Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai – “Saya bertanggung jawab atas keamanan, ada upacara yang sangat penting yang mengawali lahirnya negara baru: Indonesia Merdeka.”

Terjadi kerusuhan pada Agustus 2008. Seseorang bernama Ilyas Karim mengaku sebagai pengibar bendera pada upacara kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Pengakuan itu membuat geram Citroseno Hadiningrat. Ia tak ingin anak cucunya ketinggalan sejarah Proklamasi Kemerdekaan.

Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai

Pengumuman dan pengibaran bendera ini diabadikan oleh fotografer Frans Mendur. Foto-foto itu dimasukkan dalam buku-buku sejarah. Pada gambar pengibaran bendera terlihat dua orang mengibarkan bendera yang dikelilingi oleh Soekarno, Mohammad Hatta, Fatmawati dan SK Trimurti. Wajah Latief Hendraningrat yang mengenakan seragam relawan pelindung Tentara Tanah Air (PETA) terlihat jelas. Sedangkan wajah pengibar bendera, seorang pemuda bercelana pendek, tidak terlihat karena membelakangi kamera. Pemuda itu adalah Soehoed Sastrokoesoemo dari Front Pelopor.

Hari Hari Menjelang Dan Setelah Proklamasi: Pelaku Sejarah Dan Kesaksiannya

Dalam pengakuannya, Ilyas Karim menyebut dirinya dan Latief Hendraningrat lah yang mengibarkan bendera merah putih dalam Deklarasi 17 Agustus 1945. Jadi bukan Soehoed.

Latief Hendraningrat lahir di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara) pada tanggal 11 Februari 1911. Ia merupakan anak dari Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan Siti Hairani. Ayahnya bekerja sebagai asisten bupati di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara). Ibunya meninggal ketika Latief berusia kurang dari satu tahun. Ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Mimi, keponakan Gubernur Garut, dan memiliki tiga anak, Rukmiati, Rukmito Hendraningrat dan Siti Salamah.

Sebagai Pangrehpraja, kiprah Said Hendraningrat sangat sukses. Dia adalah seorang jaksa di Blora sebelum pindah ke Batavia (Jakarta) sebagai wakil kepala kejaksaan Meester Cornelis, wakil wedana, dan kemudian pindah ke Batavia.

Tumbuh dalam keluarga priyayi, Latief berkesempatan mengenyam pendidikan. Sekolah dasarnya dibawa ke sekolah Europese Lagere (ELS) di Jakarta, Pasuruan dan Cianjur. Kemudian ia bersekolah di Sekolah Menengah Atas (MULO) di Bandung. Di sana Latief tinggal di rumah pamannya, Pak. Iskaq Tjokrohadisurjo, salah satu pendiri Persatuan Nasional Indonesia yang kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Soekarno, Mr. Sartono, Bpk. Sunario Sastrowardoyo dan lainnya.

Baca Juga  Bagaimana Peran Indonesia Dalam Kegiatan Kebudayaan Internasional

Inilah Susunan Acara Pada Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Termasuk Pidato Soekarno

“Saya menerima pendidikan nasional dari mereka. Saya juga bergabung dengan National Padvinder Organization (NPO) dibawah pimpinan Mr. Soenario, yang semakin memperkuat patriotisme saya,” kata Latief dalam buku tersebut

Tanggal 25 Maret 1920 diberitakan bahwa Raden Hendraningrat diberhentikan dengan hormat dari dinas pemerintahan karena tidak aktif. Namun, Rukminto Hendraningrat, kakak Latief yang beda ayah tapi beda ibu, ada di buku ini.

Saat menjadi pegawai negeri, Said Hendraningrat membawa keluarganya dan menetap di Desa Glenmore, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi – kini Glenmore menjadi sebuah kecamatan. Kemudian dia bergabung dengan gerakan nasional. Rukminto mengatakan, bersama Dr Slamet Sudibyo, Soekirman Kartosoediro, AD Kansil dan lainnya, Said bergabung dengan Persatuan Nasional Indonesia (PBI) sekitar tahun 1933. PBI kemudian melebur dengan organisasi lain menjadi Partai Besar Indonesia (Parindra).

Latief masih bisa menyelesaikan MULO yang diselesaikannya di Malang. Ia kemudian bersekolah di Algeemene Middelsbare School (AMS) di Malang. Sebagai pemuda yang gemar berorganisasi, Latief bekerja untuk Jong Java dan Persatuan Pemuda Indonesia.

Peringati 76 Tahun Kebangkitan Peta, Begini Pesan Rektor Unhan

Latief lulus dari AMS divisi B pada tahun 1933. Ia kemudian pergi ke Jakarta untuk belajar di Rechts Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum. Latief hanya kuliah selama satu tahun. Ayahnya tidak bisa lagi membiayai pendidikannya.

