Orang Kafir Mengingkari Titik-titik Dan Rasulnya – Dalam diskusi tersebut, salah seorang pendukung paham Wahhabisme, ajaran (pemahaman) Ulamanej, Muhammad bin Abdul Wahab, pengikut ajaran sesat Ibnu Taimiyah, menyampaikan pandangannya sebagai berikut :

Anda menuduh wahabi menentang takwil hanya berdasarkan kebencian dan kecenderungan untuk meragukan dan mengikat pernyataan mereka.

Orang Kafir Mengingkari Titik-titik Dan Rasulnya

Pak, di atas sudah saya jelaskan bahwa ta’wil bisa benar bisa salah. Kita tidak bisa mengatakan apakah ini benar atau salah. Semuanya harus dilihat dalam konteks masing-masing teks yang ada.

Tawasul Yang Wafat

Juga harus diingat bahwa hampir tidak ada ayat dalam Al-Qur’an kecuali penjelasan dan maknanya dijelaskan. Tafsir dan tafsir yang paling baik dan aman dari setiap ayat adalah ta’wil dan tafsir para sahabat, tabiin, tabiut tabiin.

Oleh karena itu, jika kita dipaksa untuk menafsirkan sebuah ayat atau hadits, kita pasti memiliki pertanyaan-pertanyaan berikut:

“Apakah takwil ini sama dengan yang diambil oleh para ulama terdahulu? Apakah sebelum takwil ini ada orang seperti generasi terbaik umat ini, baik dari Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para ulama yang mengikutinya, khususnya para empat Madzab Imam?

Kami tidak pernah melarang takwil. Namun, soal takwil ini kami serahkan kepada para ahli yang sudah pasti mendapat anjuran dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan mereka yang mengikuti jalurnya dari empat mazhab.

Takwil Tafsir Salaf

Seperti yang telah disebutkan di atas, tafsir dan tafsir yang paling baik dan aman dari setiap ayat adalah tafsir dan tafsir Sahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin.

Yang perlu kita ingat, hadits mencantumkan nama-nama para sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, biasanya sebagai perawi, mereka tidak menyampaikan pemahamannya atau hasil ijtihad dan istinbat.

Zaid bin Thabit RA berkata: “Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Semoga Allah menganugerahi wujud seorang laki-laki yang mendengar hadits dariku dan mengingatnya – di antara riwayat-riwayat lain: Kemudian dia mengerti dan mengingatnya hidup – dan kemudian dia menyampaikan bahwa terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) menyampaikannya kepada orang yang lebih mengetahuinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) tidak memahaminya” (Shahih Hadits Riwayat Abu Dawud, at- Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban, at-Thabrani di al-Mu’jamul Kabir dan ulama lainnya).

Baca Juga  Tuliskan 4 Teknik Yang Digunakan Untuk Membuat Rumah-rumahan

Dari hadits ini kita mengetahui bahwa sebagian perawi hanya menghafal dan menyebarkannya tanpa mengetahui hadits yang mereka hafalkan dan sebarkan.

Machicky Mayestino Triono Soendoro, Mmt. (abu Taqi Mayestino)

Imam Nawawi Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab berkata: “Tidak boleh ada orang biasa yang mengikuti mazhab ulama mana pun di antara para sahabat Radhiallahu ‘anhum selain generasi sebelumnya, meskipun mereka lebih saleh dan lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang datang setelah mereka (ulama’); ini karena mereka tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk mengumpulkan (mengumpulkan) ilmu dan mengidentifikasi prinsip-prinsip fundamental dan furu’/cabang. Tak satu pun dari mereka (sahabat) berasal dari analisis dan pengakuan mazhab. Mengingat para ulama yang datang setelah mereka (Peer)Mendukung sekolah Peer dan Tabien, kemudian mencoba untuk membuat undang-undang sebelum kasus tersebut berlaku; dan mulai menjelaskan prinsip-prinsip dasar dan furu’/cabang ilmu seperti hukum (Imam) Malik dan (Imam) Abhani, selain itu dua ini.

Dari penjelasan Imam Nawa di atas, dapat kita pahami bahwa keempat Imam Mazab itu menyusun ilmu dan merumuskan prinsip-prinsip dasar (prinsip) dan cabang-cabangnya (furu) yang akan diikuti umat Islam hingga akhir zaman.

