masyarakat luas. Penulis menelusuri sejarah berdirinya sekolah putri pertama yang didirikan oleh Rahma al-Yunusiyya di Padang Panjang dengan bukti dokumenter yang relevan. Banyak fakta terkait perjalanan karir Syaikha Rahmah yang dijelaskan lebih detail.

Pendeta Minangkabau Rahma el-Yunusiyya aktif memperjuangkan pendidikan perempuan di Indonesia. Wanita yang populer dengan sebutan “tek Amah” ini lahir pada tanggal 20 Desember 1900 di Bukit Surungan, Padangpanjang, Sumatera Barat. Ibunya, Rafi’ah Langkat, berasal dari Kabupaten Bukittinggi dan masih merupakan keturunan ulama. Mamak, salah satu anggota empat tingkatan di atas, mempunyai hubungan kekerabatan dengan Haji Miskin

Sejarah Lahirnya Darud Da’wah Wal Irsyad (ddi)

Di kawasan Kuas Pandai. Kakeknya, Syekh Imaduddin, juga dikenal sebagai pendeta, ahli astronomi, dan anggota Tarekat Naqsibandiya Khalidiya Tanah Minang.

Baca Juga  Menggambar Cerita Dengan Teknik Kering Tidak Perlu Menggunakan

Semasa kecil, Rahma dikenal sebagai anak yang berkemauan keras dan ambisius. Hal ini menunjukkan kegigihannya dalam belajar mandiri. Meski tidak mengenyam pendidikan tinggi, Rahma banyak belajar dari kakak laki-lakinya, Zainuddin Labay el-Yunusi dan Muhammad Rasyad. Kedua saudara laki-lakinya belajar di sekolah

Milik pemerintah Belanda, Abbas Abdullah Padang kemudian menjadi murid Payakumbukh Japon (meninggal tahun 1967). Rahma juga bersekolah di Sekolah Diniyya – sekolah Islam modern – yang didirikan pada tahun 1915 oleh kakaknya Zainuddin Labai. Keahlian kakaknya Zainuddin dalam mempelajari bahasa asing seperti Inggris, Arab, dan Belanda membantu Rahma untuk banyak belajar sastra asing. . Hal ini memudahkan Rahma dalam mempelajari berbagai ilmu. Ia dikenal sebagai wanita yang sangat pekerja keras, rajin, dan cerdas

Kurang dari setahun bersekolah, Rahmah bertunangan dengan pendeta muda bernama Bahauddin Lathif dari Sumpur, Padangpanjang. Saat itu Rahma masih berusia 16 tahun. Selain menjadi ustadz, Bahauddin Lathif juga terjun ke kancah politik Minangkabau. Berbeda dengan Rahmah, ia lebih memilih bekerja di bidang pendidikan tanpa terpengaruh keyakinan politik apa pun. Karena perbedaan pendapat tersebut, Haji Bahauddin menceraikan Latif Rahma atas persetujuan bersama.5 Pernikahan Rahma berlangsung enam tahun dan tidak menghasilkan anak. Setelah bercerai, Rahma tidak menikah lagi dan mengabdikan dirinya sepenuhnya pada sekolah putri yang didirikannya, sambil belajar di Sekolah Diniya.

Majalah Balairung Edisi 57: Kebekuan Lembaga Pendidikan By Bppm Balairung Ugm

, Rahma merasa sedikit cemas. Jika siswa laki-laki dan perempuan dicampur dalam satu kelas, perempuan tidak dapat mengemukakan pendapat dan menggunakan haknya dalam proses pendidikan. Dia melihat masalah yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda

Hal ini tidak dijelaskan secara rinci oleh guru laki-laki. Untuk itu, ia mengajak beberapa temannya, Rasuna Said dari Maninjau, Nanisa dari Bulaan Gadang Banuhampu, dan Djawana Basyir dari Lubuk Alung untuk membentuk kelompok belajar bersama Syekh Abdulkarim Amrullah (Inyiak Haji Rasul) untuk membahas masalah agama dan perempuan. , ayah almarhum. Buya Hamka di Jembatan Surau Besi.6 Proses pembelajaran inilah yang menginspirasi Rahma untuk membuka sekolah khusus perempuan. Ia berpendapat bahwa perempuan harus tahu lebih banyak tentang pembahasan fiqh atau mempelajari isu-isu perempuan. Perempuan mempunyai hak yang sama atas pendidikan seperti laki-laki.

