Mengapa Jumlah Tanduk Kerbau Di Setiap Tongkonan Jumlahnya Berbeda – Jika berbicara tentang Tana Doraja, orang langsung teringat pada rumah panggung berukuran besar dengan atap melengkung seperti perahu. Tongonan sudah pulang!

Akhir Desember tahun lalu, saya mengunjungi Doraja, acara tahunan Thana Doraja, Lovely November 2017. Festival ini berlangsung sebulan penuh dengan banyak program budaya yang beragam.

Mengapa Jumlah Tanduk Kerbau Di Setiap Tongkonan Jumlahnya Berbeda

Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang kaya akan budaya di Indonesia. Rumah adat, tarian adat dan ritual pemakamannya sangat unik dan dikenal di seluruh dunia. Dan satu lagi, kerbau belang di sini harganya sama dengan harga sebuah mobil mewah. Ya, miliaran rupee!

Tongkonan, Warisan Suku Toraja Yang Sarat Akan Makna Dan Keunikan

Selain budaya, keindahan alam Toraja juga mempesona karena terletak di daerah pegunungan. Itu sebabnya suhu udara di sini sejuk. Jadi jika Anda berniat berwisata ke Doraja, harap siapkan pakaian hangat!

Tujuan pertama saya dalam perjalanan ini adalah kompleks perumahan kuno Tongonan di Kete Kesu, sebuah desa adat di Toraja, tidak jauh dari pusat kota Randebao.

Terletak di Pandanagan Lolo, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, desa ini telah diakui sebagai situs warisan budaya oleh UNESCO. Di sini Anda bisa menemukan potret tradisi, budaya, kuburan, arsitektur, kerajinan, dan gaya hidup masyarakat Doraja.

Di Desa Adat Kat’kesu, saya senang melihat deretan rumah Tongonan yang berusia ratusan tahun. Keadaan bangunan saat ini masih mempertahankan peninggalan leluhur aslinya, dengan atap ijuk kelapa dan ditumbuhi rumput. Berbeda dengan Tongonon modern di kota yang beratap genteng.

Contoh Teks Deskripsi

Tanduk kerbau diletakkan di depan Tongonan. Semakin tinggi tanduk kerbau maka semakin banyak pesta yang diadakan dan status sosial masyarakat pun semakin meningkat. Dekorasi ukiran khas Doraja juga menghiasi bangunan ini. Jangan lupa juga ada patung kepala kerbau di sini.

Terakhir ada Museum Doraja. Namun sayang saat itu sedang tutup sehingga saya tidak bisa masuk ke dalam. Masyarakat Tongonan di sini sudah tidak berpenghuni lagi namun masih dipelihara oleh keturunannya. Kadang-kadang digunakan sebagai tempat pertemuan dan mengadakan upacara adat Rambu Tani.

Baca Juga  Bandingkan Pelaksanaan Demokrasi Pancasila Pada Masa Orde Baru Dan Masa Reformasi

Setelah berkeliling Tongonan, saatnya mengunjungi Makam Batu atau Makam Tebing. Di Kete Kesu kami tidak hanya melayani Tongonan tapi juga wisata makam khas Toraja. Saya mengikuti jalan setapak, melewati toko-toko suvenir dan sampai di area pemakaman.

Ada dua jenis penguburan di sini. Tempat pertama yang saya lewati adalah rumah pemakaman modern atau patane. Ada banyak kuburan di sini. Pemakaman ini merupakan sebuah bangunan kecil yang berisi jenazah sebuah keluarga.

Isi Dan Sampul Tongkonan

Setelah melintasi kawasan Patane, saya mulai menaiki tangga di sisi tebing. Ada makam tebing di sepanjang jalan ini. Mayat dan peti mati kayu kuno tergeletak di tebing ini. Ada yang digantung di batu, ada pula yang diselipkan di celah batu yang disebut erong.

Semakin tinggi status sosial seseorang maka semakin tinggi pula tempat pemakamannya. Selain itu, boneka leluhur dari kayu ditempatkan di relung batu dan dipasang pagar besi untuk mencegah pencurian. Aset senilai miliaran dong telah dicuri dari makam Doraja sebelumnya.

Saya sampai di ujung jalan di bukit ini dan melewati sebuah gua yang dangkal. Untuk masuk ke dalam, saya dipandu oleh seorang warga setempat yang juga menyewa senter. Ternyata gua ini digunakan untuk pemakaman. Namun, tidak sebanyak di luar.