“Saat itu saya aktif di bidang pendidikan, saya menjadi guru bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Rakyat dan sekolah Muhammadiyah. Begitu juga di Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa,” kata Latief.

Selain mengajar, Latief bekerja di Soeryawirawan, kelompok pramuka Parindra. Di organisasi kepemudaan itu, Latief menjadi ketua angkatan dan wakil ketua cabang Jakarta.

Di Perguruan Tinggi Rakyat, Latief mengembangkan minatnya pada seni. Dalam lakon yang dipentaskan di Jakarta pada Februari 1935, Latief menjadi penulis drama yang bercerita tentang kekuatan setan yang mempermainkan jiwa manusia. Pameran yang dihadiri perwakilan PID ini mendapat sambutan hangat. “Semua aktor di nomor ini sempurna. Bahkan tukang kayunya, Pak Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat, bisa senang dan dipuji,” jelas surat kabar itu.

Kronologis Peristiwa Proklamasi Tanggal 17 Agustus 1945 Yang Penting Diketahui

Acaranya antara lain tari jawa, lagu sunda, lagu suling raya indonesia dan toneel bambu. “Pertunjukan yang memuaskan ini diorganisir dan dipimpin oleh Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat, seorang guru besar di Perguruan Tinggi Rakyat. (Di PR lebih dikenal dengan Latief). Pujian besar adalah karena dia. Dia adalah pekerja yang tak kenal lelah,” tulisnya

Baca Juga  Sebutkan 5 Saat Bernyanyi Dan Menari Bersama Adik Kita Dapat

Karena kemampuannya berbahasa Inggris dan keterampilan seninya, Latief dipilih oleh pemerintah kolonial untuk memimpin kelompok seni pada Pameran Dunia Pertama di New York di Amerika Serikat pada tahun 1939. Kelompok seni ini beranggotakan 11 orang, dua di antaranya. yang perempuan. Latief bertanggung jawab untuk menjelaskan budaya Indonesia yang ditampilkan kepada para pengunjung.

Dalam peristiwa itu, pemerintah Belanda memiliki pendirian yang terbagi menjadi tiga bagian: Pemerintah Belanda sendiri, Hindia Belanda, dan wilayah Amerika Selatan Suriname dan Curacao. Tempat kelompok Latief mempraktikkan kesenian Jawa: batik, ukir kulit, ukir kayu, musik gamelan dan sendratari.

Selain menjadi guru, Latief juga menjadi penerjemah atau interpreter di Konsulat Jepang yang berkantor di Jalan Budi Kemuliaan Jakarta. Karya terjemahannya berjudul Soebagijo Ilham Notodidjojo ho

Ini 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan 1945

“Ketika pecah Perang Dunia II dan menyebar ke Pasifik, saya bersama banyak anggota organisasi lainnya dipenjara oleh Belanda di Garut (Jawa Barat). Alasannya mungkin karena saya bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta sebagai penerjemah surat kabar,” kata Latief.

Keadaan berubah setelah Belanda menyerah kepada tentara Jepang. Latief dibebaskan dan menikmati era baru pada masa pendudukan Jepang.

Pendudukan Jepang memberikan kesempatan bagi pemuda Indonesia untuk menerima pelatihan militer. Latief pun memanfaatkan kesempatan itu.

Menurut catatan Latief dalam otobiografinya yang diedit oleh menantunya, Nidjo Sandjojo, setelah bebas, ia diberi pekerjaan oleh Jepang. Dia menerima dan mengusulkan pendirian Youth Training Center. Pasalnya, saat itu sudah banyak orang cerdas, namun kekurangan prajurit. Proposal itu diterima oleh Jepang.

Intip Suasana Proklamasi Kemerdekaan 1945 Di Jalan Pegangsaan Timur 56

Pusat Pelatihan Pemuda didirikan pada bulan April 1942 dan dipimpin oleh Latief. Anggota tim pertama terdiri dari 15 mantan pramuka yang dipilih oleh Latief. Termasuk Rukminto dan Kemal Idris.

“Saat itu adik saya mengajak saya untuk mengikuti pendidikan kepemudaan, hal ini berhasil membuat saya diterima di Balai Latihan Kepemudaan.

),” kata Rukminto. Dalam pelatihan tersebut, Rukminto bertemu dengan Kemal Idris yang mencapai puncak karir militernya sebagai Pangkostrad. Rukminto sendiri menjabat sebagai Panglima Kodam XIII/Merdeka yang pertama, yang bertanggung jawab untuk Sulawesi Tengah dan Utara. Rukminto pensiun sebagai letnan jenderal di TNI.

(Formasi Pemuda). Selama di sana, para pemuda yang tergabung dalam organisasi lain, seperti kepanduan, mengikuti pelatihan selama satu setengah bulan. Selain kedisiplinan dan semangat, kegiatan sehari-hari yang praktis seperti memasak, bersih-bersih, berkebun dan bahasa Jepang juga diajarkan.

