Konflik Antar Ras Dan Antar Suku Merupakan Contoh Konflik – Peneliti Pusat Informasi dan Kajian Pembangunan Indonesia | Pakar dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas | Calon Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia

28 Juni 2014 16:49, 28 Juni 2014 16:49 Diperbarui: 18 Juni 2015 08:26 35041 0 0

Konflik Antar Ras Dan Antar Suku Merupakan Contoh Konflik

Tidak ada seorangpun yang bisa hidup sendiri di dunia ini, satu sama lain akan membutuhkan, membutuhkan, melengkapi dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian mereka berkomunikasi hingga tercipta interaksi dan reaksi terhadap perilaku seseorang, interaksi tersebut ada, karena menurut Coser konflik adalah perbedaan fokus dan pemahaman masyarakat.

Bagaimana Konflik Antar Etnis Tionghoa Dan Pribumi Terjadi Dan Upaya Merekonsiliasinya

Faktor-faktor yang menjadi inti konflik harus diungkapkan ke publik dengan cara yang benar-benar transparan, karena dengan begitu kita bisa menemukan solusinya. Kelompok etnis atau etnis biasanya mempunyai beberapa kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sesuatu yang dianggap baik atau suci pada satu suku, belum tentu ada pada suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan konflik antaretnis.

Konflik antaretnis ini terjadi akibat pertentangan antara budaya, kepentingan, ekonomi politik, dan lain sebagainya. Dan untuk mewujudkan negara yang aman dan damai, pemerintah harus menyelesaikan masalah konflik antaretnis. Cara yang lebih demokratis untuk menghindari perpecahan, dan penindasan terhadap yang lemah oleh yang kuat, adalah solusi yang dimulai dari niat untuk mengambil sedikit dan memberi sedikit, berdasarkan pada itikad baik untuk berkompromi dan penuh pertimbangan.

Ada beberapa hal yang akan dijadikan permasalahan penelitian dalam makalah ini, antara lain sebagai berikut:

Para ahli pemikiran, walaupun berbicara tentang pengertian ilmu-ilmu lain, dalam pengertian konflik mereka berbeda-beda. Ada beberapa pengertian konflik sebagai berikut: [1]

Ketidakadilan Gender, Ini Bentuknya

Dalam suatu masyarakat akan selalu ada kelompok tinggi yang menguasai kelompok bawah, kelompok ini terbagi menurut kekuasaan, kemampuan, kekayaan, kekuatan, dan lain-lain. Kelompok bawah (yang lemah) akan “tertindas” dan menuruti kemauan kelompok atas. Fenomena ini pada akhirnya menimbulkan konflik antar kelompok. Selain kurangnya integrasi dalam masyarakat, perbedaan pemahaman atau kepentingan juga menjadi faktor munculnya konflik.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu perbedaan tanggapan yang terjadi akibat interaksi manusia dalam mencapai/mengungkapkan keinginannya. Oleh karena itu, menurut penulis, konflik adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena para ahli berbeda pendapat mengenai konflik di atas, itu juga konflik. Namun, apakah akibat dari konflik tersebut akan negatif? Tentunya hal ini memerlukan pemicu dan gerakan tersendiri yang berbeda dengan arti kata konflik. Konflik yang bersifat negatif pasti akan merugikan kedua belah pihak dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, resolusi konflik harus dilakukan. Kita perlu menghubungkan teori yang ada dengan praktik di lapangan dalam penyelesaian konflik.

Baca Juga  Jepang Melantik Membentuk Bpupki Yang Diberi Tugas Untuk

Menurut Alo Liliweri, konflik adalah suatu perasaan salah yang mempengaruhi hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lainnya. Konflik dapat berdampak positif ketika memperkuat kelompok dan bertindak negatif ketika bergerak melawan struktur.[2]

Konflik diartikan sebagai interaksi antara dua pihak atau lebih yang saling bergantung namun dipisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu pihak menyadari perbedaan tersebut dan mengambil tindakan atas tindakan tersebut.[3]

Sejarah Konflik Sampit: Kronologi, Penyebab, Dan Penyelesaiannya Halaman All

Konflik etnis adalah konflik yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial yang mendesak antara dua komunitas etnis atau lebih.[4]

