Tempat Bagi Rakyat Untuk Menjalani Kehidupannya Sebagai Warga Negara Disebut – Saya anggota Dewan Adat Adat Banua Lemo. Nama saya Baso Gandangsura. Saya ingin menceritakan kisah perjuangan masyarakat adat Banua Lemo, khususnya saat menghadapi ancaman pandemi Covid-19 yang dimulai pada awal tahun 2020.

Pada suatu sore yang cerah, puluhan perempuan berkumpul di rumah saya sebagai Kepala Desa Bonelemo di Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. Wanita adat memotong daun sirih kecil-kecil, lalu merebusnya. Setelah diangkat dan agak dingin, tambahkan air jeruk lemon. Cara ini sudah digunakan sejak zaman dahulu oleh nenek moyang kita untuk mencegah penularan penyakit.

Tempat Bagi Rakyat Untuk Menjalani Kehidupannya Sebagai Warga Negara Disebut

Untuk mengurangi risiko paparan Covid-19, kami mengubah metodenya. Dari penelitian kami, pengetahuan nenek moyang dan penelitian ilmiah membuktikan bahwa daun sirih dan jeruk nipis merupakan bahan organik yang mampu menangkal radikal bebas. Campuran kedua bahan ini merupakan antiseptik alami.

Apa Perbedaan Bangsa Dan Negara? Ini Penjelasannya

Wanita tradisional membuat disinfektan. Mereka setuju untuk memiliki rumah saya sebagai respons terhadap Covid-19. Setelahnya, warga meminta agar disinfektan dibuat di setiap desa, agar mudah didistribusikan.

Disinfektan yang dibuat secara mandiri, dibagikan kepada warga sebagai pengganti hand sanitizer yang harganya mahal dan langka. Formulanya berasal dari resep penyembuhan leluhur yang telah kami junjung dan hargai secara turun-temurun.

Metode Leluhur Menghadapi ancaman pandemi Covid-19, kami selalu bersinergi. Kami melakukan apa yang nenek moyang kami lakukan. Setiap orang, setiap anggota masyarakat adat mengambil peran sesuai dengan kemampuannya.

Darurat Covid-19 membuka kembali ingatan masyarakat adat Banua Lemo akan peristiwa yang dialami nenek moyang mereka di masa lalu. Seperti yang telah diceritakan secara turun-temurun, epidemi yang dikenal sebagai sopu tau atau ra’ba biang menyebar dan membunuh banyak orang. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana banyak orang meninggal dalam waktu singkat.

Baca Juga  Tujuan Pembentukan Wto Adalah

Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk Butuh Nilai Nilai Yang Mengikat

Karena kejadiannya sangat mirip, kami menelusuri kembali apa yang dilakukan nenek moyang kami saat menyantap sopu tau atau ra’ba biang. Ketika kita semua berkumpul, baik secara formal maupun informal, kita menemukan kembali berbagai metode yang dimiliki nenek moyang kita dalam pengobatan, pencegahan penyakit, dan penanganan dampak epidemi.

Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyebaran penyakit atau pandemi. Ada ma’rambu, sipoliran bilajan, disapai’/sapai’i, mirambu dapok bungaga so’mak, ma’pallin dan pa’kurung (dau ma’kurung ke tae mulan baikdei). Mari kita terapkan kembali semua prinsip ini.

Untuk melaksanakan Ma’rambu, kami membangun kabin sterilisasi. Mereka mendirikan bilik sterilisasi di rumah saya dan satu atau dua bilik sterilisasi lagi di gerbang desa. Ma’rambu merupakan metode penyembuhan tradisional nenek moyang yang masih dilakukan hingga saat ini. Perawatannya menggunakan pengasapan pada tubuh yang tidak tertutup dengan panti’ (lilin lebah hutan). Pengobatan dengan asap warisan nenek moyang dipercaya dapat membantu penyembuhan suatu penyakit. Selain celana dalam dan arang, rotan juga bisa dijadikan bahan pengasapan. Semua ruang penguapan untuk sterilisasi dibangun secara mandiri, termasuk peralatan penguapan yang kami beli dengan biaya sendiri.

Kami juga menggunakan daun sirih, daun ezrea dan daun paria yang kami campurkan menjadi campuran antiseptik. Kami menggunakan model ini untuk membersihkan jejak virus dan penyakit. Anda bisa menggunakan cara dibolo’ atau ditongko’.

Konflik Rempang: Bagaimana Proyek Transisi Energi Yang Didukung Cina Justru Merampas Lahan Rakyat (bagian 1)

Dengan metode Dibolo, pasien mandi dengan air yang dicampur ramuan herbal. Sedangkan ditongko’ (tertutup) adalah metode penguapan dimana pasien duduk di kursi dengan seluruh badan ditutup kain dari kepala ke bawah, kemudian diuapkan dari bawah. Uap daun sirih, jeruk nipis, dan daun paria diambil dalam cawan besar di bawah pasien.

