Strategi Yang Mendesak Dalam Pembangunan Ekonomi Pertanian Indonesia Adalah – Informasi WAG SF (Felicia alumni IPB), diberikan oleh JG, salah satu senior saya alumni SF, yang pernah (13/6/2020) menjabat sebagai direktur di salah satu direktorat Kementerian Pertanian RI. Menarik untuk disimak, dipelajari dan dikomentari. Ia mengatakan, impor pangan yang terus berlanjut telah menghambat produksi pangan dalam negeri secara signifikan, sehingga menghambat pembangunan sektor pertanian di tingkat nasional.

Kali ini saya kembali tertarik untuk menulis tentang dunia pertanian di negara kita, dengan topik pembahasan yang sedikit berbeda. Namun semangatnya tetap dengan misi yang sama, yaitu menyuarakan penderitaan para petani kita yang masih terjebak dalam kemiskinan dan keterbelakangan (status marginal), seiring dengan naik turunnya kinerja perekonomian pedesaan berbasis pertanian (agribisnis). posisi terendah, lesu dan sampai batas tertentu bahkan ‘mati suri’. Saya tidak ingin mati, saya tidak ingin mati, apalagi di masa pandemi Covid 19 seperti sekarang ini.

Strategi Yang Mendesak Dalam Pembangunan Ekonomi Pertanian Indonesia Adalah

Karena keterangan tersebut diberikan oleh seorang pejabat berpengalaman, yang pernah menjalankan tugas negara dalam hal peningkatan produksi pangan, dan juga berpengalaman dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat pertanian dan peternakan di negeri ini, maka semakin mendukung ‘hipotesis’ tersebut.Jelas I adalah, bahwa kendala utama dalam sektor pertanian Indonesia bukanlah pada aspek ketersediaan modal, kapasitas teknis, ketersediaan sumber daya manusia pertanian dll. Namun kendala utamanya adalah permasalahan struktural yaitu persoalan politik pertanian yang melumpuhkan dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat.

Ktt Iklim Cop27: Mencegah Kelaparan Dunia Akibat Perubahan Iklim

Gejala dan dampak negatif yang kita hadapi dan rasakan selama ini adalah dampak buruk dari permasalahan pemasaran pertanian kita, lemahnya posisi tawar produsen dan marjinalisasi kebijakan-kebijakan yang berupaya melindungi kepentingan konsumen dan membebaskan impor bahan pangan. ekonomi pasar. , Produsen (petani, peternak dan nelayan) selalu dalam posisi untuk berkorban.

Saya teringat diskusi saya dengan rekan-rekan aktivis mahasiswa yang kuliah di IPB pada Forum Pembinaan dan Pembinaan Intelektual Muslim (Folapmi) beberapa dekade lalu (sekitar tahun 1985) di asrama mahasiswa IPB, Sanggar Felicia (SF) Jalan Sempur 20, Kota Bogor. Kini namanya telah diubah menjadi IPB University. Saya selaku Presiden Folapmi SF mengundang Dr., Presiden Balitbangtan Kementerian Pertanian RI. Faisal Cassarino, pakar kebijakan sosial ekonomi dan pertanian. Saya masih ingat dalam ingatan saya bahwa Ketua Balitbang mengatakan hal tersebut.

Baca Juga  Siapa Yang Pertama Kali Menemukan Tolak Peluru

“…Memang bangsa Indonesia kita sudah sangat maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian pembangunan pertanian untuk beberapa komoditas yang capaian produktivitasnya cukup tinggi, mengesankan, bahkan menyamai tingkat penelitian kemajuan negara-negara maju lainnya seperti Thailand, Israel dan negara-negara Eropa lainnya di sektor pertanian.”

“Faktor utama penghambat kemajuan sektor pertanian Indonesia adalah tidak mampu meningkatkan kesejahteraan para petani kecil, peternak, dan nelayan kita akibat banyaknya impor pangan dengan mendatangkan produk pertanian dari negara lain.…Yang mana sebenarnya hal yang bisa dibudayakan dan dikelola oleh generasi muda Indonesia…”. Hal inilah yang terjadi pada era Orde Baru. Kini, di era reformasi (sejak tahun 1998), pola kebijakan impor pangan tersebut masih terus berjalan, artinya merupakan kelanjutan dari kebijakan impor sebelumnya.

Pemerintah Luncurkan Program Kebijakan Ekonomi Berkeadilan

Hal ini semakin diperkuat dengan bukti berdasarkan hasil diskusi alumni SF saya (Minggu 14/6-2020) dengan mantan Menteri Pertanian senior saya pasca reformasi, pada masa kepemimpinan Presiden RI SBY. Dikatakannya, pada masa kepemimpinannya juga terjadi impor tepung daging sapi secara besar-besaran, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena kuasa mengimpor berada di luar lingkup Kementerian Pertanian RI, sehingga upaya dan investasi masyarakat dalam program pengembangan peternakan dan peternakan dapat dilakukan. agrobisnis. Banyak kendala yang dihadapi… Keadaan subsektor peternakan di negeri ini juga belum mendorong usaha rakyat, banyak usaha yang tutup (bangkrut), benih dan ternak dikuasai segelintir kartel. lebih buruk lagi karena kekuatan monopoli produsen pakan ternak.