Rahma mengutarakan niat baiknya kepada sang adik untuk mohon doa restu dan bantuannya. Kakaknya menyetujui dan mendukung penuh cita-cita Rahma, begitu pula rekan-rekannya yang tergabung dalam PMDS7 (Ikatan Siswa Sekolah Keagamaan). Sekolah khusus putri pertama didirikan pada tanggal 1 November 1923

Baca Juga  Bagaimana Cara Membuat Hiasan Dari Biji Bijian

Terletak di Masjid Pasar Usang. Tujuan akhir Rahma adalah meningkatkan status sosial perempuan melalui pendidikan modern berdasarkan prinsip Islam. Menurutnya, peningkatan status sosial perempuan tidak bisa dipercayakan kepada pihak lain, melainkan harus dilakukan sendiri oleh perempuan.

Contoh Mou Jg

Rahma meninggal di rumahnya di Padang Panjang pada hari Rabu tanggal 26 Februari 1969 1388 H, pukul 19.30. Rahma El-Yunusiya meninggal dunia dalam usia 68 tahun 2 bulan. Jenazah Rahma dimakamkan di pemakaman keluarga dekat rumahnya, dekat Perguruan Tinggi Diniyya Puteri.8 Meski jenazahnya telah tiada, warisan dan perjuangannya untuk perempuan masih dikenang. Pengorbanannya dalam hidupnya tidak sia-sia, perjuangan dan dedikasinya dalam bidang pendidikan membawa manfaat yang besar bagi agama, masyarakat, negara, khususnya perempuan. Inilah nama besar Rahmah El Yunusia sebagai pendeta perempuan yang memperjuangkan pendidikan perempuan Indonesia.

Pada tahun 1924, saudaranya Zainuddin menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini pasti sangat menyakiti hati Rahma. Ia berusaha menyelamatkan pesantren yang dibangunnya tanpa campur tangan kakaknya. Saat gempa kuat menghancurkan gedung sekolah yang dibangunnya, Rahma banyak mendapat bantuan, salah satunya dari pemerintah Belanda. Sekolah tersebut akan mendapat dukungan penuh dengan syarat Diniyyah Puteri menjadi lembaga yang berada di bawah kendali pemerintah Belanda. Rahma dengan tegas menolak bantuan tersebut. Ia tidak ingin campur tangan Belanda menguasai dan mengatur sistem pendidikan yang telah ia ciptakan dengan susah payah. Hibah dari pemerintah kolonial akan mengikatnya dan memberikan kebebasan pemerintah kolonial untuk mempengaruhi arah program pendidikan anak perempuan Sekolah Diniya. Semua orang bisa berpartisipasi dalam politik, tapi tidak di universitas. Prinsip Rahma ini masih dipertahankan hingga saat ini. Rahma menggalang dana untuk perbaikan gedung-gedung yang rusak di perkuliahan di Sumatera.9 Seiring berjalannya waktu, gedung sekolah tersebut selesai dibangun dan terus berkembang hingga saat ini.

