Raja Dari Banten Yang Gigih Menentang Voc Adalah – Sultan Ageng Tirtasa adalah pahlawan nasional Banten. Namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah universitas yaitu Universitas Sultan Aging Tretasa (Anterta) di Provinsi Banten.

Kepribadian Sultan Ageng Tretasa tidak lepas dari perjuangan melawan penjajah Belanda. Ia juga berjasa membawa Kesultanan Benten berkembang pesat di berbagai bidang mulai dari politik dan ekonomi hingga budaya.

Raja Dari Banten Yang Gigih Menentang Voc Adalah

Berikut profil Sultan Ageng Tirtasa mengutip buku “Cerita Pahlawan Terpopuler Pahlawan Nasional” yang ditulis oleh Amir Hardarsa dan situs resmi Pemerintah Provinsi Banten:

Berkeliling Keraton Surosowan Di Banten Lama, Serang

Ketika kakeknya meninggal, ia naik tahta sebagai sultan pada usia dua puluh tahun, dengan gelar Sultan Abd al-Fattah Abd al-Fattah.

Nama Sultan Ageng Tirtyasa digunakan setelah beliau mendirikan keraton baru di Dusun Tirtyasa (terletak di Kabupaten Serang).

Sultan Ageng Tirtas berkuasa pada tahun 1651-1683. Ia dikenal sangat tegas terhadap Belanda. Ia memerintahkan rakyat Banten untuk menolak bekerjasama dengan VOC (Belanda) yang merugikan Kesultanan Banten saat itu. Bahkan banyak kapal dan perkebunan teh VOC yang direbut dan dirusak oleh masyarakat Benten.

Selain itu, pembangkangan Sultan Aging Tretasa diwujudkan dalam penolakan perjanjian monopoli VOC dan dilanggarnya blokade laut Belanda. Sultan Aging Tretsa menyukai perdagangan dengan negara Eropa lainnya seperti Denmark dan Inggris.

Jejak Sejarah Perjuangan Di Makasar

Sultan Ageng Tretassa bertekad untuk mendirikan Benten sebagai kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Ia berusaha meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah baru dan mengembangkan irigasi.

Sultan Ageng Tirtasa sangat tegas melawan Belanda. Namun, kepemimpinannya digulingkan atas hasutan Belanda. Komentar dapat ditemukan di halaman berikutnya.

Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa dari Biografi Banten Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa Juara Nasional Universitas Banten Sultan Aging Tertayasa Sultan Aging Tertayasa adalah pemimpin keenam Banten. Di bawah kepemimpinannya, Benten mencapai puncak kejayaan. Kawasan ini merupakan pusat perdagangan internasional.

Berawal dari hal tersebut, Sultan Banten mulai melakukan perlawanan. Sayangnya, Sultan harus menghadapi pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya. Simak kisah lengkapnya di bawah ini!

Baca Juga  Apa Tujuan Dilakukan Tari Suling Dewa

Sd5 Tema 7 1 3 Peristiwa Kehidupan

Sultan Ageng Tirtasa lahir pada tahun 1631 di Kesultanan Banten. Ayahnya bernama Sultan Abul Ma’ali Ahmed – yang merupakan Sultan Banten kelima saat itu. Keturunan ayahnya, Sultan Ageng Tartessa adalah cucu dari Sultan Abu al-Mufakhr Mahmud Abd al-Qadir atau Sultan Agung. Raja Banten IV terkenal dengan keberanian dan kegigihannya melawan penjajah.

Sedangkan ibunya adalah putri Ratu Martakusoma, Pangeran Jayakarta Vijayakrama. Dari ibu dan ayah yang sama, Sultan Ageng Tretasa memiliki empat saudara laki-laki. Nama keempat saudaranya adalah Pangeran Kellan, Pangeran Lor, Ratu Colon, dan Pangeran Arya.

Selain itu, Sultan Ageng juga memiliki saudara kandung yang berbeda ibu, namun satu ayah. Empat saudara tiri adalah Pangeran Kidul, Pangeran Witan, Ratu Timburok, dan Ratu Intan.

Ketika Sultan Ageng Tretasa masih muda diberi gelar Pangeran Surya. Sepeninggal ayahnya, Sultan Ageng dinobatkan sebagai Sultan Muda di Benten. Nama belakangnya adalah Rajkumar Depati.

Perjuangan Pahlawan Nasional Yang Berjuang Sebelum Tahun 1908 Untuk Mengisi Tabel Di Bawah Ini?

Sepeninggal kakeknya pula, Sultan Aging Tartessa menggantikan ayahnya sebagai raja keenam dengan gelar Sultan Abd al-Fattah al-Mafaki. Tak lama kemudian, Sultan Abd al-Fattah al-Mufaqih mendirikan istana baru di desa kecil Tartayassa. Karena itu, ia mengubah gelarnya menjadi Sultan Ageng Tretasa.

