Prabu Pandu Dewanata Ratu Ing – Ubah bahasa Ubah bahasa tutup menu Bahasa Inggris Español Português Deutsch Français Русский Italiano Română Bahasa Indonesia (dipilih) Informasi lebih lanjut Memuat Memuat… Pengaturan pengguna tutup menu Selamat datang di Scribd! Unduh Bahasa () Baca FAQ gratis dan dukungan login

Lewati carousel Carousel sebelumnya Carousel berikutnya Apa itu Scribd? eBuku Buku Audio Majalah Podcast Skor Dokumen (Dipilih) Telusuri eBuku Kategori Terlaris Pilihan Editor Semua eBuku Fiksi Kontemporer Fiksi Sastra Agama & Spiritualitas Peningkatan Pribadi Perbaikan Pribadi Fiksi Rumah & Taman Misteri, Hiburan & Thriller Kriminal Fiksi Ilmiah Kejahatan Sejati & Fantasi Distopia Untuk Remaja Paranormal, Ilmu Gaib & Supranatural Sejarah Romantis Fiksi Sains & Matematika Sejarah Bantuan Belajar & Persiapan Ujian Bisnis Bisnis Kecil & Kewirausahaan Semua Kategori Telusuri Kategori Buku Audio Terlaris Pilihan Editor Semua Buku Audio Fiksi Misteri, Thriller & Kejahatan Misteri Hiburan Thriller Romantis Kontemporer Paranormal, Ilmu Gaib & Supernatural Misteri & Thriller Sains Fiksi & Fantasi Fiksi Ilmiah Distopia Karir & Pertumbuhan Karir Kepemimpinan Biografi & Memoar Petualang & Penjelajah Sejarah Agama & Spiritualitas Inspirasi Waktu & Spiritualitas Semua Kategori Jelajahi Majalah Kategori Pilihan Editor Semua Majalah Berita Berita Bisnis Hiburan Politik Berita Teknologi Manajemen Keuangan & Uang Keuangan Pribadi Karir & Pertumbuhan Kepemimpinan Strategi Bisnis Perencanaan Olahraga & Rekreasi Hewan Permainan & Aktivitas Permainan Vee Kesehatan Latihan & Kebugaran Memasak Makanan & Anggur Seni Rumah & Taman Kerajinan & Hobi Semua Kategori Jelajahi Podcast Semua kategori Podcast Agama dan Spiritualitas Berita Hiburan Berita Fiksi Misteri, Kesenangan dan Kejahatan Kejahatan Sejati Sejarah Politik Ilmu sosial Semua kategori Genre Klasik Country Folk Jazz dan blues Film dan musikal Pop dan rock Agama dan perayaan Instrumen standar Instrumen kuningan Drum dan perkusi Gitar, Bass & Piano Senar Piano Instrumen Vokal Kesulitan Woodwind Pemula Menengah Mahir Jelajahi Dokumen Kategori Dokumen Akademik Model Bisnis Semua Dokumen Pelatihan Olahraga & Rekreasi Binaraga & Beban Tinju Seni Bela Diri Agama & Spiritualitas Kekristenan Yudaisme New Age & Spiritualitas Buddhisme Islam Seni Musik Seni Pertunjukan Kesehatan Tubuh, Pikiran dan Jiwa Penurunan Berat Badan Peningkatan Pribadi Teknologi dan Teknik Politik Sains Semua Kategori

Prabu Pandu Dewanata Ratu Ing

Prabu Baladewa Ratuing Mandura Prabu Kresna Ratu ing Swarawati Prabu Ramawijaya Ratu ing Pancawati Suyudana/Duryudana Ratu ing Ngastina Prabu Drupada Ratu ing Cempala Prabu Dasarata Ratu ing Ngayodya Prabu Karna Ratu ing Ngawangga Prabu Karna Ratu ing Ngawangga Prabu Ratu Ratu Ratuing Salkuraing Prabu Ratuing Salkuraing Salkuraing ing Paraga menyanyikan Dinasti milik Pandawa.[1] Tembung Pandhawa iku pada dasarnya berasal dari Pandhu Dewanata narendra ing Negara Astina.[1] Pandhu Dewanata iku Truene putra saka Begawan Abiyasa kang dhaup karo Dewi Ambaika.[2] Gegayutan an Pan dengan kitab Mahalabairan. dia menyanyikan septisan aiki Adiparwa.