Saat saya melewati deretan toko suvenir, ukiran kayunya menarik perhatian saya pada banyak barang. Pola ukiran geometris Dana Toraja yang populer sangat bagus untuk digunakan dalam berbagai media. Warna kayunya juga natural.

File:tongkonan Pallawa Toraja Utara.jpg

Ibu penjual bercerita kepada saya: “Semua kerajinan kayu di sini diukir oleh kakek saya. “Pewarna yang digunakan alami sehingga tahan lama menempel di kayu,” lanjutnya. Menurut Bunda, warna merah, kuning, dan hitam berasal dari olahan tanah liat, sedangkan warna putih berasal dari olahan tanaman.

Keluar dari kompleks Kete’Kesu, ada seseorang yang menyarankan untuk mengunjungi Istana Saleko yang terletak di sebelah kompleks Kete’Kesu. Istana Salego bisa disebut Museum Kerbau, tempat Anda bisa bertemu kerbau belang.

Seekor kerbau belang di sini harganya miliaran. Harga Detang Saleco di sini bisa mencapai lebih dari satu miliar VND. Harga yang mahal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa orang Doraja yang sudah meninggal dikuburkan begitu lama. Anda bisa menunggu puluhan tahun sebelum dikuburkan.

Dari 24 hingga ratusan kerbau digunakan untuk pengorbanan. Menurut kepercayaan Doraja, semakin banyak kerbau yang dikorbankan, maka semakin cepat pula arwah orang yang meninggal mencapai pooya atau kehidupan selanjutnya.

Bismillah ^^: Clockwise South Sulawesi

Nah, setelah puas ngobrol bersama pemandu wisata dan pengasuh Tedang atau Bagambi, saatnya beralih ke tempat wisata Doraja lainnya.

Baca Juga  Nama Organ Gerak Kadal Dan Fungsinya

Saya meninggalkan Makassar pada malam hari menggunakan bus Lita yang tiketnya saya beli sehari sebelumnya. Yang saya pertimbangkan saat naik bus ini adalah titik pemberangkatan bus berada di dekat asrama saya, di kawasan Pangkukang. Itu adalah hari terakhir bulanku di Makassar. Jadi begitu keluar asrama, saya langsung lari ke Doraja.

Perjalanan malam dari Makassar dimulai pukul 22.30 (walaupun jadwalnya menyebutkan pukul 22.00). Saat itu Makassar ternyata masih terjebak kemacetan. Perjalanan memakan waktu sekitar 8-10 jam, namun tak perlu khawatir karena semua bus jurusan Makassar – Doraja BB menggunakan kursi yang nyaman. Anda bisa meregangkan kaki karena jarak antar baris kursi sangat lebar dan kaki Anda tertopang.

Pagi harinya saya sampai di Nrekong, kabupaten sebelum Thana Toraja. Dalam perjalanan, kami menyaksikan pemandangan paling menawan berupa pegunungan luas yang disinari matahari pagi. Yang bawa kendaraan pribadi bisa kesini untuk ngopi dan pasti puas. Ha ha ha

Mengenal Keunikan Rumah Adat Suku Toraja Tongkonan+gambar

Pukul delapan pagi bus sampai di Randepao, ibu kota Toraja Utara. Kelilingi bundaran dengan Tonga. Jangan seperti saya, yang mencapai perhentian terakhir. Ha ha ha. Setelah sarapan, saya berjalan-jalan di sekitar Lapangan Merdeka dan Lapangan Randebau, tempat berlangsungnya Festival Desember yang indah, mencari tempat untuk menginap. Saya menginap di Wisma Maria yang terkenal di Lonely Planet.

Saran untuk anda menginap di Toraja, pilihlah kamar yang airnya hangat karena air disini sangat dingin. Alternatifnya, pilihlah akomodasi sewa sepeda motor. Wisma Maria juga menyewakan sepeda motor, sayangnya saat itu stoknya sedang habis sehingga harus mencari persewaan sepeda motor di tempat lain sekitar ladang dan jalan raya utama.

Halo, saya Naseer, seorang desainer lepas yang suka bepergian. Dengan menjadi pekerja lepas di berbagai pasar desain, saya dapat membawa pekerjaan saya ke mana saja. Irisnya berwarna putih. Saat dewasa, tanduknya tampak seperti bulan sabit. Warnanya kuning. Kulitnya putih dengan bintik hitam. Sekilas, ini terlihat seperti ras sapi perah Holstein Friesian yang terkenal. Namun ini adalah kerbau khas Doraja. Penduduk setempat menyebutnya Tedang Saleko. Kerbau dengan corak bintik-bintik indah ini bernilai miliaran rupee.