Rahma merupakan sosok perempuan yang tidak hanya berperan di ranah domestik pesantren, namun juga aktif berkontribusi dalam mensejahterakan masyarakat pada masa penjajahan. Di penghujung masa penjajahan Belanda, Hindia Belanda menangkap enam pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tuduhan menghasut demonstrasi menentang dan memusuhi pemerintah Belanda. Keenamnya antara lain Chatib Sulaiman, Leon Salim, Chaidir Ghazali, Santo Rajo Bujang, A. Murad Sa’ad dan Dt. Ada Manda Kayo. Mereka ditangkap di Padang Panjang dan dibawa ke provinsi Sumatera Utara. Sebuah panitia dibentuk untuk mencari enam pemuda di Padang Panjang. Rahma el-Yunusiyya adalah salah satu penggagas dan anggota panitia. Seorang pendeta wanita yang berani dan tidak takut terhadap ancaman untuk melawan musuh.

Baca Juga  Seorang Pemain Bola Voli Diperbolehkan Menyentuh Bola Maksimal Sebanyak

Pada tahun 1932, pada masa penjajahan Belanda, Belanda mengeluarkan dua peraturan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dan perguruan tinggi swasta (disebut sekolah ilegal oleh Belanda), yaitu peraturan perkawinan tercatat dan sekolah ilegal. Peraturan ini mendapat banyak penolakan dari berbagai kalangan. Beberapa komite dibentuk untuk menolak keputusan tersebut. Panitia Nikah Tercatat Bukittinggi dan Panitia Legislatif Sekolah Liar Padang Panjang diketuai oleh Rahma. 10 Rahma didenda 100 gulden oleh pengadilan pada tahun itu karena dituduh menyimpan atau memimpin pencatatan. Pertemuan di Padang Panjang, membahas politik. Saat itu, Rahma dituding bermain politik, padahal ia sama sekali tidak merasa nyambung dan berbicara tentang dunia politik11.

Mengapa Sekolah Diciptakan? Ini Sejarah Awal Kemunculannya

Pada masa penjajahan Jepang, kehidupan seluruh rakyat Indonesia semakin sulit. Saat itu, hampir semua sekolah mengajarkan hortikultura dengan menanam pohon jarak pagar yang buahnya dijadikan bahan bakar jet. Para pemuda dikirim ke Romusha di Burma untuk membangun rel kereta api atau ke Loge Pekanbaru sebagai sarana transportasi tentara Jepang melawan Sekutu. Semua pendidikan di Indonesia berfokus pada militer dan bahasa Jepang. 12

Pada masa penjajahan Jepang, Rahma juga fokus pada keadilan sosial dan kehidupan masyarakat yang semakin menderita akibat perang dan penindasan kolonial. Melihat situasi tersebut, Rahma tak mau tinggal diam. Setiap kali menanak nasi, segenggam nasi harus dipisahkan dari dapur dan kamar tidur keluarga dan dikumpulkan seminggu sekali. Begitu pula dengan masyarakat sekitar yang diimbau untuk mempromosikan beras jutun untuk membantu masyarakat miskin yang setiap hari berkunjung ke kediaman Rahma di kompleks Diniyya Puteri.

Rahma segera bergerak membantu mereka yang tertinggal tanpa pakaian bahkan tas. Ia buru-buru menggunting taplak meja di ruang makan asrama, sampul rak buku, serta celana dan kemeja yang dipajang di sekitar kolam renang depan sekolah, tempat para siswanya biasa berenang seminggu sekali di pagi hari. Siswa diminta untuk memotong pakaiannya sepanjang satu inci, kemudian mengikat dan memotongnya untuk dijadikan kemeja dan celana yang akan disumbangkan kepada orang miskin yang membutuhkan. Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan suatu lembaga bernama ADI (Ibu Anggota Daerah). 13

Rahma pun menjalani kegiatan ADI ini

Kisah Lapas Tangerang, ‘tempat Pembuangan’ Penjahat Batavia

Lembaga pendidikan bahasa arab, lambang lembaga pendidikan, lembaga layanan pendidikan tinggi, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga pendidikan penerbangan, lembaga pendidikan tinggi, pendidikan zaman dahulu, pendidikan pada zaman dahulu, lembaga pendidikan luar negeri, lembaga sosial disebut juga, website lembaga pendidikan, lembaga pendidikan