Baca Juga  Perilaku Yang Sesuai Dengan Sila Ke-1

Werkudara Satria Ing

Pada suatu hari, Begawan Abiyasa kasil memenangkan perlombaan yaitu adu manah dan ngagi bebangah, ia mendapatkan telu putri raja Kasi kang, Asma Amba, Ambika dan Ambaika. [3] Saka Dewi Ambika, Sang Begawan melahirkan putra Asma Drestharasta.[3] Ananging, anak saya ingin menjadi cacat.[3] Dene saka Dewi Ambalika, putranya kanugrahan de loro asmane Pandhu Dewanata kang nyandhang memiliki disabilitas.[3] Saat masih Timur, Drestharasta melahirkan Dewi Gendari dan melahirkan putra-putranya, Korawa. Dengan getir mengutuk Saka Begawan Kimindama, Pandhu tidak bisa mempunyai dua orang putra.[4] Garwa kang nomor siji, duwe mantra langgi mengundang para dewa untuk memberikan anak.[3] Aji disebut Aji Adityaredhaya, Bathara disebut Aswan dan Aswin. Sejarah Demikianlah lahirnya Saka Pandawa.[3]

Artikel ini tidak akan membahas babaga babagan Pandawa, mungkin akan membahas paraga Werkudara utawa Bratasena [1] Werkudara iku sukho ing ksatriyan Jodhipati. [5] Putra Awit numero loro, Werkudara pertama, juga sinebut putra pekalongan Pandhawa. Ada pula nama lain seperti Bratasena, Bimasena, Haryasena, Bayusiwi, Jagal Abilawa, Kusumadilaga dan Jayalaga.[5] Kacarita Laire Bratasena dibungkus. Kabeh flu ora tumama.[5] Mungkin Gajah Sena bisa membedah bungkusnya.[5] Setelah dia melahirkan seorang anak laki-laki, namun dia tidak mau dibunuh, mereka memberitahuku, aku diberi gadhing ananging, bukan gadhing besarku.[5] Gajah Sena ditanami paku Pancanaka, mati sanalika.[5] Suksmane nyawiji karo Bratasena.[5] Dalam versi Ngayogjakarta, Raden Werkudara duwe garwa telu adalah Dewi Nagagini, Dewi Arimbi dan Dewi Urang Ayu. Karo Dewi Nagagini putra Raden Antareja kang duwe suln.[6] Karo Dewi Arimbi peputra Raden Gathotkaca kang duwe siung.[6] Dene karo Dewi Urang Ayu peputra Raden Antasena kang bangun duwe sisiknya yang mirip ular.[6] Raden Werkudara duwe pusaka aran Kuku pancanaka canta landhepe kaya lading pinyukur, Gada Rujakpala, Gada Lambitamuka, Alugara arupa Tumbak kardang, Bargawa arupa kapak grdeng, Bargawasastra arupa Panah dan Gendewa.[2] [6] Werkudara hanya berbicara seperti merica, tidak bisa hanya menyapa dan menyapa.[5] Goyangannya selalu menggunakan basa ngoko.[5] mung Sanghyang Wenang dan Dewa Ruci bernyanyi dibasani.[5] Karakter lainnya adalah setia, tuhu marang guru, bekti marang wong tuwa, tegas janji, blak suta, bebener bebener, mbrasta Angkara, dhemen tetulung, rasa tresa marang kadang-kadang dan memang demikian.[5] Busanane Werkudara merupakan tokoh luhur dalam Gelung Pudhaksategal kang kangsara. [2] Pupuk Asam Asem kang Asem menggambarkan pelunakan hati, kesabaran dan sareh.[2] Sumping Surengpati, saya menggambar dengan antusias.[2] Kelat Bahu Candrakirana, kembangkan pikiran yang kuat dan raih padhang.[2] Sabuk Nagabanda, refleks dapat mengendalikan nepsu udara.[2] Desa Poleng Bintuluaji, melambangkan kewibawaan dan kekuatan. Kesimpulannya Clana Cindhe Udagara, gambarnya bagus dan bisa membuat mawas diri, tapi tidak bikin ngiler.[2] Dalam cerita wayang Jawa Timur, Raden Werkudara utawa Bhima Sena duwe kolangguhan dadi Jeksa ing Lumajang Tengah. [1] Begitu pandai dan berdoa perang sarta dhemen tetulung marang sapadha – padha, Maharsi Wiyasa paring bilach marang Prabudh Puntadewa, agar kaaw Bhauhima Sena ngayahi kuwajiban sarta mranata ing babagan Keadilan dan Kejujuran.[1] சறம் untuk dhalang Jawatimuran செவியி Lumajang Tengah bergabung dengan dewan mujudake keksatriyan Raden Bhima Sena.[1] Awalnya Bhima Sena terlibat dalam satriya ing Lumajang Tengah, si Jeksa Lumajang Tengah. Werkudara tiwas papat tokoh amarga nalika uripe menyukai mangan, rasanya asam dan tidak bisa basa.[5] Kemudian sumsul Sadewa, Nakula dan Arjuna.[5]

