Sikap Para Pemuda Indonesia Jika Menghadapi Suatu Tantangan Adalah – Oleh: Usman Manor, S.Hum, M.M (Analis Sumber Sejarah Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK))

Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam upaya memperoleh kemerdekaan. Besarnya potensi Indonesia sebagai negara adidaya baik dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya mendorong negara-negara lain untuk menguasai seluruh potensi yang dimiliki Indonesia. Artinya, Indonesia harus berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan mempertaruhkan waktu, uang, tenaga bahkan nyawa. Padahal, jika mengacu pada pembukaan UUD 1945, kemerdekaan merupakan hak semua bangsa. Meskipun kemerdekaan adalah sebuah hak, namun seluruh rakyat Indonesia mempunyai kewajiban untuk menghilangkan segala bentuk penjajahan yang tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan melalui upaya mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu, mencapai kemandirian untuk mempertahankan independensi merupakan kewajiban yang sama pentingnya dengan mencapai kemandirian itu sendiri.

Sikap Para Pemuda Indonesia Jika Menghadapi Suatu Tantangan Adalah

Kewajiban mencapai kemerdekaan Indonesia menghadapi tantangan yang semakin berat, terutama di masa pandemi Covid-19. Merujuk hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 270,20 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,25% per tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tantangan yang besar dalam hal sumber daya manusia, terutama karena 70,72% penduduknya merupakan penduduk usia produktif, yaitu antara 15 dan 64 tahun. Jumlah sumber daya manusia yang besar di satu sisi merupakan sebuah tantangan, namun jika dikelola dengan baik berpotensi menjadi bonus demografi. Tantangan lain yang dihadapi Indonesia, khususnya dalam upaya mencapai kemandirian, adalah transformasi digital Revolusi Industri 4.0 dan ketidakpastian global yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi stagnan dan diperkirakan berdampak pada peningkatan defisit transaksi berjalan. , yang diperkirakan akan menyebabkan peningkatan defisit transaksi berjalan. Hal ini juga berdampak pada kesejahteraan 270,20 juta penduduk Indonesia, khususnya penduduk usia produktif. Selain itu, masyarakat Indonesia juga menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya yang efektif, penurunan transformasi struktural, keterbatasan fasilitas dan aksesibilitas, pemenuhan layanan dasar penduduk, dan ketimpangan kekayaan.

Pengamalan Nilai Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari Hari

Mengacu pada tantangan yang sangat besar tersebut, maka upaya untuk mencapai independensi harus dilakukan secara sistematis berdasarkan prinsip kepatuhan terhadap peraturan (regulation-based), bersandar pada bukti-bukti ilmiah (evidence-based), dengan mengacu pada pengalaman masa lalu (based on experience) dan dengan mengacu pada pengalaman masa lalu (based on experience). menggunakan. sains. (dibuktikan secara ilmiah) agar arah dan tujuan pencapaian kemerdekaan tidak menyimpang. Dari segi regulasi, Indonesia memiliki Pancasila dan UUD 1945 sebagai aturan hukum tertinggi. Mengacu pada kedua peraturan tersebut, maka upaya mencapai kemerdekaan mempunyai tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam pelaksanaan ketertiban. Maksud dan tujuan dalam perwujudan kemerdekaan ini mempunyai kriteria jika kita ingin mencapainya, yaitu mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa, memanusiakan manusia dengan menjunjung tinggi budi pekerti, bergotong royong dan kita bersatu dalam kehidupan, bergantung pada semua tindakan pada kekhidmatan kebijaksanaan, dan pencarian keadilan.

Baca Juga  Sebutkan Tiga Sikap Permulaan Dalam Latihan Senam Irama

Pada dasarnya kriteria, tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam peraturan di Indonesia, namun terkadang upaya untuk mencapai kemandirian terhambat oleh kurangnya pemahaman dan implementasi terhadap tujuan dan kriteria tersebut. Untuk itu, perwujudan independensi tidak hanya menggunakan asas kepatuhan terhadap peraturan saja, namun juga memerlukan dukungan berupa bukti-bukti ilmiah (evidence based) yang mengacu pada pengalaman masa lalu (based on experience) dan pemanfaatan sumber daya manusia. ilmu pengetahuan (based on science) karena penuntasan kemerdekaan mempunyai ciri-ciri yang sama: dinamis dan berjangka panjang. Bukti ilmiah, pengalaman dan pengetahuan masa lalu serta peraturan dalam mewujudkan kemandirian diperlukan sebagai sikap, perilaku dan cara pandang dalam memaknai independensi agar lebih mudah untuk memenuhi bahkan mempertahankan independensi tersebut. Misalnya, kebangkitan gerakan separatis radikal di Indonesia merupakan bukti nyata dari pengalaman masa lalu bahwa kurangnya pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan peraturan, yang sebenarnya sangat merugikan upaya kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah.

