Kesimpulan Cerita Dalam Alur Naskah Menurut Aristoteles Adalah – Budaya dan tradisi masyarakat di dunia sangat beragam. Masing-masing budaya mereka berasal dari lingkungan sosial yang unik dan budaya yang berbeda satu sama lain. Setiap kelompok masyarakat membawa adat dan tradisi tersendiri dalam kehidupan sehari-harinya. Tradisi yang mereka laksanakan merupakan hasil pembelajaran, pengembangan dan proses yang mereka lalui bersama masyarakat lain. Proses ini membentuk identitas budaya dalam diri individu sehingga memotivasi mereka untuk mempelajari sikap komunitasnya dan kelompok masyarakat lainnya.

Tujuan dari karya penelitian ini adalah untuk mengenalkan pembaca pada konflik Mentang-mentang karya New York. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Subyek penelitian ini adalah naskah drama Mentang-mentang dar New York karya Marcellino Acana Jr yang berfokus pada konflik dalam naskah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konflik karya Mentang-mentang asal New York dengan teori sosiologi sastra Abrams.

Kesimpulan Cerita Dalam Alur Naskah Menurut Aristoteles Adalah

Kesadaran akan identitas tradisional dan budaya juga dapat tercermin dalam banyak hal, salah satunya melalui naskah lakon atau drama. Sejak abad ke-19 masyarakat Indonesia sudah mengenal pertunjukan drama, salah satunya ditampilkan oleh Teater Stamboel. Teater Stamboel merupakan salah satu komunitas teater yang memulai masa rintisan pertama dalam perkembangan teater di Indonesia (Riantiarno, 2011: 26). Sebagai wadah refleksi pengenalan tradisi ke dalam masyarakat, teks teater yang juga merupakan salah satu genre sastra bertugas mentransmisikan sosiologi. Menurut Wellek (1989:98), sastra mewakili kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari realitas sosial, meskipun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia.

Makalah Kelompok 6

Dalam penelitian ini penulis menganalisis sosiologi tokoh dalam lakon Mentang-mentang dar New York karya Marcelino Acana Jr. yang kemudian diterjemahkan oleh Tjetje Yusuf dan diadaptasi oleh Noorca Marendra. Naskah lakon ini bercerita tentang tokoh utama bernama Ikah yang baru saja tiba dari New York untuk kembali ke kampung halamannya, Jelambari. Sesampainya di rumah, Ikah yang masih terbuai dengan tradisi Barat membawa tradisi tersebut ke lingkungan rumahnya dan terlebih dahulu mengambil langkah mentransformasikan ibunya secara total dengan riasan ala Amerika. Ikah pun mengajari ibunya menggunakan adat-istiadat Barat, mulai dari kacamata untuk berbagai konten hingga kebiasaan tidur yang dipelajarinya di sana.

Baca Juga  Apa Yang Dimaksud Perubahan Sosial Budaya

Menurut Aristoteles dalam Luxembourg (1984: 107) ada dua jenis sastra: naratif dan dramatis. Tipe naratif mencakup teks yang hanya memiliki satu juru bicara, yang terkadang mengundang karakter lain untuk membuka mulut, namun pada dasarnya adalah satu orang. Teks yang menampilkan karakter berbeda dengan ekspresi aslinya termasuk dalam jenis teks dramatis.

Teks dramatik atau naskah drama merujuk pada semua teks yang bersifat dialog, yang isinya mengembangkan alur cerita (Luxemburg, 1984: 158). Drama sangat berbeda dengan genre sastra lain seperti prosa dan puisi, karena naskah drama itu sendiri dimaksudkan untuk ditampilkan sebagai pertunjukan teater atau sekadar sebagai pembacaan drama.

Secara umum naskah drama adalah teks naratif yang menceritakan satu konflik atau lebih, yang isinya berupa percakapan atau dialog antara tokoh satu dengan tokoh lainnya, ditambah narasi untuk menjelaskan alur teks drama itu sendiri.