Baca Juga  Passing Atas Biasa Digunakan Untuk Memberikan Umpan Smash Karena

Raden Werkudara atau Bima merupakan anak kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Namun sebenarnya ia adalah anak Batara Bayu dan Dewi Kunti karena Prabu Pandu tidak bisa mempunyai keturunan. Inilah kutukan Begawan Kimindama. Namun berkat kerasukan Aji Adityaredhaya oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut bisa dikaruniai anak.

Werkudara pada saat lahirnya berbentuk seperti pembungkus. Tubuhnya ditutupi oleh selaput tipis yang tidak dapat dirobek oleh senjata apapun. Hal ini membuat pasangan Dewi Kunthi dan Pandu sangat sedih. Atas saran Begawan Abiyasa, Pandu melepas kain anak laki-laki itu di hutan Mandalasara. Selama delapan tahun kawanan itu tidak pecah dan mulai berguling kesana kemari, sehingga hutan yang tadinya subur itu rata dengan tanah. Hal ini membuat warga hutan panik. Selain itu, jin yang tinggal di hutan mulai diganggu, sehingga Batari Durga, ratu segala makhluk halus, memberi tahu Batara Guru, raja segala dewa. Kemudian raja para dewa memerintahkan Batara Bayu, Batari Durga dan Gajah Sena, putra Erawata, gajah Batara Indra, dan diiringi Batara Narada untuk turun dan memecahkan bungkusan anak laki-laki itu.

Aksara Jawa

Sebelum menyelesaikannya, Batari Durga masuk ke dalam wadah dan memberikan kepada anak laki-laki itu pakaian berupa Kain Poleng Bang Bintulu (dalam kehidupan nyata sering dijumpai di pulau Bali sebagai pakaian patung yang dianggap suci (polong = putih-putih). ) . kain kotak-kotak). ), Gelang Candrakirana, Kalung Nagabanda, Pupuk Jarot Asem dan Sumping (semacam hiasan kepala) Surengpati. Setelah berpakaian lengkap, Batari Durga keluar dari tubuh Bima, kemudian giliran Gajah Sena yang membuka balutan tubuh tersebut. Dari Gajah Sena, anak laki-laki itu disilangkan, ditusuk dengan gadingnya dan diinjak-injak. Bayu sampai di pangkuan Begawan Sapwani, setelah itu petapa itu memujanya dan menjadi anak sakti seperti Bima.

Baca Juga  Tuliskan Tugas Dari Tim Lawan Dalam Permainan Galasin

Nama lain Bima adalah Bratasena (nama yang dipakainya ketika masih muda), Werkudara yang berarti perut serigala, Bima, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena karena di dalam tubuhnya terdapat tubuh Gajah Sena, Wijasena, Dandun Wacana, adalah salah satu miliknya. tubuh raja Jodipati yang juga merupakan adik dari Prabu Yudistira, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga yang artinya selalu menang dalam peperangan, Arya Brata karena bisa menderita, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta, Bayusiwi karena dia. adalah putra Batara Bayu, Bilawa,

Prabu pandu, prabu baladewa ratu ing, ratu prabu, gedung ratu prabu, ratu prabu energi tbk, hotel pandu dewanata kopeng, gambar wayang pandu dewanata, wayang kulit pandu dewanata, pt ratu prabu energi, prabu pandu dewanata, dasamuka ratu ing, wayang pandu dewanata