Menurut Indrio Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, banyak orang yang berbicara tentang “Teori Konflik” seperti Karl Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi dan sosial. Karl Marx melihat masyarakat manusia sebagai proses pembangunan yang akan mengakhiri konflik melalui konflik. Ia membayangkan perdamaian dan harmoni sebagai hasil akhir dari sejarah perang dan revolusi yang penuh kekerasan. Namun, konflik antara kepentingan ekonomi ini berpuncak pada masyarakat kreatif tanpa kelas dan tanpa konflik yang dikenal sebagai komunisme.[5] Jika konflik ini terus berlanjut maka akan menimbulkan ketidakstabilan di masyarakat. Orang-orang merasa terancam dan tidak akan mengingat kehidupan mereka.

Durkheim menekankan proses sosial yang meningkatkan integritas dan kohesi sosial. Meskipun ia mengakui bahwa konflik terjadi dalam kehidupan sosial, ia cenderung menganggap konflik yang berlebihan sebagai hal yang tidak normal dalam integrasi sosial. Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kohesi juga terekspresikan dalam dinamika hubungan antara in-group dan out-group.[6] Suatu kelompok atau masyarakat kemungkinan besar mempunyai sumber daya yang dapat dimobilisasi dan memperkuat solidaritasnya ketika kelompok atau masyarakat tersebut terlibat konflik dengan kelompok atau masyarakat lain. Pada saat terdapat ancaman atau konflik dengan kelompok luar, perselisihan atau konflik dalam kelompok cenderung rendah dan berkurang.

Konflik etnis adalah konflik yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial yang mendesak antara dua kelompok etnis atau lebih.[7] Konflik etnis sering kali berujung pada konflik kekerasan, namun bisa juga tidak. Namun konflik etnis biasanya melibatkan kekerasan dan memakan korban jiwa. Kelompok etnis atau etnis biasanya mempunyai beberapa kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sesuatu yang dianggap baik atau suci pada satu suku, belum tentu ada pada suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan konflik antaretnis.

Baca Juga  Tuliskan Peristiwa Konduksi Pada Teks Tersebut

Sosial Dan Budaya)

Faturochman mengatakan, setidaknya ada enam hal yang biasa menjadi penyebab konflik etnis di suatu tempat.[8] Enam hal tersebut antara lain:

Dapat dikatakan bahwa konflik antaretnis terjadi akibat adanya kepentingan individu atau pihak yang berbeda yang bertujuan untuk mengambil keuntungan dari konflik tersebut. Sangat mudah bagi kelompok etnis yang berkonflik untuk saling bermusuhan karena sumber daya manusia yang terbatas. Karena mereka mempunyai pendidikan yang kurang dan tingkat ekonomi yang rendah. Seluruh panglima daerah di wilayah konflik harus tegas dalam mengambil atau melaksanakan kebijakan ketika terjadi konflik antaretnis.

Dalam konteks Indonesia sendiri, kita sering mendengar konflik antaretnis. Padahal, yang mendasari konflik ini adalah reaksi balik dari masyarakat yang berada di zona konflik. Sementara itu, Sukamdi menyampaikan bahwa ada tiga penyebab utama konflik antaretnis di Indonesia,[9] yaitu:

Menurutnya, konflik masyarakat dengan etnis lain hanyalah bentuk perjuangan melawan struktur politik-ekonomi yang menindas mereka hingga timbul konflik di antara mereka. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini ciri-ciri suku dan budaya, seringkali menimbulkan suatu etnik yang kaku, dimana seseorang tidak dapat keluar dari sudut pandangnya atau hanya dapat memahami sesuatu yang tetap berdasarkan sudut pandangnya dan tidak mampu memahami perilaku orang lain. pada latar belakang budaya. Pandangan etnosentrisme yang keras ini berperan besar dalam menciptakan konflik karena masyarakat tidak mampu memahami perbedaan.[10] Selain itu, identifikasi yang kuat antara individu dengan suatu kelompok kemungkinan besar akan menimbulkan lebih banyak prasangka, yang berujung pada konflik.