Seluruh warga Bonelem menjalani pengasapan seminggu sekali. Masyarakat yang datang dari luar negeri juga sudah menjalani terapi agar bersih dari Covid-19.

Gerai sterilisasi tersebut rupanya menarik perhatian masyarakat di luar Bonelemo. Akhirnya warga kecamatan lain datang ke Bonelemo dengan menggunakan kapal uap. Mereka juga belajar cara membuat ruang penguapan berdasarkan pengetahuan nenek moyang mereka. Setelah pandemi berlangsung beberapa bulan, sembilan desa di Kecamatan Bajo Barat memiliki bilik sterilisasi. Seorang wanita memasuki ruang sterilisasi yang kami bangun

Pembatasan gerak Polirankan bilajanki mai, ki polirankun bilajanmi mati’ adalah istilah yang menggambarkan rasa takut para leluhur ketika wabah melanda. Untuk mencegah penyebaran epidemi, masyarakat antar negara tidak diperbolehkan berinteraksi satu sama lain.

Peran Serta Kelompok Informasi Masyarakat (kim) Di Masa Pandemi

Ingatan tersebut mendorong masyarakat adat Banua Lemo memberlakukan bilajani atau pembatasan pergerakan di Sipoliran, untuk melindungi diri mereka sendiri dan masyarakat negara lain dari amukan wabah tersebut. Langkah yang dilakukan nenek moyang kita untuk membatasi pergerakan ternyata telah dilakukan oleh seluruh manusia di dunia pada masa pandemi Covid-19.

Baca Juga  Follow Through Adalah Gerakan Setelah

Di depan pintu negara, kami telah membuat portal untuk memeriksa dan membatasi pergerakan masyarakat. Prinsip sipoliran bilajan menjadi dasar pemblokiran. Penguncian dilakukan secara ketat selama Idul Fitri selama 14 hari.

Selain itu, mereka juga diimbau untuk tidak beraktivitas di luar kota. Seorang warga bisa keluar jika memang benar-benar diperlukan, misalnya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini juga memerlukan persetujuan dari Satgas Covid-19 kota tersebut.

Kami juga menerapkan Sapai’ atau menjaga jarak saat berinteraksi dengan tetangga. Prinsip leluhur ini masih dijalankan secara turun temurun, apalagi masyarakat Banua Lemo menumpang di rumah orang yang tidak mereka kenal.

Kolaborasi Bisa Jadi Kunci Atasi Krisis Rumah Layak Huni

Disapai ‘atau salam’ artinya memberi jarak atau membatasi kontak fisik. “Jika kamu bertemu seseorang yang tidak kamu kenal, kamu harus menjaga jarak atau menyapa.” Jika dia mengidap penyakit, jangan menularkannya kepada Anda.

Inilah nasehat atau ilmu yang diberikan oleh nenek moyang kita. Kebijaksanaan ini hidup dalam sejarah lisan kita. Kata-kata ini kami wariskan kepada anak cucu kami hingga saat ini.

Parit Basah Dapur Berasap Kami punya cara tersendiri dalam menilai ketahanan pangan sebuah keluarga: mirambu dapok, bungaga so’mak, yang artinya “dapur berasap, selokan basah”.

Kompor yang berasap menandakan ada aktivitas memasak di dalam rumah. Sedangkan talang melambangkan aktivitas mencuci piring bekas makan makanan basah.

Dasar Negara Indonesia Adalah Pancasila, Ketahui Makna, Fungsi, Tujuan Dan Filososinya

Dengan prinsip ini kami persiapkan agar bahan pokok pangan selalu tersedia bagi seluruh warga. Kami mendukung prinsip ketahanan pangan dengan menanam tanaman seperti sagu, jagung, ubi jalar, sayuran dan ikan di kolam. Semua itu untuk menjamin keberlangsungan pasokan pangan.

Prinsip ketahanan pangan antara lain menjamin ketersediaan pangan bagi warga yang diisolasi atau dikurung. Pa’kurung (dau ma’kurung ke tae mu lan baikdei) adalah sebuah prinsip yang hakikatnya adalah kita tidak boleh mengurung makhluk hidup tanpa jaminan atau persediaan makanan. Prinsip tersebut sudah ada sejak dahulu kala dan kini menjadi acuan dalam karantina atau isolasi mandiri warga yang terpapar Covid-19.

Pemerintah Desa juga menyiapkan sembako bagi warganya. Tindakan ini untuk memprediksi apakah pandemi akan berlangsung lama dan menyebabkan kekurangan pangan. Penduduk desa menanam jagung dan ubi jalar dan benihnya disediakan oleh pemerintah kota. Selain itu, warga juga mendapat bantuan sagu. Kami ingin memastikan ketersediaan pangan di masa pandemi.

