Sapa Sing Bisa Ngalahake Buta Bajang – Suka buku ini? Anda dapat menerbitkan buku gratis Anda dalam hitungan menit! Buat buku flip Anda sendiri

Di dalam. seda : melarikan diri, menutupi, andon yuda : saling berkelahi peupendene : menangis pak tua tetawang : menangis terus menerus, menangis keras amelas ars : marah, melakukan trenyuh duhkita : sedih waspa : kepada menangis aben ajeng: untuk melawan.

Sapa Sing Bisa Ngalahake Buta Bajang

Wani, ater ater kuma artinya pemberani: pindha yang sangat gagah berani memukul: terbang seperti itu (petir) melompat ngawiyat: melompat di udara. Tugas 2: Meninjau struktur teks naratif a. Orientasi : Orientasi atau orientasi ditunjukkan pada paragraf dengan tokoh (prajurit Kurawa dan Pandawa, pangeran dan raja), peristiwa (Perang Baratayuda), waktu hari (lebih hari), tempat dan situasi (berbau apa saja), pada paragraf 1 sampai dengan paragraf 2 .

Buku Siswa. Kirtya Basa. Kanggo Smpmts Kelas Vii (coll.) (z Lib.org) Pages 51 100

42 Kirtya Basa VII b. Kebingungan: Kebingungan, pusatnya adalah konflik dalam pikiran Yudhishthira ketika ia harus memilih seorang cenopath, konflik karena Arjuna tidak ingin menjadi seorang cenopath, pada paragraf 3 sampai 6 c. Kesimpulan: Hal-hal menjadi sulit dan hal-hal menjadi semakin sulit. Intinya dapat dilihat pada paragraf yang menjelaskan kemarahan Arjuna, kemarahan Adipati Karna dan perintah Prabu Kresna kepada Arjuna, pada paragraf 7 sampai dengan paragraf 22. d. Keputusan: Hal itu harus segera dipertimbangkan dan diambil keputusannya.paragraf 26 e. Redirection : Toh bisa dilihat di paragraf yang menjelaskan bahwa perang Adipati Karna dan Arjuna secara khusus, atau perang Baratayuda, bukan hanya perang khusus / pusaka tetapi perang Ksatria. ‘ kita simpan. Darman sang Ksatria, paragraf 27. F. Coda/Amanat : Poin yang dapat diambil dari paragraf yang menjelaskan tentang nilai budi pekerti yang dapat dijadikan contoh, seperti tanggapan Pandawa kepada Adipati Karna, karena hubungan persaudaraan tidak akan putus karena hal – hal yang ada di dunia, pada paragraf 28. Struktur teks naratif Sugesti, sudut pandang/pengamatan dan penyajian atau hasrat, makna pengamatan atau keterikatan pada orang/karakter, latar belakang/latar, masalah/peristiwa, yang merupakan bagian dari bacaan naratif. Kompleksitas berarti bahwa sesuatu akan menjadi pusat cerita. Klimaksnya, masalah menjadi lebih kompleks dan rumit. Keputusan, sebuah masalah menemukan jalannya menuju solusi. Kembalikan pengamat jika ada. Kode/pesan, bentuk kesimpulan, kesimpulan/kesimpulan, nilai-nilai moral yang dapat ditarik dari isi cerita, amanat atau pesan.

Baca Juga  Sebutkan Macam-macam Unsur Dan Berikan Contohnya

Akhiran in, artinya dihias (dihias: BI). Cara memperbaiki atau meningkatkan dapat dilakukan dengan memilih sinonim yang lebih baik atau lebih baik, kata entar, kata saroja, kata garba, kata, kebebasan dll. Dalam 3 topik ini dijelaskan sinonim, entar, saroja dan garba. (1) Sinonim adalah kata yang memiliki arti lebih dari satu. Misalnya: “Jenazah para prajurit dikuburkan bersama jenazah para bangsawan dan raja-raja tentara Kurawa dan Pandawa. Ada hal-hal yang dapat diperbaiki, disempurnakan dan disempurnakan, tetapi masih ada hal-hal yang tidak dapat diperbaiki. Bau segar prajurit bercampur dengan badan kuda.” Kata mayat, kunarpa sama dengan badan (jenasah), dirukti sama dengan diopani, ludira sama dengan darah, rah. ( 2) Kata entar, kata-kata yang artinya tidak dipakai, atau pinjam ide (metafora: BI) Contoh: “…saya merasa tidak bisa melanjutkan perjuangan ini, hati saya sesak.” Kata cuit sering digunakan untuk hal-hal, tetapi sebenarnya heart/hati artinya hati bimbang, bimbang, kata picik termasuk kata entar, contoh lain lengan panjang, keringat, hati besar, dll.