Masyarakat Tana Doraja Sulawesi Selatan menyebut kerbau belang itu Tedang Bonga. Garis-garis ini bisa muncul dimana saja. Kepala, badan dan kaki. Warna iris juga bisa bermacam-macam. Tersedia dalam warna hitam, coklat atau putih. Warna tanduknya juga berbeda. Tersedia dalam warna hitam, putih, kuning atau coklat. Saat ini Tedang Salego Doraja merupakan kerbau loreng kelas tertinggi di dunia.

Baca Juga  Sebutkan 3 Tujuan Penjelajahan Samudra Selain Rempah Rempah

Blogodok Blegedek: Day 2

Dalam budaya Doraja, kerbau mempunyai kedudukan yang penting. Kerbau adalah simbol kerja keras, kemakmuran dan makna spiritual. Dalam upacara adat, seekor kerbau dikorbankan dan dagingnya dimakan bersama-sama. Sedangkan kepala dan tanduknya dipasang pada rumah adat Tongonan yang atapnya menyerupai perahu. Semakin banyak tanduk yang dipasang pada seekor Tongonan maka semakin tinggi pula status sosial pemiliknya.

Kerbau banyak diminati di Sulawesi Selatan pada saat upacara adat. Syamuddin Hassan, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hassanuddin [Unhas] Makassar,

Di Makassar, provinsi ini memperkirakan sekitar 70% atau 18.000 ekor kerbau disembelih untuk upacara adat. Hal ini mempunyai konsekuensi, jika tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan, dikhawatirkan jumlah penduduk akan terus berkurang.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2020, jumlah kawanan kerbau di Sulawesi Selatan mencapai 118.472 ekor. Sedangkan pada tahun 2021 jumlahnya menjadi 122.012 orang. Dari penelitian tersebut, belum ada data pasti mengenai jumlah kerbau belang di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.

Memelihara Rindu Abadi Di Tanah Para Raja, Toraja Never Ending Story

Di tingkat nasional, jumlah kerbau berfluktuasi. Jumlahnya akan mencapai 1,19 juta ekor pada tahun 2021, atau sedikit meningkat dari 1,15 juta ekor pada tahun 2020. Namun, jumlah kerbau di Indonesia mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.

Bonga Hoodoo sangat sulit untuk dipelihara. Hal ini menambah mitos bahwa jenis kerbau unik ini tidak bisa berkembang biak di luar Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2015, beberapa peneliti dari Indonesia dan Swedia bekerja sama untuk menyelamatkan spesies kerbau ini. Mereka berasal dari IPB, BRIN, Universitas Uppsala dan Swedish University of Agricultural Sciences [SLU]. Dalam usahanya, mereka berhasil mengidentifikasi dua mutasi genetik terpisah yang menjelaskan warna putih pada Tedang Bonga. Biasanya kerbau berwarna hitam atau abu-abu.

Roni Rachman Noor, guru besar pemuliaan dan genetika Departemen Peternakan IPP yang turut serta dalam penelitian tersebut mengatakan, angka kematian embrio dan keturunan Tedang Bonga sangat tinggi. Sementara itu, angka kelahirannya rendah. Berdasarkan laman IPB, tim peneliti diperbolehkan mengambil sperma dari bangkai kerbau yang dikorbankan dalam upacara adat.

Rumah Adat Di Indonesia

Di situs SLU, Goran Anderson yang memimpin penelitian menjelaskan bahwa munculnya warna putih menandakan melanosit tidak mampu tumbuh dan bermigrasi.

“Ini adalah sel-sel yang memproduksi melanin,” kata Anderson. “Jadi kami memutuskan untuk melihat gen yang disebut MITF, yang kami tahu penting untuk perkembangan melanosit.”

Tim berhasil mengidentifikasi dua mutasi pada gen MITF yang masing-masing mengganggu fungsi protein MITF. mutasi

Cincin dari tanduk kerbau, mengapa corak pelaksanaan ham berbeda di setiap negara, mengapa budaya setiap negara berbeda beda jelaskan, mengapa sidik jari setiap orang berbeda, anggrek tanduk kerbau, penjual tanduk kerbau, mengapa budaya setiap negara berbeda beda, khasiat tanduk kerbau, tanduk kerbau, khasiat gelang tanduk kerbau, guasa tanduk kerbau, gelang tanduk kerbau