Sultan Ageng Tretasa Banten menikah tiga kali. Namun, dia tidak menikah sampai setelah kematian istri pertamanya. Nama istri kedua Sultan itu adalah Nii Ayu Ratu Giok. Sedangkan istri ketiganya bernama Ratu Negga. Dari ketiga istrinya, Sultan dikaruniai 18 orang anak.

Pada masa kepemimpinan golongan Banten, Sultan Ageng Tirtasas banyak menyusun kebijakan dan strategi untuk kemajuan daerah. Berikut beberapa kebijakan dan strategi Sultan.

Keinginan VOC untuk menguasai Benten mendorong Sultan Aging Tirtas menempuh berbagai cara untuk melawannya. Selain itu, kapal niaga yang berlayar dari Cina ke Banten sering dicegat oleh VOC.

Berita Dan Informasi Kesultanan Banten Terkini Dan Terbaru Hari Ini

Ketika konflik semakin rumit, Sultan Ageng Tirtas memerintahkan salah satu putranya – Sultan Haji – untuk mengurus urusan dalam negeri. sedangkan Sultan Aging sendiri menangani urusan luar negeri.

Rupanya, posisi Sultan Haji sebagai pejabat negara dimanfaatkan oleh VOC. Ia sering terprovokasi untuk merebut kekuasaan Banten. Berkat dukungan kuat VOC, Sultan Haji berhasil menguasai Benten. Selain itu, ia juga menjadi Raja Surosuan pada tahun 1681. Sayangnya, dukungan VOC harus dibayar mahal. VOC meminta Sultan Haji menyerahkan Cirebon kepada VOC. Selain itu, VOC juga meminta agar Sultan Haji mengizinkan mereka memonopoli lada di Banten. Ironisnya, Sultan Haji harus menarik pasukan Benten ke pantai Priangan.

Baca Juga  Titik Yang Berjarak 4 Satuan Terhadap Sumbu Y Adalah

Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian itu. Jika Sultan Haji melanggar perjanjian di tengah perjanjian, ia harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC.

Rakyat Banten sendiri melawan tindakan sewenang-wenang Sultan Haji itu. Mereka ingin di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtasa mengembalikan Kesultanan Benten dan mengusir VOC. Pada tahun 1682 usahanya membuahkan hasil. Sultan Haji merasakan tekanan rakyat dan serangan Sultan Aging.

Kerajaan Banten: Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, Dan Peninggalannya

Dalam keadaan terdesak, tentara VOC datang membantu Sultan Haji. Akibatnya, pasukan Sultan Ageng Tirtasa harus mundur dari medan perang. Sedangkan Sultan Ageng menjadi buronan.

Sultan Ageng Tirtasa melarikan diri ke Rangkaspetung bersama para pengikutnya. Meski lolos, dia melawan Belanda. Sayangnya, pada tahun 1693, Sultan Aging ditangkap dan dipenjarakan di Batavia.

Inilah sekilas kisah Sultan Ageng Tirtasa Banten yang berjuang tanpa kenal lelah melawan penjajah. Atas segala jasa dan peran tersebut, Sultan Ageng Tritasa patut menjadi teladan bagi bangsa Indonesia. Selama berada di Benten, VOC mendapat tentangan dari Raja VI Benten.

VOC secara resmi dibentuk pada tahun 1602 dengan Peter Booth sebagai Gubernur Jenderal pertamanya. Tujuan VOC adalah untuk mengamankan perdagangan Belanda antara pedagang Belanda dan negara-negara Eropa dan Asia lainnya.

Aspek Kehidupan Kerajaan Banten

Selain itu, kekuasaan VOC di Hindia Timur menjadi penopang keuangan pemerintah Belanda dalam perangnya melawan Spanyol yang saat itu sedang menjajah Belanda.

Kehadiran VOC di Nusantara mendapat tentangan yang signifikan dari penduduk setempat. Banyak raja yang menerapkan kebijakan pemerintah yang anti VOC saat itu, salah satunya adalah raja Kesultanan Benten.

Lawan kuat VOC adalah Sultan Ageng Tirtasa, raja Benten. Ia memerintah dari tahun 1651 hingga 1683. Ia merupakan cucu dari Sultan Abd al-Mufaqir Mahmud Abd al-Qadir atau Sultan Agung yang terkenal dengan tekadnya untuk melawan Belanda.

Mengutip buku sejarah yang disusun Anwar Kornia dan Maha Suriana, Kesultanan Benten menjalin kerjasama dengan Bengkulu, Cirebon, dan Mataram. Benten memperkuat armadanya di wilayah Karwang untuk mencegah angkatan laut VOC masuk dan keluar Batavia.

Apulina Br Saragh Museum Multatuli Ageng Tirtayasa

Pada tahun 1956 Benten dan Batavia diserang Belanda dari arah barat dan timur. Namun pasukan Benten berhasil menggagalkan serangan Belanda dengan menenggelamkan dua kapal bersama VOC. Keberhasilan ini membawa rasa hormat yang besar bagi Kesultanan Banten.