Padahal, Kementerian Pertanian RI telah lama memiliki lembaga penelitian peternakan bertaraf internasional di Balitbangtan, dengan ratusan staf ahli bergelar penelitian doktor dan profesor, Balai Penelitian Peternakan (BPT) di Siawi dan juga Embryo Transfer Center (BET) di Siawi. daerah Sipelang.Is. , , Kecamatan Cijaruk, Kabupaten Bogor, Tanahnya sangat luas dan luas serta prasarananya cukup lengkap.

Keadaan di BPT yang saya lihat sudah tidak seperti dulu lagi, aktivitas berkurang karena terbatasnya dana penelitian. Saya tahu, karena lokasi 2 pusat penelitian peternakan ini tidak jauh dari rumah saya di Siavi. Kemudian Fakultas Pertanian UNIDA yang saya dirikan (1986) telah bekerja dengan menjalin kerjasama untuk kegiatan penelitian mahasiswa Program Studi Peternakan. Saya memulainya ketika saya menjadi Dekan Faparta pada tahun 1999-2002 dan Insya Allah akan terus berlanjut hingga saat ini. Artinya saya sadar betul akan kesiapan sektor penelitian peternakan di negara kita. Namun karena masifnya impor daging hewan ternak dari Australia dan baru-baru ini dari India yang terus berlanjut hingga saat ini, para peternak masyarakat kita di pedesaan menjadi kurang berkembang dan bahkan terpuruk.

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa keberadaan dan impor bahan pangan tertentu secara besar-besaran merupakan ulah mafia pangan, yang terdiri dari segelintir elit birokrasi yang ‘tidak bertanggung jawab’ yang bekerja sama dan diarahkan oleh partai penguasa yang berkuasa. . Demikian kesimpulan yang saya peroleh dari diskusi alumni SF beberapa hari lalu dengan senior saya yang pernah menjabat Menteri Pertanian RI. Terakhir, kami alumni SF mengadakan diskusi pada Minggu pagi, 14/6-2020 di Ruang Mahoni BLST IPB Taman Kencana Kota Bogor yang sekaligus mengklarifikasi dampak impor pangan.

Baca Juga  Berapa Selisih Jumlah Harimau Sumatera Dengan Orang Utan

Latihan Soal Ips Kelas 8

Lalu ada pendapat dalam dialog WAG SF yang menjawab pertanyaan MSK, Bhai Zayadi (pejabat senior Kementerian Pertanian), jika ada Menteri Pertanian yang melarang impor dan memfasilitasi ekspor, maka masa jabatannya “kecil” . , dan sudah tidak digunakan lagi sesuai pengalaman Menteri Pertanian RI. Faktanya, kebijakan Mentan merupakan kebijakan yang sangat tepat dan sesuai amanah, berupaya melindungi pertanian dalam negeri demi kesejahteraan anak negara (rakyat dan negara itu sendiri). Hukum.

Upaya perlindungan ini tentunya dilakukan dalam upaya mendorong produksi komoditas pertanian yang lebih baik dan mempunyai nilai ekonomi dalam negeri serta melindungi kepentingan produsen, meningkatkan pendapatan para petani/pembudidaya ikan, petani kecil. , Peternakan. Petani dan nelayan. Jika pendapatan pertanian meningkat dan meningkat maka akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat (kesejahteraan sosial).

Oleh karena itu, menjadi tugas regulator (kebijakan publik) yang nasionalis untuk melindungi produk pertanian yang dihasilkan oleh keringat para produsen agribisnis di negaranya. Dengan menyelenggarakan sistem penjualan (pemasaran) produk pertanian dalam negeri yang mendukung pengembangan sektor pertanian nasional yang berpihak pada pribumi yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat di seluruh desa di Indonesia yang taraf hidupnya masih miskin, miskin dan tertinggal. , Jika harga stabil dan membaik sebagai dampak positif dari peraturan yang bersifat protektif (pembatasan impor pangan), maka hal tersebut akan memulihkan dan memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat yang berbasis agribisnis.

Di sisi lain, dengan bangkitnya dunia agribisnis kita, generasi muda milenial akan dengan senang hati memilih kehidupannya untuk bekerja sebagai pelaku agribisnis di dalam dan di luar peternakan. Proses pemberdayaan petani pedesaan juga akan berjalan dengan baik karena sektor pertanian menjanjikan kehidupan yang sejahtera.