Antuk) dan sebagainya. C. Penggunaan bahasa Penggunaan bahasa menurut makna kata yang digunakan dalam kalimat memiliki dua bagian utama, kalimat menggunakan kata krama dan kata Ngogo. Ada dua jenis kesopanan, sopan dan polos, dan ada juga dua jenis perilaku yang baik dan polos. Misalnya: “Bau permainan prajurit bercampur dengan pangkal binatang tunggangan”. Kalimat ini memiliki semua kata ngoko, sehingga kalimat tersebut disebut ngoko lugu. “Putra Pandu menangis tersedu-sedu, meratapi kematian rakyatnya dan putranya yang menjadi banteng perang Baratayuda”, kalimat ini merupakan campuran antara ngoko dan krama. Kata-katanya disebut ngoko alus. “Kangmas Adipati Karna, saya juga panjatkan do’a saya kepada yang beriman, dan memohon kepada seluas-luasnya lautan kebaikan untuk dirahmati di daerah ini, dan juga menyampaikan peringatan ibunda Ratu Kunti, memang demikian adanya. belum terlambat jika kamu ingin bergabung dengan semua Pandawa.” Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut mengandung kata sifat.

Baca Juga  Sikap Yang Harus Di

Kirtya Basa VII 45 Tugas 4: Menemukan Fungsi dan Tujuan Narrative Text 1. Perhatikan uraian di bawah ini! A. Nilai budi pekerti/pesan moral Nilai budi pekerti atau pesan moral dapat diperoleh dari isi teks dengan melihat watak dan perilaku tokoh dalam teks tersebut. Contoh: (1) Macam-macam kesetiaan Karna kepada Duryudana. (2) Kemampuan Arjuna menjadi pahlawan perang untuk melindungi negaranya, yang berarti bahwa setiap warga negara wajib melindungi negaranya dengan segala cara, merupakan bukti pengabdiannya. B. Relevansi isi cerita dengan realitas hari ini. Membaca cerita wayang di atas merupakan salah satu dari ribuan cerita yang masih berkembang di masyarakat Jawa. Terutama cerita boneka Pepeling. Bagaimana mengidentifikasi pokok-pokok unsur bahasa dalam cerita wayang. Jingglengi adalah kata yang paling umum, menjila, seje digunakan untuk membaca. B. Bahasa Rinengga Bahasa rinengga atau bahasa ragam hias yang berarti kata-kata yang digunakan dipilih menjadi lebih indah, mentes dan mandhes. Bentuk kata rininga, meliputi kata saroja, kata entar, kata garba, peribahasa, bebasan, saloka, prowakanthi, serta pengucapan nama c. 1) Sopan santun, semua tata krama digunakan untuk menghormati lawan bicara, yaitu. a) orang yang tidak Anda kenal, b) orang muda hingga orang tua, c) orang berpangkat tinggi. 2) Krama lugu, kata kama lugu digunakan untuk Anda, saat berbicara dengan orang yang Anda hormati. 3) Ngoko alus, kata tersebut merupakan gabungan dari krama dan ngoko, tetapi jika bentuk verbanya adalah krama, maka hanya verba saja. Menghormati orang yang Anda ajak bicara tetapi dekat dengan Anda juga berguna. 4) Ngoko luku, semua kata-kata diucapkan kepada orang dekat / akrab karena mereka adalah teman, orang marah / gelap, menggerutu / berbicara.