VOC terus berusaha mengatur bentik. VOC mengadu domba satu sama lain atau politik yang memecah belah dan kaisar di lingkungan keraton Banten. Mereka mengadu domba Sultan Ageng Tartassa dengan putranya yang dikenal sebagai Sultan Haji. Akibatnya, Sultan Haji takluk pada provokasi VOC dan memilih bergabung dengan mereka.

Baca Juga  Proses Menghirup Dan Mengeluarkan Udara Di Air Disebut

Pengkhianatan Sultan Haji terhadap Kesultanan Benten semakin intensif ketika aliansi VOC-Sultan Haji terlibat perang dengan Sultan Ageng Tirtyasa. Namun, Sultan Haji tidak dapat mengalahkan ayahnya.

Setelah itu Sultan Haji bernegosiasi dengan Sultan Ageng Tirtas dan menerapkan strategi tersebut. Dalam perundingan tersebut, Sultan Ageng Tirtasa ditangkap dan dipenjarakan di Batavia.

Sultan Ageng Tirtayasa Pahlawan Nasional Asal Banten, Ini Profilnya

Dalam perjuangannya melawan Belanda, pasukan Banten didukung oleh pasukan Makasar di bawah komando Monte Marano. Dia adalah bagian dari pasukan Sultan Hasanuddin yang menolak bekerja sama dengan VOC. Nama asli Sultan Tua Tirtessa adalah Pangeran Surya, dan ia juga dikenal sebagai Sultan Tua, selain itu ia juga dikenal sebagai Sultan Abd al-Fattah.

Nama Ajang Tirtyasa merupakan pemberian dari rakyat karena beliau adalah sultan agung (Ajeng) yang menjadikan Banten, ibu kota negara, sebagai kota air (Tirtyasa). Pada masa pemerintahannya, Benten menjelma menjadi kota yang dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berhubungan, yang memudahkan akses ke pelabuhan. Saat ini, Banten dikatakan sebagai Venesianya Eropa.

Menurut sumber Cirebon, Sultan Ageng Tirtyasa adalah sultan Kesultanan Banten keenam yang menjabat sebagai Sultan Banten selama 21 tahun dari tahun 1651 hingga 1672.

Kepopuleran Sultan Ageng Tirtasa dalam dongeng dan kisah Cirebon dikarenakan Sultan ini merupakan sultan yang tabah melawan Belanda dan Kesultanan Mataram. Apalagi pada masa perang yang bergolak antara Belanda melawan Banten, banyak pengikut Sultan Ageng yang mengungsi dan melanjutkan perjuangan melawan Belanda di Cirebon, antara lain Syekh Yusuf al-Maqsari al-Bantani.

Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Pahlawan Gigih Lawan Penjajah

Pada masa pemerintahannya, Benten berada di puncak kejayaannya. Benten telah berubah menjadi kota air, semacam Venesia. Itu melewati ibu kota, Benten, dan dikelilingi oleh kanal besar dengan jembatan gantung. Hal ini menyebabkan perkembangan selanjutnya. Julukannya adalah Ageng Tirtyasa.

Pada masa Ageng Tirtessa, Kesultanan Mataram yang saat itu bercita-cita menaklukkan Banten tidak bisa maju. Mataram beberapa kali mencoba menaklukkan Banten, namun selalu gagal. VOC Belanda bermasalah bahkan selama masa sultan ini karena campur tangan Benten dengan kapal-kapal Belanda sangat merugikan VOC.

Dalam mengatur negaranya, Sultan Aging Tirtasa sebenarnya nyaris tanpa cela, dan kekuatan militer Banten saat itu bisa disebut luar biasa, dan dalam bidang agama ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai muftinya.

Syekh Yusuf adalah ulama besar pada masanya, mantan mufti negara bagian Goa, Makassar, dan mengungsi ke Banten setelah Belanda menyerbu negerinya.

Sultan Ageng Tirtayasa

Namun nasib Sultan Ageng Tirtasa tidak begitu baik, karena meski mampu mengembalikan Benten ke masa kejayaannya, pada akhir hayatnya ia justru menjadi tawanan Belanda. Bahkan, dia meninggal di penjara Belanda, dan putranya, Sultan Haji, memenjarakannya.

Kebencian Belanda terhadap Sultan Aging Tirtasa terus berlanjut, pada awalnya Belanda tidak mampu menghancurkan Benten dengan kekuatan militer, mengingat kekuatan militer Belanda saat itu setara dengan Benten, dan Belanda juga menghadapi serangan terus-menerus dari Kesultanan.

Raja terkenal kerajaan banten, raja bone yang membantu voc, raja banten, gubernur jenderal voc yang pertama adalah, bagaimana upaya voc dalam menundukkan kesultanan banten, raja kerajaan banten, banten melawan voc, perlawanan rakyat banten terhadap voc, silsilah keturunan raja banten, perlawanan banten terhadap voc, voc adalah singkatan dari, perang banten melawan voc