Seseorang yang membeli atau memiliki kitab hadits kemudian membacanya tidak dapat dikatakan telah mengikuti konsep Salafush Sholeh hanya karena hadits tersebut memuat nama pendamping Tabi’in yaitu Tabi’ut Tabi’in, karena ketika seseorang membaca hadits tersebut itu adalah pemahaman tersendiri terhadap hadits yang dibaca, bukan pendapat atau pemahaman Salafush Sholeh.

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa hasil usaha ijtihad mereka akan benar dan mereka hanya dikenal sebagai ahli hafalan hadits dan bukan Imam Mujtahid Mutlak atau Mufti Mustaqil yang mumpuni.

Perbandingan Pemikiran Islam _teologi, Fiqih Dan Tasawuf

Apakah hasil ijtihad mereka benar atau salah, mereka mewakili Salafush Sholeh. Jika hasil ijtihad mereka salah, maka itu adalah penistaan ​​terhadap Salafush Sholeh.

Ulama yang mengikuti Nabi dengan mengikuti empat imam madzhab mengelompokkan ulama seperti Ibnu Taimiyyah dan pengikutnya yang tidak bertatap muka seperti Muhammad bin Abdul Wahhab dan Albani karena tidak bisa membaca Hadits. Dapatkan hadits ahli dari ahli hadits yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga terkait dengan Sarafsh Shuller, terkait dengan sabda Nabi

Baca Juga  Hak Yang Akan Diperoleh Manusia Jika Selalu Menanam Tumbuhan Adalah

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami meriwayatkan Imam Ibnu ‘Uyainah dalam Al-Fatawa Al-Haditsiyyah, mengatakan: “Hadis menyesatkan kecuali untuk fuqaha (ahli pengajaran)”

“Bahkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam, seperti Al-Qur’an, mengandung lafal umum dengan makna khusus dan sebaliknya, bahkan ada yang mengandung nasik mansuk yang sudah tidak layak lagi beramal dengannya. suci Ada juga kata dalam hadits, dzahirnya yang tashbih seperti hadits Yanzilu Rabbuna… yang tidak diketahui artinya kecuali fuqaha (ahli fikih). Berbeda dengan mereka yang hanya tahu apa itu dzahir, Seperti hadits ( terutama mutasyabih) sehingga pada akhirnya dia (yang hanya memahami dzahir artinya hadits mutasyabihat) telah disesatkan seperti beberapa ahli hadits dulu dan sekarang seperti Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya.” (Al-Fatawa Al-Hadithiyyah hal. 202)

Konsep Iman Kepada Allah

Seperti yang dikemukakan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami di atas, betapa ahli hadits (ahli membaca hadits) seperti Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya telah salah memahami hadits berikut ini.

“Rabb Tabaraka wa Ta’la turun ke langit dunia setiap malam, yaitu pada sepertiga malam terakhir, dia berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa kepada saya, saya pasti akan menjawab, dan siapa pun yang bertanya kepada saya, saya pasti akan menjawabnya. Jawablah, Dan barangsiapa yang meminta ampun kepadaku, maka aku akan mengampuni (HR Muslim 1261)

Salah seorang pengikut firqah Wahhabi yakni Muhammad bin Salih Al Utsaim menyampaikan pemahamannya tentang Ibnu Taimiyyah sebelum pengakuan dalam 100 pelajaran dalam kitab Aqidah Wasitiyah (Kitab Ibnu Taimiyyah) http://mahadilmi.wordpress.com/ 4/18/ 2011/ Tuhan turun dari surga/

Ibnu Taimyah mengatakan dalam Risale al ‘Arsiyyah: “Benar bahwa Benih Allah tidak membatalkan Arsy-Nya karena dalil yang menunjukkan kekhususan Allah ‘tanpa ancaman’ adalah dalil muhkam (argumen umum, artinya jelas), juga hadits yang berkaitan dengan keturunan Allah juga muhkam, sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk ciptaan, sehingga kita terpaksa membolehkan klausul khusus umum dan dalil nuzul umum, kita ucapkan Allah istiwa’ di atas pantatnya , Allah turun ke surga dunia Allah lebih mengetahui tentang kaifiya ini ketika akal kita terbatas untuk menampung ilmu Allah ta’allah.