Macam Macam Konflik Sosial

Berdasarkan tulisan Stefan Wolff, konflik etnis ini sebagian besar terjadi di Afrika, Asia, dan sebagian Eropa Timur. Konflik etnis yang terjadi di dunia konon tidak berdampak pada negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara. Pertanyaan selanjutnya, mengapa konflik ini terjadi di wilayah peradaban yang terbelakang? Belum ada jawaban untuk pertanyaan ini. Jawaban yang sangat masuk akal terhadap pertanyaan ini didasarkan pada waktu munculnya peradaban.

Asia dan Afrika merupakan dua benua yang memiliki sejarah peradaban tertua di dunia. dan pada saat yang sama kedua benua ini mempunyai marga, ras atau suku yang berbeda. Nyatanya tidak bisa ditemukan di benua Amerika yang merupakan “peradaban baru” ciptaan Eropa. Peradaban ini telah terlibat dalam perang suku sejak zaman kuno. Sayangnya, peperangan antar suku dan ras tersebut mengambil tempat kebencian antar semua pihak yang bertikai dan masih berlanjut hingga saat ini. Dengan demikian Wolff menyimpulkan bahwa “konflik etnis didasari oleh kebencian kuno antara kelompok yang bertikai dan itu”.

Baca Juga  Sesuatu Yang Layak Didapat Oleh Setiap Orang Disebut

Keberagaman suku, agama, ras dan golongan menjadikan Indonesia sebagai negara yang rawan konflik. Dari arah timur hingga barat negeri ini, kita sering mendengar jeritan bahkan tetesan darah yang menutupi tanah. Semboyan pada kaki kokoh burung Garuda “Bhinneka Tunggal Ika” nampaknya tidak menginspirasi seluruh warga negeri ini.[11] Rasa persatuan sebagai warga negara bukanlah hal yang utama, namun makna semboyan negara ini hanyalah komunikasi. Terdapat beberapa peristiwa yang timbul akibat konflik pasca tumbangnya pemerintahan Orde Baru dan lahirnya masa reformasi sebagai berikut:

Sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang terjadi akibat konflik, seperti anarki antara buruh dan perusahaan, masyarakat dengan perusahaan, serta aksi preman yang terjadi hampir di seluruh kota besar.

Sri Lanka Yang Terus Koyak Karena Konflik Sara

Dibalik konflik antaretnis di Indonesia yang memecah belah kesatuan negara, jika dikaji lebih dalam, ada sebuah poros yang membuat satu suku dan suku lainnya hanya punya rasa sendiri-sendiri, ada rasa “kita” dan “mereka”. muncul . , mereka memandang etnis lain sebagai kelompok luar dan kelompok etnis luar memandang etnis lain sebagai musuhnya. Segala konflik yang berujung pada SARA berawal dari konflik individu yang kemudian berujung pada konflik kolektif yang mengatasnamakan etnis. Kasus konflik Tarakan Kalimantan Timur bermula ketika seorang pemuda suku Tidung berpapasan dengan kerumunan warga suku Bugis dan dipukuli oleh lima orang hingga tewas akibat senjata tajam. Konflik Tarakan semakin memanas, bahkan terjadi protes terhadap suku Bugis yang lebih maju dalam menguasai sektor perekonomian. Faktor ekonomi juga menjadi penyebab utama konflik di negeri ini, seperti kasus cafe club di Bilangan, Jakarta Selatan “Dari Blowfish ke Ampera” antara suku Ambon dan suku Flores yang bermula dari perebutan jasa preman hingga para preman. konflik berujung pada konflik etnis. Hingga sidang pengadilan, masing-masing pihak lawan terus menunjukkan sikap etnosentrismenya.

Biarkan konfliknya bermuara pada agama. Konflik agama yang terjadi di Poso jika dikaji secara mendalam bermula dari konflik antar pemuda beda agama yang mabuk-mabukan, karena perasaan keagamaan bahkan meluas hingga konflik etnis.

Contoh konflik antar ras, makalah contoh konflik antar ras, konflik antar ras di indonesia, contoh konflik antar suku, berita konflik antar suku, pengertian konflik antar ras, berita konflik antar ras, contoh konflik ras, konflik antar ras, contoh konflik antar suku di indonesia, makalah konflik antar suku dayak dan madura, contoh konflik antar ras di indonesia