Implementasi dan kontekstual, pengetahuan mengenai tantangan yang dihadapi, tujuan yang ingin dicapai serta strategi yang digunakan sangat diperlukan untuk mencapai kemandirian. Apalagi saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19 yang menyebabkan krisis di segala bidang. Ketika Indonesia harus menghadapi musuh yang terlihat berupa penjajah asing dalam upayanya meraih kemerdekaan, Indonesia saat ini menghadapi musuh yang tidak terlihat berupa virus untuk meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah luar biasa untuk mewujudkan kemandirian, termasuk memahami kondisi sulit tersebut, agar kita selalu berusaha meningkatkan kemampuan, mengupayakan produktivitas setiap hari dan berani bersaing dengan persaingan yang ketat, memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, baik. lingkungan alami dan alami. dan berwawasan lingkungan, sosial, menjaga etos kerja yang tinggi, mengutamakan integritas dalam keadaan sesulit apapun, membina gotong royong dan membiasakan diri untuk selalu efektif dan efisien, baik dalam belajar maupun dalam bekerja.

Baca Juga  Kelompok Tumbuhan Yang Berkembang Biak Dengan Akar Tinggal Adalah

Upaya tersebut diyakini dapat meningkatkan kualitas, menyederhanakan permasalahan dan mengubah tantangan menjadi peluang, sehingga terwujudnya kemandirian tidak hanya dapat menjaga kemandirian, namun juga menghadirkan inovasi dan kreativitas. Saat ini inovasi dan kreativitas dalam mewujudkan kemandirian tersebut tercermin dari kemampuan beradaptasi masyarakat Indonesia, yang di Era New Normal memberikan berbagai kemitraan untuk kemandirian belajar bagi generasi penerus Indonesia, padahal dalam praktiknya perlu dilakukan peningkatan efektivitas. pendidikan mandiri. . Pada akhirnya mencapai kemerdekaan tentu akan menghadapi tantangan, namun selalu ada strategi dalam melaksanakan upaya mencapai kemerdekaan guna mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Teknologi kembali menggelar Studium Generale secara daring pada Rabu, 16 September 2020. Studium Generale yang mengusung tema “Pemutakhiran konsep bela negara untuk generasi muda yang berkarakter unggul” mengundang Marsekal Muda TNI Dr. Sungkono, S.E., M.Si., selaku Deputi Bidang Pembangunan pada Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional sebagai pembicara. Kuliah umum ini dibuka oleh Prof. Dr.-Ing.Ir. Widjaja Martokusumo, selaku sekretaris Institut dan dipimpin oleh Dr. Epin Saepudin, M.Pd.

Ganjar Ungkap Cara Hadapi Tantangan Masa Depan Di Hadapan Pemuda Muhammadiyah

Dr Sungkono membuka kuliahnya dengan menjelaskan konsep pertahanan negara. Pertahanan negara adalah tekad, sikap dan perilaku, serta tindakan warga negara, baik secara individu maupun kolektif, dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keamanan bangsa dan negara. Upaya tersebut hendaknya diisi dengan rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lanjutnya, ketahanan nasional sebagai suatu kondisi dinamis suatu bangsa adalah kegigihan dan kegigihan mengembangkan kemampuan kesehatan nasional untuk menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik langsung maupun tidak langsung dari luar maupun dalam negeri. Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan selalu hadir dalam segala hal dan saling mempengaruhi. “Ketahanan nasional sebagai konsep geostrategis merupakan transformasi kekuatan nasional terhadap tujuan dan kepentingan nasional,” imbuhnya.

Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Bentuk partisipasi masyarakat meliputi pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran, pengabdian sebagai prajurit TNI, dan pengabdian berdasarkan pekerjaan. Pendidikan kewarganegaraan dilaksanakan dengan meningkatkan kesadaran bela negara dengan mengajarkan nilai-nilai dasar bela negara. Nilai-nilai tersebut adalah rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesetiaan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal untuk membela diri. negara ini,” katanya.

Baca Juga  Suatu Benda Dikatakan Campuran Jika Memiliki Ciri-ciri Antara Lain

Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, generasi muda Indonesia harus mengetahui tantangan dan peluang apa saja yang akan mereka hadapi. Untuk itu, beliau juga memaparkan tantangan dan peluang abad 21 berupa revolusi 4.0, masyarakat 5.0, pandemi COVID-19, kemiskinan, resesi ekonomi global, dan lain-lain. “Sekarang kita sudah memasuki (masyarakat) 5.0, artinya kita hidup di dua dunia: dunia nyata dan dunia maya,” ujarnya.

Bagaimana Pemuda Dapat Berperan Dalam Kebijakan Pendidikan?

Peran generasi muda untuk menjawab tantangan dan peluang abad 21 adalah pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan memegang kunci pertahanan negara. Kunci ini berfungsi untuk membuka pikiran, hati dan keinginan generasi muda. Penguatan mental akan terjadi ketika generasi muda membuka wawasannya sehingga mampu memahami konsep dirinya dalam bekerja dan memanfaatkan waktu sebagai peluang.

“VOC dapat mengumpulkan kekayaan sebesar $7,9 triliun. Jumlah ini setara dengan kekayaan dua puluh perusahaan terkemuka di dunia. “Sekarang kita sudah merdeka dan kita harus bisa menjadi negara maju, berdaya saing tinggi, sejahtera, lebih besar dari VOC!” menyimpulkan untuk merangsang semangat bela negara di kalangan generasi muda Indonesia. Ketua Yayasan Pemimpin Muda Indonesia, Tuty Collyer, salah satu penggagas program Pemimpin Muda untuk Indonesia (YLI), membuka kegiatan konferensi tahunan tersebut di Jakarta pada Sabtu (19/1/2019).

JAKARTA, — Generasi muda menghadapi tantangan dalam mengembangkan sikap kepemimpinan. Hal ini menjadi kebutuhan mendesak seiring dengan semakin menantangnya era disrupsi industri dan digitalisasi pada tahun 2019.

Riset yang dilakukan perusahaan konsultan Mckinsey and Company bertajuk “Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity” pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sektor ekonomi digital Indonesia dapat menyumbang $150 miliar pada tahun 2025. Terkait dengan hal tersebut, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan sebagai pemimpin di berbagai bidang profesi. bidang.

Teks Pidato Orasi Hari Sumpah Pemuda 2023 Penuh Semangat

Topik ini mengemuka dalam konferensi pers tahunan Yayasan Pemimpin Muda Indonesia (YLI) Tahun 2019, di Jakarta, Sabtu (19/1/2019). Ketua Yayasan Pemimpin Muda Indonesia Tuty Collyer, selaku salah satu penggagas program YLI mengatakan, kita masih membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memimpin, tapi juga punya kemampuan menyelesaikan masalah.

“Saya melihat lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak kalah berkualitasnya, namun rasa percaya diri dan sikap kepemimpinannya belum muncul,” kata Tuty.

Menurut Tuty, tantangan kepemimpinan yang dihadapi generasi muda ada tiga hal. Pertama, generasi muda memimpin dirinya pada kebaikan (lead self), kemudian memimpin kelompok (lead team), dan kemudian memimpin perubahan.

Sejumlah alumni program YLI pun turut berbagi pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi generasi muda. Staf Analis Perencanaan Bisnis PT Pertamina (Persero), Fadel Muhammad, menilai generasi muda masih kesulitan mengubah ide menjadi

Cara Kamu Bisa Jadi Generasi Milenial Yang Hebat

Menghadapi tantangan, para pemuda revolusioner mempunyai sikap, sikap menghadapi, sikap menghadapi globalisasi, tantangan menghadapi revolusi industri 4.0, cara menghadapi tantangan globalisasi, cara menghadapi suatu masalah, menghadapi tantangan hidup, cara menghadapi tantangan, berani menghadapi tantangan, sikap menghadapi suami selingkuh, sikap menghadapi masalah