Shirvano Insight Vol. 2 No. 1: Rural And Communities Development By Shirvano Consulting

Jika agribisnis dikembangkan dan didukung oleh sistem pengelolaan pertanian yang sehat, maka kehidupan perekonomian di pedesaan akan berkembang lebih baik dan bergairah, seiring dengan terbukanya lapangan kerja sebagai dampak multiplier effect dari sistem agribisnis (5). Sub-sistem berjalan normal), sehingga masyarakat desa tidak lagi berpindah ke perkotaan (urbanisasi) untuk mengadu nasib dan mencari pekerjaan, sehingga akan menimbulkan permasalahan baru berupa meningkatnya angka kriminalitas di perkotaan akibat banyaknya tenaga kerja tidak terampil. .

Baca Juga  Sikap Kapal Terbang Bertumpu Pada

Seiring dengan berkembangnya dunia pertanian, penduduk desa akan terus bertahan hidup di daerah pedesaan, dimana mereka terlibat dalam berbagai usaha dan aktivitas dalam berbagai sub-sistem, seperti: penyediaan input, pertanian, pengolahan dan pemasaran, serta sub-sistem seperti pembiayaan pertanian. – Sistem pendukung. Pelayanan (KUR, KUT, KMKP, dll), Pendidikan dan Pelatihan, Koperasi, dll.

Jika kita berpikir secara sistematis dan holistik maka kita akan memahami bahwa terjadi kegagalan dalam pembangunan sektor pertanian di negara kita dan proses urbanisasi akan mengemuka. Dampak negatif urbanisasi terhadap kehidupan perkotaan, khususnya pada penduduk dengan pendidikan rendah (tenaga kerja tidak terampil), akan memperumit permasalahan sosial di perkotaan. Kehidupan di kota dengan tingkat urbanisasi yang tinggi akan menyebabkan munculnya permukiman kumuh dengan lingkungan yang tidak memadai dan tidak manusiawi, kemacetan lalu lintas bahkan kriminalitas akan meningkat, dan lingkungan akan semakin terdegradasi (rusak) dan ekosistem, misalnya bank-bank. sungai akan hancur. Terjadi kepadatan yang berlebihan dan pencemaran air, tanah dan udara tidak dapat dihindari, seperti yang kita lihat dari fenomena sosial ekonomi di wilayah Jabodetabek sebagai wilayah terdalam DKI Jakarta, lingkungannya semrawut (ramai) dan kotor (kumuh). daerah) karena polusi yang tinggi.

Hal ini menimbulkan ‘lingkaran setan’ permasalahan sosial berupa dampak negatif kebijakan yang salah (kegagalan pemerintah) jika perekonomian pedesaan yang berbasis agribisnis tidak dipelihara dan dilindungi dengan baik oleh pemerintah.

Laporan Bulanan Lpsi Rumbes Maret 2023

Pejabat Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Pertanian RI hendaknya melaksanakan KISS secara rutin dan bekerja secara jujur ​​dan profesional. Pendekatan KISS ini maksudnya adalah petugas melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan penyederhanaan tugasnya) terutama yang berkaitan dengan keakuratan, check and balances data dan informasi untuk mengurangi tindakan petugas yang tidak bertanggung jawab, yang hobi dan minatnya terhadap KKN dapat dibendung. , Adanya aksi KKN ini menjadi indikasi (petunjuk) betapa mudahnya mengeluarkan kebijakan impor pangan untuk menyuplai kebutuhan dalam negeri dengan data yang bias (salah). Akibatnya terjadi kelebihan pasokan yang berdampak negatif pada produk pangan dalam negeri seperti daging, cabai, dll (yaitu penurunan harga komoditas pertanian) yang merugikan produsen pertanian lokal.

Menurut saya, sudah saatnya para pemimpin negeri ini berpikir serius dan berkomitmen untuk menjamin nasib para produsen di sektor pertanian kita.

Solusinya adalah dengan menjalankan KISS yang berfungsi dengan baik. Kewenangan melakukan impor pangan jika diperlukan sebaiknya berada di tangan Menteri Pertanian RI (bukan lagi tugas pokok dan wewenang Kementerian Perdagangan RI yang bias dalam menentukan kebijakan impor pangan). Impor pangan baru dapat dilakukan atas dasar bahwa Indonesia akan menghadapi kekurangan (shortage) dan kekurangan pangan, yang mana

Kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi, peran tataniaga pertanian dalam pembangunan ekonomi, strategi pembangunan ekonomi daerah, strategi pembangunan pertanian, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi, strategi pembangunan ekonomi, data pembangunan ekonomi di indonesia, strategi pembangunan ekonomi di indonesia, strategi pembangunan indonesia, peran masyarakat dalam pembangunan ekonomi, strategi pembangunan ekonomi indonesia, pengertian strategi pembangunan ekonomi