Estetika Layar Dalam Teater: Catatan Tentang Penggunaan Multimedia Dalam Pertunjukan Teater Musikal Jati

Strukturalisme menurut definisinya berarti memahami unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dan mekanisme hubungan-hubungannya, di satu pihak hubungan antara suatu unsur dengan unsur-unsur lainnya, di lain pihak hubungan antara unsur-unsur itu dengan keseluruhannya. (Wellek, 1989:155)

Abrams (1981: 178) mengatakan bahwa sosiologi sastra berlaku pada tulisan-tulisan para kritikus sastra dan sejarawan, yang fokus utamanya pada cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi sosialnya, kondisi ekonomi yang melingkupi karyanya. , dan jenis pembaca yang dimilikinya. Semua itu terangkum dalam aspek-aspek yang membangun sebuah karya sastra: salah satu aspek yang membentuk keutuhan cerita adalah watak para tokohnya. Ciri-ciri tokoh seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarangnya dan lingkungan tempat ia tinggal. Hal yang sama berlaku untuk orang atau tipe karakter. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal ini pengetahuan sosiologi berperan dalam mengungkap isi suatu karya sastra.

Dalam artikel ini konflik yang terjadi antara tokoh utama Ikah dengan Jelambar lainnya, terutama ibu dan teman-temannya dipengaruhi oleh etnosentrisme, dimana Ikah selalu merasa bangga dengan tradisi Barat yang baru ia bawa ke tanah air. Istilah etnosentrisme sering digunakan bersamaan dengan rasisme. Konsep ini mewakili anggapan bahwa setiap kelompok etnis atau ras mempunyai semangat atau ideologi yang menegaskan bahwa kelompoknya lebih unggul dibandingkan kelompok etnis atau ras lainnya. Akibat ideologi ini, kelompok etnis mana pun atau mereka yang memiliki tingkat etnosentrisme tinggi akan mengalami prasangka, stereotip, diskriminasi, dan jarak sosial terhadap kelompok lain. Etnosentrisme terkadang begitu kuat hingga menjadi identitas etnis dan mempengaruhi komunikasi antar budaya. (Liliweri, 2007: 91-92)

Baca Juga  Alat Yang Digunakan Dalam Perakitan Komponen Produk Rekayasa Elektronika Adalah

Menurut Emziri (2016:262), ada beberapa aspek yang mendukung terciptanya sebuah naskah lakon, antara lain alur, tokoh, dialog, konflik, dan jenis drama.

Pdf) Analisis Struktur Naskah Ludruk Lakon Mliwis Hitam

Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk suatu cerita dari awal hingga akhir. Effendi (1974:165) Emzir (2016:262) berpendapat bahwa alur suatu drama terdiri atas lima bagian pengembangan, yaitu (1) pembukaan, pendahuluan, dan eksposisi; (2) gangguan/komplikasi; (3) lonjakan/lonjakan darurat; (4) segregasi; dan (5) resolusi/kesimpulan.

Dalam lakon Mentang-mentang dari New York, alur cerita tahap pertama yang baru saja kami jelaskan terdapat pada babak pertama penuturan berikut ini:

“Bi Atang itu agak gendut, berjiwa tua. Tapi sesuai dengan keinginan putri seangkatannya. gaya rambut tampak lebih tidak pantas.

Baru setelah itu pengembangan tahap pertama akan dilaksanakan dengan penuh semangat. Dari adegan Anen (karakter pendamping seperti tunangan Ikah) berbincang dengan Bi Atang tentang situasi antara dirinya dan ibunya yang kini tinggal di Karawang. Anen adalah teman masa kecil Ikah yang keluarganya tinggal di Jelambari dan kini pindah ke Karawang.

Arsip Bulan 2 Tahun 2013

Tokoh protagonis lakon ini, Ikah, kemudian dipandu oleh tokoh pengantar Bi Atang melalui dialognya dalam adegan bersama Anen.

“Bayinya lahir Senin lalu, tapi lihatlah betapa hebatnya yang dilakukan tubuh bibinya. Lihat! Saat pertama kali melihat bibinya, dia marah dan berkata agar bibinya segera melahirkan. Bibi tua itu butuh riasan, jadi aku jangan terlihat terpaku. Bibi diseret ke kap kabin pagi tadi dan hasilnya terlihat. Saksikan perubahan revolusioner yang terjadi padaku! Rambutku dipotong, alisku dicukur, Mereka mengecat kukuku dan Aku harus memakai perona pipi dan lipstik saat tante pergi ke pasar. Bayangkan kalau bukan hanya katak goreng? Semua teman tante di pasar, di jalanan, menertawakan tante. Mereka mengira tante akan melakukannya. akan sedikit kesal karena si tua bangka itu ternoda. Seperti tante girang. Tapi apa yang harus kamu lakukan? Kamu tahu sopan santun Ikah, Bibi tidak boleh berselisih dengannya. Katanya Bibi harus belajar bersikap dan bersikap seperti wanita Amerika. Seperti Ibu Negara! Seperti kota metropolitan, karena bibinya memiliki anak yang pernah tinggal di Amerika Serikat. Serius, apakah cewek ini terlihat seperti orang Amerika?

