Masyarakat : Skeptis : Menolak = – “Jika saya salah, saya pun tidak usah kasihan, Pak Hakim. Tapi sebaliknya, jika saya benar, saya bersedia membebaskan kasus ini.”

Tak dapat dipungkiri, ungkapan Willem Hengki, Kepala Desa Kinipan, saat membacakan pernyataannya, masih membekas di ingatan saya. Saya merasa merinding dan takut pada saat yang bersamaan. Mengingat kasus yang Anda hadapi, risikonya sangat tinggi.

Masyarakat : Skeptis : Menolak =

Dua kalimat yang diucapkannya cukup berani. Meski kita ketahui bersama, kasus yang dihadapi Willem sebenarnya murni kriminalisasi, namun disajikan sedemikian rupa sehingga merupakan korupsi. Nasib Willem sangat disayangkan, begitu pula nasib masyarakat Kinipan. Di tengah perjuangannya, mereka harus menghadapi satu masalah hukum lagi.

Kritis Dan Skeptis Senjata Lawan Konspirasi

Namun, saya mengagumi cara berpikir Anda. Dia mengerti betul bahwa dia tidak bersalah. Dua kalimat ini menunjukkan bahwa dia tidak takut dengan hasil persidangan. Tidak peduli seberapa buruk atau bagusnya, Willem yakin dia benar. Kebenaran yang diyakini Willem juga telah menjadi keyakinan masyarakat Kinipan sejak awal.

Keyakinannya itulah yang membawa saya kembali ke gedung Pengadilan Tipikor di Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) hari ini. Tepatnya Rabu 15 Juni 2022. Sidang terakhir Willem digelar hari ini. Urutan hari ini adalah pembacaan putusan Mahkamah.

Bersama teman-teman tim media Save Our Borneo dan teman media nasional, kami tiba pada pukul 07.00 WIB menuju area gedung pengadilan. Kami memarkir kendaraan di area lain gedung, tidak jauh dari gedung pengadilan.

Saya dan seorang teman berjalan terlebih dahulu, sementara yang lain masih bersiap-siap. Kami berdua harus bergegas karena harus menutup ruangan. Dengan membawa peralatan dan ransel, kami berjalan cepat.

Bagaimana Berita Palsu Masuk Ke Dalam Pikiran Kita Dan Apa Yang Dapat Kita Lakukan Untuk Melawannya?

Tiba-tiba langkah kakiku terhenti ketika sampai di area depan gerbang barat gedung pengadilan. Saya biasanya masuk melalui pintu ini dengan sepeda motor. Namun, kali ini tidak ada kesenjangan. “Terlambat,” bisikku. Puluhan orang dengan atribut merah telah mengepung pintu yang tertutup itu.

Baca Juga  Suku Bangsa Singapura

Ratusan pasukan merah dengan atributnya mengikuti aksi pembebasan Kepala Desa Kinipan di Pengadilan Topikor Palangka Raya.

Mereka mengenakan atribut tradisional Dayak. Dia memakai ikat kepala dan syal merah, serta aksesoris lainnya. Beberapa juga membawa obor. Jangan lupa Mandau, pedang Dayak, mereka bawa di pinggang. Tak hanya sebagai senjata, Mandau juga menjadi simbol dan kebanggaan suku Dayak. Meski warnanya didominasi warna merah, mereka juga memakai warna kuning dan hitam.

Mereka disebut Tentara Merah dan berada di bawah payung organisasi masyarakat (ormas) bernama Tariu Borneo Bangkule Rajang (TBBR). Meski berpusat di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, namun kehadiran anggota yang dipimpin Panglima Jilah atau akrab disapa PJ meluas hingga ke Kalimantan.

Warga Wadas Menolak Patroli Polisi: Bukti Polisi Hanya Ditakuti Bukan Dihormati

Kami tidak bisa melewati gerbang barat, terlalu banyak massa di sana. Kami mencoba mencari jalan alternatif. Masih ada pintu; gerbang timur Berjalan di antara ratusan kerumunan yang tersebar, kami sangat berharap bisa menembusnya kali ini.

Dalam perjalanan menuju gerbang timur, kita menjumpai beberapa Kinipan. Saya hampir tidak mengenalnya. Mereka membaur dengan massa, juga menggunakan atribut merah. Solidaritas Tentara Merah terhadap kasus Kinipan sangat tinggi. Mayoritas masyarakat Kinipan adalah anggota dan pendukung TBBR, termasuk kepala desa. Pasukan, komando, saudara.

Menurut cerita masyarakat setempat, Pasukan Merah berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Tengah. Saat itu, para pengunjuk rasa belum sepenuhnya tiba di lokasi kejadian. Masih ada ratusan lagi. Artinya, akan ada ribuan orang di sekitar gedung Pengadilan Tipikor.