Ketersediaan pangan tersebut untuk menjaga prinsip ajaran nenek moyang Mirambu Dapo, Bunga So’mak. Artinya dapur mengeluarkan asap, talang basah, ada aktivitas memasak, dan menandakan tidak ada tetangga yang kekurangan makanan.

Baca Juga  Tuliskan Salah Satu Makna Dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Maestria Residences Hadirkan Gaya Hidup Sustainable Community Living Dan Keindahan Rumah 2 Musim

Masyarakat adat Banua Lemo tidak pernah mengalami kekurangan pangan selama pandemi. Sebab, warga terus menanam bahan pangan pokok seperti padi, jagung, ubi jalar dan lain-lain.

Mirambu dapok, prinsip terkait bungaga so’ma adalah pa’kurung (dau ma’kurung ke tae mu lan baikdei). Jika ada warga yang isolasi mandiri, dijamin persediaan makanannya cukup.

Dengan ketahanan tersebut, Masyarakat Adat Banua Lemo dapat mengurangi risiko terpapar Covid-19. Sebelum proses vaksinasi, dua orang warga tertular Covid-19, kemungkinan saat bekerja di Bogor, Jawa Barat.

Salah satunya menulari ibu hamilnya saat dia dirawat di rumah sakit. Kemudian sang ibu melakukan isolasi mandiri di Bonelemo.

Warga Palestina Di Gaza Berharap Bisa Kembali Hidup Normal Pada 2024

Usai proses vaksinasi, ada empat orang yang terpapar Covid-19. Satu orang dirawat di rumah sakit karena riwayat asma akut, sedangkan satu lainnya diisolasi.

Ketidak-pemerintahan masyarakat adat Banua Lemo yang saya ajak bicara mengajarkan saya bahwa tidak semua ajaran leluhur bersifat kuno dan tidak relevan dengan keadaan saat ini. Padahal, dengan ajaran nenek moyang kita bisa mengatasi pandemi Covid-19.

Dari ribuan warga Tanah Air, hanya tujuh orang yang terdampak Covid-19. Kisah kita tentang Covid-19 adalah cerita yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Masyarakat adat Banua Lemo Desa Bonelemo merupakan salah satu komunitas adat di Indonesia yang mampu merespons pandemi Covid-19 secara cepat dan mandiri. Sebanyak 1.268 warga desa tersebut menerapkan ajaran nenek moyang mereka untuk melawan pandemi Covid-19.

Tempat Terbaik Di Dunia: Pengalaman Seorang Antropolog Tinggal Di Kawasan Kumuh Jakarta By Roanne Van Voorst

Versi pertama menyebutkan bahwa ada kaum perantau dari Duri, Kabupaten Enrekang, yang menjelajahi pegunungan tinggi ribuan tahun yang lalu. Para perantau menetap di satu tempat dan mendirikan sebuah desa bernama Banua Lemo.

Versi kedua menyebutkan bahwa Banua Lemo asli yang dibawa oleh Angin Dara ribuan tahun lalu berasal dari Sangalla.

“Banua” artinya rumah, desa, tempat tinggal atau tempat pertemuan, dan “lemo” artinya buah jeruk. Jika digabungkan, arti “Banua Lemo” adalah “Kota Oranye”.

Secara sosial, masyarakat adat Banua Lemo diatur oleh organisasi adat, dengan kera sebagai pemimpin tertinggi. Ia dibantu oleh tokoh adat lain yang mengurus urusan tertentu seperti baliara, minjara, syara’, bunga’ lalan, matoa dan tobarani. Keputusan akhir ada di tangan Makaka. Namun ada permasalahan lain yang diselesaikan melalui ma’tongkonan atau musyawarah, seperti menanam padi (rokko tempe), memanen padi (mepare), memanen syukur (mak urre sumanga’) dan lain-lain.

Jaminan Heru Budi Agar Warga Kampung Bayam Yang Direlokasi Ke Rusun Nagrak Hidup Layak

Di wilayah adat kami, terdapat wilayah-wilayah yang dapat dikuasai secara individu oleh masyarakat adat, seperti tondok (tempat tinggal), tempe (sawah), dan beli’ (kebun). Proses distribusi harus diputuskan dengan persetujuan Macaka. Sementara itu, jenis hutannya banyak. Panggala berasal dari kata “kalotti” yang artinya hutan yang tidak bisa dijadikan perkebunan. Hutan

Kewajiban sebagai warga negara indonesia, hak sebagai warga negara, sebutkan contoh hak sebagai warga negara, hak dan kewajiban sebagai warga negara indonesia, sebutkan 3 hak sebagai warga negara, berikan contoh hak sebagai warga negara, kewajiban sebagai warga negara, contoh kewajiban sebagai warga negara, contoh kasus pengingkaran kewajiban sebagai warga negara, pengertian rakyat penduduk dan warga negara, pengingkaran kewajiban sebagai warga negara, hak dan kewajiban sebagai warga negara