Belajar Dari Panah Yudhistira Mengalahkan Prabu Salya Untuk Menaklukkan Corona

46 Kirtya Basa VII adalah wujud bayangan (bayangan/citra; BI) seseorang yang hidup di alam. Bayangan bukanlah cerita. Struktur dan fungsi cerita wayang adalah cara menggambarkan tindakan dan perilaku manusia, serta akibat dari tindakan dan perilakunya terhadap diri sendiri, orang lain, dan keluarganya. Misalnya: “Perang antara Pandawa dan Korawa adalah karena mereka memperebutkan prioritas, golongan dan status”, banyak contoh situasi seperti ini dewasa ini. “Bunda Kunthi yang tega menelantarkan anaknya Karna”, saat ini banyak kasus seperti itu, ibu-ibu yang menelantarkan anaknya, ibu-ibu yang berani menelantarkan anaknya dan sebagainya. Tugas 2 Membuat Karangan Narasi SUMANTRI NGENGER Di luar kediaman Arga Sekar, angin pagi masih bertiup, Resi Suwandagni terlihat duduk di bangsal setelah sholat, menyaksikan bagaskara di sebelah timur dibantu oleh anak-anak Bambang Sumantri dan terus berdoa kepada Sang Hyang Widhi, melalui Dewa Surya di balai pemujaan. Resi Suwandagni memiliki dua putra, Bambang Sumantri dan Sukrasana. Keduanya adalah petani anggur dari segala hal, dan dengan kekuatan yang sama. Bedanya, Bambang Sumatri dianggap sebagai penunggang kuda yang tampan dan berperilaku baik, sedangkan Bambang Sukrasana dianggap buta. “Ayah, apakah kamu ingin aku memberitahumu?” Sumantri memulai percakapan antara ayah dan anak, dan mengakhiri puja. “Dari anakku, matura, ada apa?” kata Resi Suwandagni untuk kedua kalinya, mengingat bagaimana dia duduk di depan putranya. Catatan 1. Tujuan penulisan dan pembacaan cerita wayang pinangka panglipur dapat diambil dari nilai budi pekerti, pesan moral dan hikmah. 2. Peran membaca wayang tidak hanya untuk hiburan tetapi untuk menyampaikan nilai-nilai moral, aturan, budaya dan adat istiadat.

Baca Juga  Berikan Contoh Penerapan Sila Kelima Pancasila Di Sekolah

Kirtya Basa VII 47 “Terima kasih ayahku, aku sudah lama memutuskan untuk mengunjungi raja di istana Mahespati.” Sumantri memberi tahu ayahnya dengan berani. “Jika Anda benar-benar bertekad ayah, beri saya berkah, saya pikir Anda sudah mulai, gunakan kekuatan, kembangkan kebijaksanaan, pengetahuan Vedha yang telah saya berikan kepada Anda. Sekarang sebaiknya ajak adikmu Sukrasana, siapa tahu butuh bantuan,” kata Resi Suwandagni sambil berdiri. pergilah, sekarang aku mohon restumu dan aku akan pergi” kata Sumantri kepada pemujanya. dan mohon restunya. “Ya, Sumantri, jika kau ingin pergi aku akan selalu mendukungmu.” Kata-kata terasa bergetar bahkan tanpa setetes waspa. Sumantri meninggalkan desa tanpa menoleh ke belakang. Tetapi sebelum dia dapat berbicara, Sukrasana sudah mendengarkan semua kata-kata ayahnya. Dan kakak laki-lakinya di tengah halaman. Dia tidak sabar untuk menunggu. melihat saudaranya meninggalkan Sukrasana dan mengikuti jejak Sumantri dan berjuang lebih jauh, Sumantri menyetujui permintaan pertamanya kepada Prabu Arjuna Sasrabahu jika dia bisa memenuhi permintaannya, dia adalah penyerahan Dewi Citrawati di tanah Magada. Sumantri setuju, setelah memintanya segera berangkat ke negeri Magada. Tanah magada dibuat oleh raja seribu bangsa yang bertekad menghancurkan tanah magada karena Prabu Citrawijaya belum menjawab permintaannya kepada Dewi Citrawati. Karena itulah kedatangan Sumantri adalah kebetulan, Prabu Citrawirya siap menerima lamaran Prabu Arjuna Sasrabahu, jika Sumantri bisa.