Tidak banyak waktu tersisa bagi kerumunan untuk memadat. Kita harus bisa masuk melalui pintu timur. “Permisi, saya akan membiarkannya berlalu,” saya terus mengucapkan kata-kata ini sambil berjalan melewati kerumunan. Mereka membiarkan kami lewat hingga kami tiba di depan pintu timur.

Bencana, Atribusi Metafisika, Dan Skeptisisme

Di depan pintu gerbang, di antara massa dan petugas polisi yang bertugas, terdapat sebuah meja yang di atasnya diletakkan dupa, beberapa ekor ayam, dan sesaji. Saya mengerti itu akan digunakan untuk ritual.

Puluhan laskar merah melakukan ritual adat di depan gedung Pengadilan Tipikor Palangka Raya, sebelum melancarkan aksinya.

“Permisi pak polisi, saya ingin masuk untuk membuat laporan,” kataku padanya. Saya menunjukkan kartu identitas jurnalis saya kepada petugas dan mereka memberi jalan kepada saya. Akhirnya aku memasuki halaman, disusul temanku di belakang. Kami berlari ke ruang sidang.

Di depan ruangan ada beberapa pemuda berjas almamater kuning yang duduk di kursi di ruang tangga. “Mereka datang pagi-pagi sekali,” bisikku lagi. Sedangkan di dalam ruangan masih tampak sunyi. Namun, petugas operator yang biasa saya lihat di setiap tes sudah ada. “Tuan, saya izinkan Anda masuk,” kataku. Dia dengan sopan mengundang saya.

Baca Juga  Alat Ukur Panjang Dengan Tingkat Ketelitian 0 01 Mm Yaitu

Yang Kritis Menjadi Skeptis Berakhir Tragis

Setelah menyiapkan peralatan di dalam, aku meninggalkan ruangan. Para pengunjuk rasa tampak semakin merah di luar. Teman saya memasuki halaman gedung dan memotret kerumunan orang. Dari waktu ke waktu saya juga mendokumentasikan dengan perangkat saya. Di sebelah saya, operator juga tampak sibuk merekam video dan foto dengan perangkatnya.

“Apakah Anda akan berangkat lebih awal hari ini, Tuan?” Saya hanya meminta petugas untuk ngobrol. “Ya,” jawabnya segera. “Dari jam 6 sore saya takut tidak bisa masuk. Terlalu banyak orang,” lanjutnya. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia belum pernah mengalami pengalaman seperti ini. Ia sendiri berkata, “Saya cukup kaget dengan banyaknya orang. Apalagi saya bilang nanti akan lebih banyak orang yang datang.” “Wah, banyak sekali,” jawabnya.

Percakapan kami singkat. Selebihnya, masing-masing sibuk membawa dokumentasi aksi massa. Sekitar pukul 08.00, rombongan polisi bermotor masuk melalui gerbang barat, disusul dua truk yang tertutup. Gedung pengadilan sekarang dipenuhi pasukan polisi. Bahkan dari lobi utama gedung Anda bisa mendengar gonggongan anjing.

Bahkan, saya sedikit terkejut karena polisi sepertinya terlambat bersiap. Bahkan, massa sempat mengepung gedung tersebut sebelum penambahan stafnya. Tidakkah Anda mengira akan ada begitu banyak orang yang datang sebelumnya? siapa tahu

Malu Bingung Orang Sedih Dengan Malu Ekspresi Wajah Malu Merasa Vektor Stok Oleh ©zagralex 610204674

Sementara itu, tepat di depan gedung pengadilan, setiap anggota polisi baru mengenakan helm dan tameng yang sebelumnya telah tertata rapi di atas rumput. Jumlahnya sekitar 20 hingga 30 orang, satu per satu mangkir saat pemimpinnya memberi instruksi.

Jadi saya memilih untuk melanjutkan. Saya melihat pengacara Willem juga telah tiba. Beberapa siswa yang berada di luar juga duduk di kursi. Saya mengaturnya di sudut kiri ruangan tempat saya memasang kamera.

Ketika saya sedang sibuk memeriksa perangkat saya, mata saya secara tidak sengaja melihat Willem dan pengacaranya sedang berkumpul membentuk lingkaran, berdoa bersama sebelum semua orang duduk di depan. Mereka berusaha, mereka berbuat baik dan melakukan segala yang mereka bisa. Namun, tidak ada yang tahu apa hasil akhirnya. Hari ini pertaruhan mereka telah berakhir. Sampai pada hasil keputusan yang ditetapkan Pengadilan. Berdoa tentu saja merupakan keputusan yang bijaksana. Setelah itu mereka saling bergandengan tangan dan berteriak lantang menyerukan perlawanan demi Kinipan.