Baca Juga  Sebutkan 3 Perubahan Perilaku Yang Disebabkan Adanya Internet

Dari cuplikan dialog di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap pengenalan alur naskah drama, terlihat jelas perubahan keadaan Bi Atang dan Ikah yang baru pulang dari New York. Kemudian kita memasuki alur naskah drama tahap kedua, yaitu pengembangan/kompleksitas. Dalam lakon ini konflik awal diawali dengan perubahan Ikah yang membuat teman-temannya tidak nyaman dan merasa bahwa Ikah yang sekarang sangat berbeda dengan Ikah pada umumnya, hal ini juga terlihat pada dialog selanjutnya.

“Fatimah : ah… menurutku kita tidak seharusnya berada di sini kawan, kita asing dengan Miss New York yang luar biasa ini.”

Analisis Buku Klasik

“Anen: Benarkah gadis ini Ikah yang pernah berjualan apem? “Menurutku Ikah hanya mengolok-oloknya.”

Konflik selanjutnya muncul saat Anen ingin menanyakan hubungannya dengan Ikahi yang sebelumnya sudah memasuki tahap komitmen. Anen ingin menjelaskan kelanjutan hubungannya dengan Ikah yang di sisi lain juga bertunangan dengan Fatima. Setelah Anen mencoba memulai percakapan dengan Ikah tentang pertunangannya, Ikah ingin memfasilitasi dialog berikut ini.

“Iya, gaya New York, Anen. Lupakan! Tidak ada yang perlu dihadapi dengan cemberut. Kita tidak perlu melakukan apa pun terlalu banyak. Kita tidak boleh membuang waktu terlalu banyak karena kita sedang menghadapi krisis energi di Amerika Serikat dan hampir di seluruh dunia. Maka dari itu, malam ini serahkan padaku segenap hatimu dan seluruh kejantananmu, besok lupakan saja! Dan ketika kita bertemu lagi, tersenyumlah, berjabat tangan, dan perlakukan segala sesuatu seperti permainan yang sangat menyenangkan. “Ini gaya New York.”

Setelah adegan itu, Anen merasa hancur sebagai seorang laki-laki. Lalu datanglah Fatimah bersama Otong yang sudah meninggalkan panggung tadi. Setelah mengetahui hubungan Anen dengan Ikah telah berakhir, Fatimah akhirnya mengumumkan bahwa dirinya dan Anen benar-benar bertunangan.

Analisis Struktural Pada Naskah Drama

Tahap ketiga alur naskah drama adalah klimaks atau klimaks urgensi. Setelah Fatimah mengumumkan pertunangannya dengan Anen, Ikah merasa tidak diterima di acara tersebut. Meski Ikah hanya mengatakan tradisi New York tidak mengutamakan pernikahan. Ikah merasa pria yang bertunangan dengannya telah dicuri oleh teman masa kecilnya. Dialog berikut menceritakan betapa Ikah geram atas kelakuan temannya.

“Ya… tapi itu karena kamu tidak tahu apa masalahnya. Aku tidak tahu tentang pengkhianatan ini! Ya! Aku tidak tahu apakah dia berkomitmen padamu jika dia masih berkomitmen padaku! Wanita tidak mengenal dirinya sendiri! Jalang! Tidak bisakah aku menolaknya?

Pengertian seni menurut aristoteles, pengertian hukum menurut aristoteles, menurut aristoteles, pengertian negara menurut aristoteles, keadilan menurut aristoteles, manusia menurut aristoteles, model komunikasi menurut aristoteles, macam keadilan menurut aristoteles, pengertian filsafat menurut aristoteles, definisi filsafat menurut aristoteles, bentuk pemerintahan menurut aristoteles, jelaskan keadilan menurut aristoteles