Pdf) Games Mentoring Islam

Pemahaman “tidak mengosongkan mezbah-Nya” tentu bukan pemahaman Salafush Sholeh, melainkan pemahaman Ibnu Taimiyyah sebelum mengaku ketika membaca dan menjelaskan hadits di atas.

Mereka menemukan “kontradiksi” dalam masalah keimanan, yaitu dalam memahami apa yang dikaruniakan Allah Ta’Allah kepada diri-Nya, karena mereka selalu berpegang pada kitab suci secara eksternal, atau pemahaman mereka selalu memiliki makna eksternal.

Baca Juga  Gerakan Dalam Senam Irama Biasannya Dilakukan Dengan

Mereka menemukan “kontradiksi” ketika mereka menyadari bahwa “Allah turun ke surga di bumi” dan di sisi lain mereka menyadari bahwa Allah itu, bersemayam, bersemayam di atas “tahta” sehingga mereka mengatakan “tidak ada ruang kosong” singgasana.

Mereka percaya bahwa tahta membatasi atau membatasi Tuhan, tetapi ketika Tuhan turun ke surga, dunia tidak akan membiarkan tahtanya kosong.

Studi Islam 2 ( Aqidah ) Oleh Drs.muh.nurrochid

Allah Ta’ara berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Jika Al-Qur’an bukan dari Allah, mereka akan menemukan banyak kontradiksi di dalamnya.” (QS Anisa [4] : 82)

Firman Allah Ta’ala (QS An Nisaa 4:82) menjelaskan bahwa Al-Qur’an menjamin tidak ada pertentangan. Jika orang memperhatikan bahwa ada kontradiksi dalam Al-Qur’an, maka pemahaman mereka pasti salah.

Imam Malik ibn Anasra bertemu hadits “Allah datang setiap tiga malam” ya, yanzilu amrihi (perintah dan wahyu rahmat Allah) setiap tiga malam “seperti Allah Azawajarah, tetap Tidak ada perubahan, tidak ada imobilitas, kemuliaan milik Allah yang tidak memiliki tuhan lain melainkan Dia” (bdk. “siyaru a’lamun nubala” 8/105 “arrisalatul wafiyah” hal. 136 dalam kitab al-inshaaf al -hal 82 dalam Bathliyusi)

Seperti yang dipraktikkan Malik dan al-Auza’i, mereka menjalankan hadits dengan menentukan maknanya sesuai dengan ketentuan hadits. Dengan metode takwil ini, ulama mazhab lain memperoleh dua takwil dari hadits an-Nuzûl tersebut di atas.

Ai Miftah — ✿ Faidah Hadits Ke 86 ✿ الحمد لله والصلاة

Yang pertama; Malik dan yang lainnya mengatakan Takwil, hadits ini berarti datangnya rahmat dan perintah Allah, dan datangnya malaikat pembawa rahmat ini. Hal ini umum digunakan dalam bahasa Arab, ketika dikatakan: “Fa’ala al-Sulthân Kadzâ…” (Raja melakukan sesuatu), itu berarti apa yang rakyatnya lakukan atas perintahnya, bukan raja sendiri yang melakukannya.

Kedua; hadits takwil dalam pengertian isti’ârah (metaforis), bahwa Allah mengabulkan dan menerima semua permintaan yang diajukan kepada-Nya saat itu. (Dengan demikian, sepertiga malam terakhir adalah waktu yang sangat efektif untuk memohon kepada Allah)” (An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, Vol. 6, hal. 36).

Al-Imâm al-Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah SWT bersabda: “Wa al-Mustaghfirîn Bi al-Asyâr” (QS. Ali ‘Imran: 17), artinya; malam)’” dia merujuk pada Hadits an-Nuzûl dan komentar para ulama tentangnya, lalu menulis:

“Nasihat terbaik untuk menafsirkan hadits ini adalah merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh murid Abu Huraira Nasayi dan Abu Saeed al-Hudrih, Rasul Allah bersabda: “Sesungguhnya Allah diam Sampai larut malam, lalu Allah memerintahkan malaikat yang dipanggil berteriak: Apakah ada yang berdoa? ! Kemudian dikabulkan. Apakah ada yang memohon belas kasihan? ! Kemudian dia diampuni. Apakah ada yang bertanya? ! jadi dia

Yang Dilakukan Orang Orang Kafir Adalah Titik Titik Berhala

Orang yang mengingkari qadha dan qadar disebut