Baca Juga  Finance Administration Officer Adalah

Hingga setengah jam kemudian, ruangan menjadi lebih sibuk. Peralatan media lebih banyak dari biasanya. Bahkan, media yang belum pernah diliput sebelumnya pun turut hadir dalam sidang putusan Willem hari ini.

Platform Baru Pembangunan Desa & Pemberdayaan Masyarakat Desa

Menurut saya kehadiran banyak media cukup menarik. Ternyata saya salah. Bahkan, yang paling menarik perhatian saya adalah kehadiran pihak Kejaksaan (JPU) di ruangan tersebut. Padahal, sebelumnya dalam sidang pembacaan rangkap tersebut, Willem sempat meminta agar jaksa juga hadir di ruangan tersebut. Namun mereka belum mau memberikan kepastian. Sekarang semuanya sudah lengkap di dalam ruangan.

Kehadiran Jaksa Penuntut Umum (JPU) terlihat di dalam ruangan.Sebelumnya, jika sidang pembacaan ganda JPU selalu dilakukan secara daring, Willem sempat meminta agar JPU juga hadir di ruangan tersebut.

Pukul 09.10 WIB majelis hakim memasuki ruangan. Sekretaris meminta kami semua berdiri, sampai hakim ketua, Erhammudin, meminta kami duduk kembali. Dia memukul palu tiga kali, menandakan dimulainya sidang. Tanpa banyak basa-basi, ia memulai secara berurutan dengan tahapan pembacaan putusan.

Sesampainya di bagian pembacaan pertimbangan hakim, Erhamuddin mempersilakan hakim anggotanya, Muji Kartika Rahayu, untuk melanjutkan membaca. Dalam berbagai pengalaman prosedural, saya belum pernah menjumpai hakim yang menyampaikan pertimbangannya secara lengkap dan mendalam seperti ini. Sebagai orang awam, saya benar-benar belajar.

Demo Madura: Tak Percaya Covid Atau Skeptisme Kebijakan Pandemi? Salah Satunya Logis

Dalam pembacaannya, Hakim Muji mengkaji setiap pasal secara detail. Kemudian, mereka menggali kebenaran dan bukti dari setiap unsur tuduhan Primeir dan Subsidiary.

“Menimbang hal itu berdasarkan fakta-fakta persidangan,” kata Hakim Muji membacakan hasil pertimbangannya terhadap unsur-unsur yang merugikan negara atau perekonomian negara. “Dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan pertanian merupakan permintaan masyarakat,” lanjutnya.

Menurut hakim, permintaan tersebut tidak hanya disampaikan langsung kepada Ratno, selaku direktur CV. Bukit Pendulangan saat itu. Namun hal ini juga pernah disampaikan pada musyawarah desa tahun 2017 dan 2019. Bahkan, jalan tersebut diketahui digunakan dan membantu masyarakat mengangkut hasil bumi dari ladang.

Majelis sudah berpendapat, lanjut Hakim Muji lagi. “Pembangunan jalan pertanian tidak akan merugikan perekonomian masyarakat Kota Kinipan. Sebaliknya justru menguntungkan perekonomian masyarakat,” tandasnya. Dengan begitu, tudingan jaksa bahwa Willem merugikan negara atau perekonomian negara pun gugur.

Ahli Sebut Menolak Pakai Masker Mestinya Kini Jadi Hal Tabu

Lebih lanjut, Mahkamah juga tidak menunjukkan adanya unsur pengayaan terhadap diri sendiri, orang lain, atau perusahaan. Mereka mengungkap fakta bahwa memang benar Willem tidak memperoleh keuntungan apa pun dari pembayaran pertanian, apalagi memperkaya orang-orang yang terlibat dan kedua perusahaan, khususnya kontraktor CV. Bukit Pendulangan dan Konsultan Independen CV. Dimensi Busur Listra. Menurut hakim, hal tersebut tidak memenuhi kriteria pasal 2 ayat 1 UU Tipikor.

Selain itu, artikel tersebut ilegal. Pada bagian ini, hakim juga tidak menilai Willem melakukan pelanggaran. Benar Willem yang melakukan rekayasa tersebut, namun hal tersebut hanyalah alternatif pembayaran utang pemerintah Desa Kinipan (Pemdes). Lebih lanjut, dalam persidangan terungkap bahwa dalam aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes), tidak pernah ada opsi pengisian uraian pembayaran utang.

Menolak lupa, arti skeptis, menolak, menolak tawaran kerja, cara menolak tawaran kerja, skeptis adalah, skeptis, masyarakat, pengertian skeptis, antonim skeptis, penyebab lambung menolak makanan, menolak santet