Keluarga Pengerek Bendera Saat Proklamasi: Ilyas Karim Tak Terlibat Pengibaran

, para nasionalis menanamkan rasa nasionalisme dan semangat di kalangan pemuda. Markas Seinendan menampung banyak pemuda nasionalis seperti Sukarni dan Latief Hendraningrat.

Baca Juga  Cara Melestarikan Batik Betawi Yang Tepat Adalah

Youth Training Center bertempat di sebuah gedung yang terletak di Jalan Bidara Cina, seberang Jalan Oto Iskandar Dinata. Pusat pendidikan ini dijalankan oleh beberapa warga negara Jepang yang tergabung dalam militer, dibantu oleh beberapa orang India, termasuk Latief.

Untuk menghadapi kemungkinan serbuan Sekutu, Jepang berusaha merebut hati rakyat Indonesia. Tak heran, tentara Jepang di Jawa membuka lowongan panglima dalam pasukan relawan Pembela Tanah Air (PETA) yang dibentuk pada 3 Oktober 1943. Kesempatan ini dimanfaatkan Latief dan Rukminto.

Rukminto berlatih di Boei Gyugun Rensentai Bogor untuk menjadi ketua tim PETA. Rukminto kemudian ditempatkan di Pacitan. Sementara itu, Latief terlibat dalam pelatihan perwakilan resmi PETA dan menjadi direktur perusahaan (

Ternyata Ini Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi

Kantor pusat PETA di Jakarta terletak di Jaga Monyet, kawasan antara Harmoni dan Petojo, yang kini menjadi Jalan Sukardjo Wiryopranoto. Komandan adalah

(sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba) atau College College. Dari sinilah terjalin dialog antara PETA dan kelompok mahasiswa yang berlanjut pada hari-hari penting menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pernyataan Jayabaya memang benar. Jepang menyerah kepada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Kabar ini sampai ke telinga para mahasiswa dan pemuda yang memiliki impian besar Indonesia merdeka. Tidak hanya pemuda itu yang pindah.

Pada 15 Agustus 1945, sekitar pukul 18.00, Latief dan rekan-rekannya baru saja kembali ke Jagamonyet setelah menjalani latihan di luar asrama. Jusuf Kunto, sang pemimpin pemuda, menunggu kedatangan mereka dengan kabar buruk: Jepang telah menyerah.

Kisah Perjuangan Di Medan Tempur Dari Seorang Siswa/mahasiswa Calon Rimbawan Ris Pramoedibjo Dalam Perang Kemerdekaan

“Sekarang saya melihat masalahnya,” kata Jusuf Kunto sambil geleng-geleng kepala. Jepang menjalankan perintah Liga untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Jusuf juga mengatakan, pemuda/mahasiswa berkumpul di Menteng 31 untuk membicarakan kemungkinan mendorong Sukarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu, sehari sebelumnya, Sukarno, Hatta dan Radjiman Wediodiningrat baru saja kembali dari Dalat, Vietnam, untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan Jenderal Terauchi Hisaichi.

Tampaknya pengaruh iklan tersebut telah ditolak. Maka, dengan dibantu beberapa anggota PETA, para pemuda membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Januari pukul 03.00. Mulanya mereka tinggal di asrama PETA, kemudian pindah ke rumah Djauw Kie Siong di tepi Sungai Citarum, tidak jauh dari wisma.

, Kasman mengatakan dia telah memberi Latief “untuk menyusun strategi dan, jika perlu, mengambil tindakan agresif untuk menghadapi peluang yang akan muncul di Jakarta.”

Agustus 77 Tahun Lalu Peristiwa Rengasdengklok Terjadi, Siapa Saja Yang Terlibat?

Latief tidak mengetahui apa yang disebut Peristiwa Rengasdengklok. Ia tercatat baru setelah Bung Karno dan Bung Hatta berada di Rengasdengklok. Namun, menurut Latief, Bung Karno dan Hatta tidak diculik melainkan dijauhkan dari Jakarta agar tidak terpengaruh militer Jepang. Latief lebih suka menggunakan kata “keamanan”.

“Kami sendiri tidak melihat tanda-tanda penculikan karena hal itu biasa terjadi pada orang yang kami kenal/kenal. Elemen kendala sebenarnya “tidak ada”. Kedua pemimpin (Sukarno-Hatta) benar-benar mengikuti keinginan pemuda dengan rela,” kata Latief.

Pagi itu, dengan kedok senam “berjalan”, Latief dan rekan-rekannya meninggalkan kamar tidur untuk mencari informasi tentang niat remaja tersebut. Di Kebun Binatang Cikini yang dekat dengan asrama Cikini 71, mereka beristirahat. Ternyata pemuda itu

Biografi latief hendraningrat, foto latief hendraningrat